Dari Rwanda, Komunitas Sains Dunia Dorong Kebijakan Berbasis IPTEK
INGSA 2024 di Rwanda mendorong transformasi saran ilmiah untuk kebijakan pembangunan yang berpijak pada iptek.
Oleh
IRMA TAMBUNAN DARI RWANDA
·2 menit baca
KIGALI, KOMPAS — Komunitas sains dunia mendorong pentingnya transformasi saran ilmiah bagi pengambilan kebijakan. Kebijakan yang berpijak pada ilmu pengetahuan dan teknologi atau iptek dapat melecut pembangunan dan kualitas hidup masyarakat yang lebih baik.
Hal itu terangkum dalam pembukaan The International Network for Governmental Science Advice (INGSA) 2024 di Kigali, Rwanda, Rabu (1/5/2024).
”Kita perlu terus mencari cara-cara baru untuk mendukung kebijakan berbasis bukti dan praktik tata kelola di semua tingkatan,” ujar Remi Quirion, Presiden INGSA.
Konferensi ini mempertemukan berbagai lembaga riset sains dan teknologi, peneliti, pengambil kebijakan, hingga organisasi dunia untuk mendorong saran ilmiah bagi arah pembangunan serta pengambilan kebijakan.
Quirion menekankan, dunia tengah mengalami tantangan besar dan kompleks. Saran ilmiah di masa kini memerlukan pendekatan yang komprehensif, saling berhubungan, dan multidimensi.
Kita perlu terus mencari cara-cara baru untuk mendukung kebijakan berbasis bukti dan praktik tata kelola di semua tingkatan.
Saran ilmiah tak lagi semata menghasilkan sebatas laporan. Lebih jauh diharapkan agar terus didorong lewat komunikasi dan diplomasi. Tujuannya agar dapat masuk sebagai dasar pengambilan kebijakan.
Ketua Penyelenggara INGSA 2024, Oladoyin Odubanjo, menambahkan perlunya mengintegrasikan beragam perspektif dan memperluas basis bukti untuk mengambil kebijakan. ”Ini menjadi penting untuk membangun kembali dan menjaga kepercayaan,” tuturnya.
Sejumlah pembahasan isu diharapkan dapat mengatasi berbagai tantangan besar global, khususnya persoalan iklim yang berdampak meluas pada berbagai sisi kehidupan. Karena itu, butuh penanganan mendesak dan pendekatan transformatif.
Para pengambil kebijakan dituntut dapat mengambil tindakan berani. Memitigasi dampak yang paling parah sekalipun. Selain itu, membangun komunikasi sains. Merancang kota cerdas juga harus berlandaskan data ilmiah. Untuk itu, perlu memanfaatkan kecerdasan buatan.
Pertemuan ini juga diharapkan dapat mewujudkan inklusivitas. Akses terhadap pengetahuan ilmiah dan infrastruktur masih belum merata. Saran ilmiah di tingkat global perlu melibatkan lebih banyak pihak dan menyasar negara berkembang agar dapat tumbuh lebih cepat.
INGSA 2024 diikuti oleh 65 kontingen negara setelah vakum digelar tatap muka selama pandemi Covid-19. Untuk pertama kalinya pula, konferensi digelar di Afrika.
Peran saintis
Perdana Menteri Rwanda Édouard Ngirente hadir membuka konferensi. Tampak pula Menteri Pendidikan Gaspard Twagirayezu.
Dalam sambutannya, Edouard Ngirente mengatakan, transformasi saran ilmiah mutlak diperlukan untuk arah pembangunan. Sumber daya manusia juga perlu ditingkatkan. Terkait itu, negara menerima dukungan dari Universitas Rwanda berupa saran ilmiah untuk transformasi pembangunan.
Ia mengakui betapa pentingnya peran saintis dalam pembangunan di semua sektor. Negara dituntut mengambil tindakan yang berani dan strategis menetapkan agenda sains global. Mengatasi tantangan paling mendesak dan merespons prioritas pembangunan. Tujuannya untuk meningkatkan kesejahteraan sosial dan pembangunan yang berkelanjutan.
Menteri Pendidikan Gaspard Twagirayezu juga menyoroti keterbukaan Rwanda pada iptek. Salah satunya ialah dengan terbitnya kebijakan Kecerdasan Buatan (AI) Nasional yang diluncurkan tahun 2022. Kebijakan ini menjadi landasan bagi negara itu tumbuh sebagai pusat inovasi.
Ia menegaskan, iptek dan inovasi diperlukan demi mencapai target besar Rwanda menjadi negara berpenghasilan tinggi pada 2050. Rwanda juga menetapkan target menjamin kualitas hidup yang tinggi bagi warganya.
Kebijakan itu menjadi landasan bagi Rwanda untuk menjadi pusat inovasi dan menyelaraskan pertumbuhan. Selain itu, memberikan peta jalan bagi negara untuk memitigasi risiko.