Timnas U-23 dan Generasi Emas Sepak Bola Indonesia
Meski terhenti di semifinal Piala Asia U-23 2024, Indonesia bisa berharap menuai prestasi baru dari generasi emasnya.
Kiprah tim nasional Indonesia di Piala Usia U-23 2024 mencatatkan prestasi baru, yaitu berhasil lolos ke putaran final, bahkan mencapai babak semifinal. Sebelumnya, sejak turnamen ini digelar pada 2013, tim Indonesia belum sekali pun lolos ke putaran final.
Tak ayal, prestasi tinggi ini menumbuhkan harapan akan prestasi timnas yang lebih banyak di masa depan. Hal ini tidak terlepas dari usia para pemain ”Garuda Muda” yang masih muda dan masih memiliki karier panjang dalam dunia sepak bola.
Rerata usia timnas U-23 Indonesia lebih muda dibandingkan sejumlah negara yang bertanding di Piala Asia U-23 2024. Rata-rata usia muda pemain Indonesia ini terlihat dari skuad tim yang dibawa Pelatih Shin Tae-yong di Piala Asia 2024. Data pemain tersebut diakses dari laman Konfederasi Sepak Bola Asia (AFC) dan Transfermarkt.
Tim Indonesia yang berlaga di Piala Asia U-23 2024 beranggotakan 23 pemain dengan usia 19 tahun hingga 22 tahun. Ada lima pemain yang berusia 19 tahun dan empat pemain berusia 20 tahun.
Dua kategori lain adalah yang berumur 21 tahun (5 pemain) dan 22 tahun (9 pemain). Para pemain yang berusia 22 tahun itu ialah Ernando Ari, Rizky Ridho, Nathan Tjoe-A-On, Pratama Arhan, Bagas Kaffa, Rio Fahmi, Adi Satryo, Witan Sulaeman, dan Komang Teguh.
Dengan komposisi tersebut, rata-rata usia pemain Indonesia yang dikirim ke Piala Asia U-23 adalah 20,8 tahun. Rerata skuad Indonesia yang dikirim ke Qatar ini tercatat lebih muda dibandingkan tim yang pernah dihadapi Indonesia di babak penyisihan, seperti Australia, Jordania, dan Korea Selatan.
Pemain-pemain yang dibawa tim Australia rata-rata berusia 21 tahun. Demikian pula dengan tim Jordania (21,4 tahun) dan tim Korea Selatan (21,6 tahun).
Rata-rata usia pemain timnas U-23 Indonesia tersebut juga terpantau lebih muda dibandingkan tiga tim lain yang berhasil lolos ke babak semifinal. Uzbekistan, misalnya. Tim yang dihadapi Indonesia di babak semifinal ini memiliki pemain muda yang rata-rata berusia 21,4 tahun. Sementara dua tim semifinalis lain ialah Jepang (21,7 tahun) dan Irak (21,5 tahun).
Bermodal semangat muda, tim Indonesia mampu bersaing di Piala Asia U-23 2024 dengan berhasil lolos ke semifinal. Pencapaian para pemain muda Indonesia ini tidak terlepas dari regenerasi pemain yang dirintis Pelatih Shin Tae-yong.
Sejak ditunjuk sebagai pelatih yang menangani timnas U-20, U-23, dan tim senior, Shin Tae-yong melibatkan banyak pemain muda di skuad tim nasional. Strategi ini mulai diterapkan Shin Tae-yong pada laga resmi perdananya di kualifikasi Piala Dunia 2022.
Saat Indonesia berhadapan dengan Thailand di Stadion Al Maktoum, Dubai, 3 Juni 2021, Shin Tae-yong menurunkan sejumlah pemain muda berusia 19 tahun, seperti Witan Sulaeman, Rizki Ridho, dan Pratama Arhan. Para pemain muda lainnya saat itu ialah Egy Maulana Vikri (20), Asnawi Mangkualam (21), dan Kadek Agung (22).
Demikian pula saat timnas menjalani pertandingan FIFA Matchday melawan timnas Curacao pada September 2022. Tidak tanggung-tanggung, Shin Tae-yong menurunkan enam pemain timnas U-21 untuk menghadapi tim Curacao yang memiliki peringkat FIFA di atas Indonesia. Artinya, separuh pemain yang diturunkan Shin Tae-yong saat itu merupakan tenaga muda.
Regenerasi pemain muda timnas Indonesia
Regenerasi menjadi concern Shin Tae-yong dalam membangun timnas Indonesia untuk masa depan. Saat konferensi pers pertama setelah diperkenalkan sebagai pelatih baru timnas di Stadion Pakansari, Cibinong, Kabupaten Bogor, 28 Desember 2019, Shin Tae-yong menguraikan dua visi kepelatihannya.
Pertama, membuat timnas yang kuat tidak bisa dilakukan secara instan. Kedua, talenta-talenta muda Indonesia merupakan modal utama yang perlu dirawat dan dikembangkan mulai dari sekarang. Intinya, untuk membentuk timnas yang kuat dibutuhkan banyak talenta muda yang harus terus dilatih dan diberi kesempatan mengasah pengalaman bermain di level dunia.
Bukan tanpa alasan Shin Tae-yong lebih banyak memilih pemain muda. Dalam pengamatan Shin Tae-yong, masalah utama timnas ialah kondisi stamina para pemain timnas. Rata-rata performa pemain-pemain timnas mulai menurun pada babak kedua saat memasuki menit ke-70. ”Fisik harus kuat agar mentalnya juga kuat. Fisik yang kuat juga membuat pemain lebih fokus dan bisa punya semangat lebih untuk menang,” kata Shin Tae-yong (Kompas, 29/12/2019).
