Bantuan navigasi bagi pasien kanker sangat diperlukan untuk mendukung perjalanan pengobatan yang lebih baik.
Oleh
DEONISIA ARLINTA
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Keberadaan navigator akan membantu mengatasi kesenjangan komunikasi dan pengetahuan pasien kanker di rumah sakit. Hal ini diharapkan dapat mengoptimalkan pengobatan dan perawatan pasien kanker yang sangat kompleks.
Direktur Utama Rumah Sakit Kanker Dharmais Raden Soeko Werdi Nindito Daroekoesoemo mengatakan, sering kali ditemukan adanya kesenjangan komunikasi antara dokter ataupun tenaga kesehatan dan pasien. Waktu konsultasi yang terbatas membuat informasi yang didapatkan pasien menjadi kurang baik. Hal itu ditambah pula dengan adanya kesenjangan pengetahuan pasien mengenai penyakitnya.
”Jadi, sering kali ditemukan pasien kanker, selain sudah stres dengan penyakitnya, juga bingung mengenai apa yang harus dilakukan, baik untuk diagnostik dan treatment (perawatan). Kami pun berpikir harus ada orang yang berperan seperti keluarga pasien ketika di rumah sakit,” katanya dalam acara Kelulusan Peserta Program Navigator Pasien Kanker (Napak), Kamis (2/5/2024), di Jakarta.
Soeko menuturkan, peran navigator bagi pasien kanker dinilai sangat penting untuk mengatasi kesenjangan komunikasi dan pengetahuan pada pasien kanker. Navigator di rumah sakit akan membantu mengarahkan pasien, terutama pasien kanker baru, dalam perjalanan pengobatan mereka.
Dengan demikian, pemberian layanan kanker bisa lebih tepat dan cepat. Bantuan navigasi diberikan mulai dari pendampingan dan edukasi mengenai pencegahan kanker, diagnosis, pengobatan, hingga perawatan tahap akhir bagi pasien.
Program Napak merupakan kerja sama RS Kanker Dharmais dengan Roche dan Tata Memorial Centre. Melalui program ini, sejumlah tenaga kesehatan, seperti dokter, perawat, dan psikolog, mendapatkan pelatihan selama satu tahun mengenai pendampingan bagi pasien kanker. Setidaknya sudah ada sekitar 1.800 pasien yang dibantu oleh para navigator terlatih tersebut.
”Ke depan, program ini tidak hanya berhenti untuk membantu pasien kanker. Kami akan dorong melalui TOT (pelatihan untuk pelatih) dengan bimbingan Tata Memorial Centre untuk memperluas adanya navigator untuk penyakit lain di berbagai rumah sakit,” kata Soeko.
Selain itu, kurikulum mengenai pelatihan bagi navigator pasien juga akan dimasukkan dalam kurikulum pendidikan dalam program master bagi perawat. Dengan begitu, kemampuan sebagai navigator bisa dimiliki lebih luas pada tenaga kesehatan.
Peran navigator turut meningkatkan kepatuhan pasien terhadap terapi, menurunkan tingkat stres pada pasien, serta meningkatkan ketepatan waktu pasien untuk mendapatkan layanan kanker.
Saat ini, pelatihan untuk navigator pasien kanker sudah dilakukan pada tenaga kesehatan di beberapa rumah sakit. Selain di RS Kanker Dharmais, pelatihan navigator pasien kanker juga dilakukan pada tenaga kesehatan di RS Umum Pusat Dr M Djamil, Padang; RS Umum Pusat dr Mohammad Hoesin, Palembang; RS Umum Pusat Fatmawati, Jakarta; RS Umum Pusat Persahabatan, Jakarta; dan RS Umum Pusat Dr Sardjito, Yogyakarta.
Direktur Access Communications and Health System Values Strategy Roche Lucia Erniawati mengatakan, penelitian kecil dilakukan pula dalam proses navigasi pasien di program Napak. Penelitian itu difokuskan pada penanganan kanker payudara, nasofaring, serviks, dan paru.
Dari penelitian itu diketahui sejumlah faktor yang menghambat perawatan pada pasien kanker, antara lain keterbatasan pengetahuan tentang kanker serta perjalanan perawatan kanker yang harus dilakukan. Selain itu, penelitian itu juga menunjukkan, peran navigator turut meningkatkan kepatuhan pasien terhadap terapi, menurunkan tingkat stres pada pasien, serta meningkatkan ketepatan waktu pasien untuk mendapatkan layanan kanker.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin dalam sambutannya menyampaikan dukungan penuh terhadap program Napak. Program ini menjadi bentuk kolaborasi yang baik antara pemangku kepentingan dalam pelayanan kesehatan di masyarakat, khususnya pelayanan pada pasien kanker.
Kementerian Kesehatan akan berupaya mendorong percepatan transfer pengetahuan mengenai navigator pasien kanker dengan memfasilitasi akreditasi nasional pada kurikulum lokal mengenai Napak. Percepatan pengembangan pusat pelatihan dan pendidikan pun akan dilakukan agar pelatihan bisa lebih luas.
”Pelayanan perawatan kanker merupakan salah satu prioritas pemerintah dalam transformasi sistem kesehatan Indonesia. Karena itu, kemitraan dan kontribusi dari berbagai pemangku kepentingan dibutuhkan untuk tercapainya sistem layanan perawatan kanker yang inklusif,” kata Budi.