Transfer Pengetahuan Badak Jawa lewat Buku Cerita Anak
Yayasan Badak Indonesia (YABI) bersama Penerbit Buku Erlangga meluncurkan buku harian ”Baja si Badak Jawa”.
Oleh
STEPHANUS ARANDITIO
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Upaya perlindungan dan pelestarian badak jawa dan badak sumatera perlu terus dilanjutkan kepada anak-anak. Generasi penerus ini perlu memiliki kesadaran akan pentingnya menjaga alam demi menjaga habitat fauna yang terancam punah tersebut.
Salah satu media untuk transfer pengetahuan kepada anak-anak masa kini adalah dengan buku anak. Yayasan Badak Indonesia (YABI) bersama Penerbit Buku Erlangga meluncurkan buku harian Baja Si Badak Jawa, sebuah buku cerita bergambar yang menceritakan aktivitas sehari-hari Baja, seekor badak jawa di Taman Nasional Ujung Kulon, Banten.
Sang Penulis, Nuke Arincy, menjelaskan, badak jawa memiliki sifat sangat sensitif dan mudah stres. Fauna ini hidup di Pulau Jawa yang sudah semakin sesak sehingga menjadi tantangan tersendiri untuk menjaga habitat dan populasi badak jawa. Dia bersama tim edukasi YABI berharap buku ini bisa dibaca oleh seluruh anak di Indonesia agar paham bahwa menjaga alam sama dengan menjaga satwa di dalamnya.
”Kami ingin terus meluaskan upaya melibatkan masyarakat dalam pelestarian badak Jawa dan Sumatera dan ingin menyebarkan luaskan informasi tentang keunikan badak, bukunya tidak terlalu berat karena ingin mengajak anak-anak mengerti,” kata Nuke dalam peluncuran buku Baja si Badak Jawa di MGP Space, SCBD Park, Jakarta Selatan, Minggu (5/5/2024).
Buku ini menjelaskan secara runut dan ringan mulai dari morfologi badak jawa yang lebih besar dari badak sumatera, dengan bobot 900-2.300 kilogram, tinggi 1,2-1,7 meter, dan panjang 3-3,4 meter. Kemudian, kulitnya berambut, mata kecil, hingga yang paling mencolok adalah bercula satu dengan panjang rata-rata 20-25 sentimeter (cm) atau dapat mencapai 30,5 cm.
Buku ini juga memperlihatkan gambar Baja yang hobinya memakan ranting dan batang kecil. Setelah makan satu atau lebih tumbuhan di suatu titik, dia akan pindah secara perlahan dan berhenti lagi untuk sesaat untuk makan lagi.
Saat ini terdapat 77 individu badak jawa per 2022 yang tersebar di bagian selatan kawasan Semenanjung Ujung Kulon.
Badak jawa sebenarnya adalah hewan yang tak memiliki musuh karena tidak mengganggu ataupun diganggu hewan lain. Hal ini karena perilaku hidup badak jawa yang soliter. Sebagian besar hidup badak jawa dihabiskan untuk berkubang agar kulitnya tetap lembab.
Badak memainkan peran penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem dengan mengendalikan populasi tanaman, menciptakan jalur di hutan, dan menyediakan sumber air bagi satwa liar lainnya.
”Jadi, buku ini memberi pesan bahwa badak ini berfungsi juga untuk ekosistem hutan dan kami mengajak semua anak-anak harus ikut tahu tentang pelestarian badak,” ujarnya.
Populasi hewan bernama latin Rhinoceros sondaicus ini sekarang terbatas dan terkonsentrasi di Taman Nasional Ujung Kulon sejak 1930-an. Ukuran populasi stabil sejak tidak ada data perburuan yang terekam selama tiga dekade. Saat ini terdapat 77 individu per 2022 yang tersebar di bagian selatan kawasan Semenanjung Ujung Kulon, yaitu daerah-daerah aliran sungai Cibandawoh, Cikeusik, Citadahan, dan Cibunar.
Badak sumatera
Assistant Managing Director of Product Penerbit Erlangga Fikri Somyadewi menambahkan, kerja sama dengan YABI tidak berhenti pada buku Baja Si Badak Jawa saja. Selanjutnya mereka akan meneruskan pengetahuan melalui buku anak tentang badak sumatera.
”Kami melihat ini pas sekali dengan Erlangga karena hewan di buku cerita Indonesia diceritakan dalam fabel, jarang hewan diceritakan sebagai hewan. Dan ini ditulis langsung oleh YABI jadi bisa dipertanggungjawabkan,” kata Fikri.
Tidak hanya itu, mereka juga akan mengembangkan buku lain seperti buku interaktif yang bisa digambar atau diwarnai oleh anak ke depannya. Dalam acara peluncuran ini mereka juga mengajak anak-anak TK untuk lomba mewarnai dan diskusi bersama anak-anak SD tentang badak jawa.
Diskusi berlangsung sangat meriah, anak-anak tampak antusias untuk mengenal badak yang tidak pernah dilihatnya dalam kehidupan sehari-hari. Bahkan, ada sekelompok anak-anak yang meminta untuk diantar ke Taman Nasional Ujung Kulon guna melihat langsung badak.