Meski demikian, tidak sembarang pemain muda yang dipanggil Shin Tae-yong. Selain muda dan bertalenta, mereka juga harus punya karakter disiplin. Pada November 2020, Shin Tae-yong memulangkan tiga pemain timnas U-19 karena tindakan indisipliner, termasuk terlambat hadir di sesi latihan.
Bermodal pembenahan dasar kebugaran pemain dan pembentukan sikap pemain profesional, Shin Tae-yong mulai memupuk mental permainan dan strategi permainan. Hasilnya, mental juara timnas yang diisi sebagian pemain muda mulai terbentuk.
Bersama timnas, Shin Tae-yong meraih gelar runner-up Piala AFF 2020, medali perunggu SEA Games 2021 Hanoi, runner-upPiala AFF U23 2023, serta mengukir sejarah baru dengan meloloskan Indonesia untuk pertama kalinya ke babak 16 besar Piala Asia Qatar 2023 dan meloloskan timnas U-23 hingga babak semifinal Piala Asia U-23 2024. Hanya saja, timnas Indonesia belum beruntung melaju ke final setelah dikalahkan Uzbekistan dengan skor 0-2.
Membangun generasi emas sepak bola Indonesia
Meski belum berhasil lolos ke babak final, pencapaian timnas U-23 hingga babak semifinal Piala Asia U-23 2024 menjadi harapan akan munculnya prestasi dari generasi emas sepak bola Indonesia di masa mendatang.
Pola pembinaan PSSI dan Pelatih Shin Tae-yong banyak memberikan kesempatan pemain muda untuk tampil bersama timnas senior. Di timnas U-23, setidaknya ada 10 pemain U-23 yang pernah membela timnas senior. Mereka ialah Pratama Arhan, Witan Sulaeman, Rizky Ridho, Marselino Ferdinan, Ramadhan Sananta, Ernando Ari, Hokky Caraka, Arkhan Fikri, Nathan Tjoe-A-On, dan Muhammad Ferarri.
Witan sudah memiliki 41 penampilan bersama timnas senior, disusul Pratama Arhan yang sudah 40 kali membela timnas senior. Debut pertama Witan dan Pratama Arhan adalah pada pertandingan persahabatan Indonesia melawan Oman pada Mei 2021. Saat itu, Witan dan Arhan berusia 19 tahun. Bersama timnas senior, Witan yang banyak bermain sebagai penyerang sayap kiri sudah mempersembahkan sembilan gol, sedangkan bek sayap Arhan sudah mencetak tiga gol untuk timnas senior.
Selain Witan dan Arhan, kapten timnas U-23, Rizky Ridho, juga tercatat sudah bermain 34 kali untuk timnas dengan menghasilkan tiga gol. Nama lain ialah gelandang serang Marselino Ferdinan yang sudah 21 kali tampil di timnas senior dan mencetak tiga gol.
Ada pula penyerang tengah Ramadhan Sananta memulai debutnya bersama timnas senior pada September 2022. Hingga Maret 2024, Ramadhan Sananta sudah tampil 10 kali bersama timnas senior dan menyumbangkan lima gol.
Baca juga: Dikalahkan Uzbekistan, Peluang Indonesia U-23 Menuju Olimpiade Paris Masih Terbuka
Pemain muda lainnya yang juga sudah masuk di list pemain senior ialah kiper Ernando Ari (11 penampilan), Hokky Caraka (6 penampilan), Arkhan Fikri (3 penampilan), Nathan (2 penampilan), dan Muhammad Ferarri (1 penampilan).
Dengan usia para pemain yang masih di bawah 23 tahun, sepak bola Indonesia menatap masa depan berbekal generasi emas para pemainnya. Usia muda pengalaman bertanding menjadi bekal mental juara timnas Indonesia di masa depan.
Generasi emas sepak bola Portugal dan Belgia
Sejatinya, kombinasi pemain senior dan pemain muda sering diterapkan pelatih-pelatih dunia. Tujuannya tidak lain ialah menjaga regenerasi pemain tim di masa depan. Pada Piala Dunia 2014, misalnya, pelatih timnas Jerman Joachim Loew membawa sembilan pemain muda yang berusia 20-24 tahun. Mereka yang dibawa Loew antara lain Julian Draxler, Thomas Mueller, Toni Kroos, dan Mario Goetze.
Baca juga: Tantangan Indonesia Menyamai Prestasi Vietnam di Piala Asia U-23
Buah pembinaan pemain usia muda juga mendorong hadirnya prestasi, seperti yang dialami generasi emas timnas Portugal dan Belgia. Generasi emas Portugal yang digawangi Jorge Costa, Luis Figo, Paulo Torres, Joao Pinto, dan Rui Costa muncul pada 1991 dengan menjuarai Kejuaraan Dunia Sepak Bola Yunior U-20. Satu dekade kemudian, generasi emas Portugal ini menjadi semifinal Piala Eropa 2000, runner-up Piala Eropa 2004, dan lolos hingga babak semifinal Piala Dunia 2006.
Prestasi dunia juga ditorehkan generasi emas Belgia. Kevin de Bruyne, Thibaut Courtois, Vincent Kompany, Eden Hazard, Simon Mignolet, dan Romelu Lukaku menjadi andalan Belgia lolos ke putaran final Piala Dunia Brasil 2014 dan Piala Dunia Rusia 2018. Belgia mampu melaju hingga babak perempat final Piala Dunia 2014 dan meraih juara ketiga Piala Dunia Rusia 2018. (LITBANG KOMPAS)
Baca juga: Sukses Timnas U-23, Formasi 3-4-3, dan Harapan Olimpiade 2024