Penusukan Kembali Terjadi di Australia, Polisi Tembak Mati Pelaku
Ini penusukan ketiga yang terjadi di Australia dalam sebulan terakhir. Kali ini pelaku diindikasikan teradikalisasi.
Oleh
HELENA FRANSISCA NABABAN
·2 menit baca
SYDNEY, MINGGU — Australia kembali geger. Kepolisian Australia Barat menyatakan telah menembak mati seorang remaja laki-laki berusia 16 tahun yang diduga teradikalisasi secara daring. Remaja itu menyerang dan menusuk seorang pria di tempat parkir di Perth.
Komisaris Polisi Australia Barat Kolonel Blanch dalam keterangan, Minggu (5/5/2024), menyatakan, polisi menerima telepon pada Sabtu (4/5/2024) malam dari seseorang yang mengatakan ”akan melakukan kekerasan”. Orang itu menutup telepon tanpa menyebutkan nama atau lokasinya.
Panggilan tersebut diikuti peringatan lain kepada polisi tentang seseorang yang ”berlari di sekitar tempat parkir” di Willetton, selatan Perth dengan membawa pisau dapur besar. ”Tiga petugas merespons dalam beberapa menit dan langsung dihadang oleh remaja yang memegang pisau besar,” kata Blanch seperti dikutip The Guardian.
Dua petugas mengeluarkan penyetrum dan satu petugas mengeluarkan senjata api. Dari rekaman kamera tubuh polisi, lanjut Blanch, remaja itu menolak permintaan petugas agar meletakkan pisaunya. Petugas menembakkan dua penyetrum ke arahnya, tetapi tidak memberikan efek yang diinginkan.
”Remaja tersebut lalu menyerang petugas ketiga yang membawa senjata api. Petugas itu melepaskan satu tembakan ke arah remaja dan melukai pria tersebut secara fatal,” kata Blanch. Remaja itu meninggal di rumah sakit. Adapun pria korban penikaman dalam kondisi ”serius”, tetapi stabil.
Menteri Besar Australia Barat Roger Cook menyatakan, remaja tersebut diindikasi telah teradikalisasi secara daring. ”Namun, saya ingin meyakinkan masyarakat pada tahap ini tampaknya dia bertindak sendirian,” katanya.
Perdana Menteri Australia Anthony Albanese mengatakan sudah berbicara dengan Cook dan mendapat pengarahan dari polisi dan Badan Intelijen Australia, Asio. ”Pikiran saya tertuju pada mereka yang terkena dampak insiden itu. Kita negara cinta damai dan tidak ada tempat bagi ekstremisme di Australia,” katanya.
Blanch menambahkan, polisi belum mengetahui motif yang memicu serangan oleh remaja itu. Namun, ia mengatakan, insiden itu memiliki ciri-ciri terkait terorisme. Remaja itu, menurut Blanch, memiliki ”masalah mental dan juga radikalisasi daring”. Remaja laki-laki itu diketahui terlibat dalam program pemberantasan kekerasan ekstremisme (CVE) Negara Bagian Australia Barat sejak 2022 atau sejak ia berusia 13 tahun.
Program CVE itu didukung ahli psikologi, departemen pendidikan, dan bila diperlukan juga didukung pemimpin agama. CVE Australia Barat didasarkan pada upaya Anne Aly yang kini menjabat Menteri Pemuda dan program untuk deradikalisasi neo-Nazi di luar negeri. Itu tidak terbatas pada mereka yang dihukum karena kejahatan.
Warga Australia meletakkan karangan bunga sebagai tanda duka atas penusukan yang menewaskan enam orang di Mal Bondi Junction di Sydney, Senin (15/4/2024).
Menteri Kepolisian Australia Barat Paul Papalia mengatakan, program ini bertujuan meredakan situasi dan menghindari kekerasan. Cook lantas mengadakan pertemuan dengan para pemimpin komunitas lintas agama di wilayahnya.
”Polisi merespons dalam beberapa menit. Mereka menghadapi situasi yang sangat sulit, tetapi respons mereka yang cepat dan profesional menjaga komunitas kita tetap aman,” kata Cook.
Kekerasan sebetulnya jarang terjadi di Australia. Namun, penusukan di Perth ini terjadi dalam waktu kurang dari satu bulan setelah seorang penyerang menusuk dan menewaskan enam orang di sebuah pusat perbelanjaan di Sydney pada pertengahan April.
Pelaku penusukan bernama Joel Cauchi (40). Orang tua Cauchi mengatakan, dia didiagnosis mengidap skizofrenia pada usia 17 tahun, tetapi berhenti minum obat, kemudian meninggalkan rumah mereka di Queensland dan berhenti berobat.
Dua hari setelah serangan di mal, seorang uskup ditikam secara brutal saat kebaktian yang disiarkan secara langsung di Sydney barat. Uskup tersebut telah pulih dan seorang tersangka berusia 16 tahun telah didakwa dengan ”aksi teroris”. (AP/AFP/REUTERS)