Hujan lebat memicu banjir dan longsor terjadi di sebagian Sulawesi saat sebagian besar Indonesia dilanda suhu panas.
Oleh
AHMAD ARIF
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Hujan lebat yang memicu banjir dan longsor melanda sebagian wilayah Sulawesi. Namun, pada saat yang sama, suhu panas melanda sebagian besar wilayah Indonesia. Selain dipengaruhi dinamika cuaca di Indonesia yang saat ini memasuki periode pergantian musim, fenomena ini juga dipicu pemanasan global.
Deputi Bidang Meteorologi, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Guswanto, Jumat (3/5/2024), mengatakan, saat ini sebagian besar wilayah Indonesia memasuki masa pancaroba atau pergantian musim sehingga hujan masih berpeluang terjadi.
”Bulan April 2024, sekitar 12,9 persen zona musim (ZOM) di wilayah Indonesia memasuki musim kemarau dan pada Mei 2024 ini sekitar 19 persen dan seterusnya. Di luar ZOM ini masih musim hujan,” ujarnya.
Banjir dan longsor menerjang sejumlah wilayah di enam kabupaten di Sulawesi Selatan. Sejumlah warga tertimbun longsor dan hanyut terbawa air. Banjir juga terjadi Konawe Utara, Sulawesi Tenggara, sehingga melumpuhkan jalan Trans-Sulawesi.
Data BMKG menunjukkan, intensitas hujan tertinggi pada tanggal 2 hingga 3 Mei 2024 didominasi wilayah Sulawesi. Hujan tertinggi terekam di Stasiun Meteorologi Syukuran Aminudin Amir, Banggai mencapai 97 milimeter (mm), disusul Pos Meteorologi Majene 93 mm.
Selain faktor musim, hujan lebat yang melanda sejumlah wilayah di Indonesia, khususnya Sulawesi, juga dipengaruhi oleh munculnya sirkulasi siklonik di Laut China Selatan utara, sebelah Selat Makassar, Laut Banda, Laut Arafuru, dan Samudra Pasifik di sebelah utara Papua.
Bulan April 2024, sekitar 12,9 persen zona musim (ZOM) di wilayah Indonesia memasuki musim kemarau dan pada Mei 2024 ini sekitar 19 persen dan seterusnya. Di luar ZOM ini masih musim hujan.
Selain itu, muncul daerah konvergensi yang memanjang dari pesisir barat Aceh hingga Riau, Selat Makassar hingga Sulawesi Tengah dan sejumlah wilayah lain. ”Kondisi tersebut meningkatkan potensi pertumbuhan awan hujan di sekitar daerah sirkulasi siklonik dan di sepanjang daerah konvergensi,” kata Guswanto.
Suhu panas
Guswanto mengatakan, sekalipun ZOM di Indonesia masih hujan, suhu udara pada umumnya panas. ”Sejak Februari 2024, posisi matahari dekat dengan garis khatulistiwa. Hal ini menyebabkan terjadinya panas terik dan tingginya suhu,” ujarnya.
Fenomena udara panas di Indonesia belakangan ini tidak termasuk kategori gelombang panas yang saat ini terjadi di beberapa negara Asia, seperti India dan Bangladesh. ”Suhu panas di Indonesia merupakan fenomena akibat gerak semua matahari yang merupakan siklus biasa dan terjadi berulang setiap tahun,” kata Guswanto.
Sekalipun merupakan siklus biasa, analisis BMKG di 115 stasiun pengamatan menunjukkan adanya anomali kenaikan suhu sepanjang tahun 2024 dibandingkan rata-rata klimatologisnya selama periode 1991-2020. Kenaikan suhu dibandingkan rata-rata klimatologisnya ini juga terjadi secara global sejak terjadinya El Nino pada pertengahan tahun 2023 lalu.
Menurut para ahli Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) dalam analisisnya pada Sabtu (27/4/2024), kelebihan energi yang terperangkap di atmosfer dan lautan akibat gas rumah kaca yang disebabkan oleh manusia juga berpengaruh besar terhadap terjadinya panas ekstrem yang saat ini melanda kawasan Asia.
Pakar iklim WMO, Alvaro Silva, mengatakan, menurunnya kekuatan El Nino yang terjadi bersamaan dengan fenomena Dipole Samudera Hindia (Indian Ocean Dipole/IOD) positif. Hal ini turut berperan memicu kondisi ekstrem yang berkebalikan secara global, yaitu banjir di Afrika Timur dan kekeringan di Afrika Selatan, serta suhu tinggi di Asia Tenggara.