Hari Pemadam Kebakaran Sedunia dan Risiko Amukan Si Jago Merah di Jakarta
Kota metropolitan Jakarta yang berisiko tinggi diamuk si jago merah sangat membutuhkan jasa pemadam kebakaran.
Oleh
YOHANES ADVENT KRISDAMARJATI
·4 menit baca
Setiap tanggal 4 Mei diperingati sebagai Hari Pemadam Kebakaran Sedunia. Momen tersebut menjadi pengingat atas jasa dan pengorbanan para petugas pemadam. Jakarta sebagai kota metropolitan dengan risiko kebakaran cukup tinggi sangat membutuhkan jasa mereka. Apalagi, dengan jumlah kejadian amukan si jago merah yang kian bertambah.
Kawasan metropolitan Jakarta sebagai wilayah berpenduduk 10,6 juta jiwa pada 2023 menjadi provinsi dengan populasi terpadat di Indonesia. Setiap kilometer persegi dihuni oleh 16.146 penduduk. Hal ini menjadikan Jakarta sebagai tempat dengan tingkat kepadatan sangat tinggi yang rentan menimbulkan kebakaran. Peranan para petugas pemadam kebakaran sangat dibutuhkan untuk menangani berbagai marabahaya yang mengancam keselamatan penduduk.
Selain menangani peristiwa yang diakibatkan oleh amukan si jago merah, petugas pemadam kebakaran juga melayani masyarakat dalam ranah penyelamatan. Tugas penyelamatannya sangat beragam. Mulai dari menangkap ular yang masuk rumah warga, menolong kucing yang tidak dapat turun dari ketinggian, mengeluarkan seseorang yang terperosok di sumur, mengusir tawon berbahaya, hingga menangani hal-hal yang terbilang lucu. Di antaranya melepas kaleng biskuit dari kepala anak-anak, melepaskan orang yang terjepit di pagar, dan sederet tugas penyelamatan lain yang tidak terduga jenisnya. Singkat kata, petugas pemadam kebakaran (damkar) berjasa memainkan peran vital dalam menjaga keamanan kehidupan masyarakat.
Dengan sederet tugas berat yang diemban, jumlah personel damkar di wilayah Jakarta masih jauh dari kata memadai. Hal ini tecermin dari jumlah pos pemadam kebakaran yang belum dapat melayani seluruh wilayah Jakarta. Merujuk dari jurnalisme riset Kompas pada 2021, jangkauan pos damkar pada tahun tersebut baru 81,5 persen. Angka tersebut sudah meningkat jika dibandingkan situasi pada 2014 dengan jangkauan 72,3 persen. Perhitungan jangkauan tersebut berpatokan pada analisis jaringan jalan sejauh 2,5 kilometer dari setiap pos damkar.
Pada Januari 2024, Kepala Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan (Gulkarmat) DKI Jakarta Satriadi Gunawan menyampaikan bahwa hingga tahun ini terdapat 170 pos damkar yang tersebar di seluruh wilayah Jakarta. Situasi ini masih belum ideal apabila mengacu pada Peraturan Daerah DKI Jakarta Nomor 8 Tahun 2008 tentang Penanggulangan dan Pencegahan Bahaya Kebakaran.
Pada Pasal 33 perda tersebut tertera ”dalam upaya menanggulangi kebakaran dan bencana lainnya di kecamatan dibentuk kantor sektor pemadam kebakaran dan di kelurahan dibentuk pos pemadam kebakaran”. Di Jakarta terdapat 267 kelurahan dan baru ada 170 pos pemadam yang tersedia.
Tingkatkan jangkauan damkar
Keadaan yang belum ideal itu harus segera dicarikan solusinya karena kasus kebakaran di wilayah Jakarta terus meningkat dalam lima tahun terakhir (2019-2023). Jumlah peristiwa kebakaran pada 2023 mencapai 2.286 kejadian, yang menandakan rata-rata dalam sehari terjadi enam kasus kebakaran di Jakarta.
Ketika dibandingkan dengan frekuensi kebakaran pada tahun-tahun sebelumnya, kejadian pada tahun 2023 terbilang sangat tinggi. Pasalnya, pada tahun 2022 tercatat terjadi 1.691 kasus kebakaran, sedangkan pada kurun waktu 2019-2021 jumlah kejadian per tahun tidak pernah melampaui 2.000 kasus. Berkaca dari data tersebut, maka pengadaan sarana dan prasarana serta penambahan personel damkar semakin mendesak untuk dilakukan.
Penambahan personel tersebut merupakan upaya untuk meningkatkan langkah mitigasi dan juga penanganan bencana kebakaran yang kian sering terjadi di wilayah Jakarta. Pada tahun 2023, kasus kebakaran telah merenggut nyawa 46 warga Jakarta dan menjadi yang tertinggi pada periode 2019-2023. Peristiwa tersebut mengindikasikan bahwa tingkat fatalitas kebakaran semakin meningkat seiring kian tingginya frekuensi kebakaran di Jakarta.
Harus dipahami bahwa penanganan kebakaran tidak cukup hanya mengandalkan tim damkar. Mayoritas penyebab kebakaran adalah aktivitas manusia, bukan faktor alam semata. Artinya, masyarakat harus turut terlibat untuk meminimalkan risiko kebakaran di sekitar lingkungan tempat tinggalnya.
Apalagi, sebagian besar kejadian kebakaran terjadi di permukiman penduduk dan umumnya dipicu oleh arus listrik. Dua variabel tersebut menjadi dasar yang kuat mengenai perlunya keterlibatan masyarakat dalam upaya mitigasi kebakaran. Acap kali masyarakat abai dengan instalasi listrik ataupun barang elektronik yang mereka miliki. Padahal, sekitar 60 persen kebakaran di Jakarta dipicu masalah kelistrikan.
Pada artikel Kompas.id yang berjudul ”Kipas Angin Pengusir Gerah, Pengundang Si Jago Merah di Jakarta” (Kamis, 25/8/2022) dipaparkan bahwa penduduk Jakarta di tempat tinggal mereka terus berjibaku dengan suhu panas dan udara yang lembab, apalagi bagi mereka yang tinggal di permukiman padat, bahkan kumuh. Sirkulasi udara yang buruk memaksa kipas angin berputar siang dan malam.
Sayangnya, tingginya intentitas penggunaan alat elektronik itu tidak disertai dengan perawatan yang memadai, tidak didukung dengan alat-alat listik yang standar, serta jaringan listrik yang kurang aman sehingga risiko kebakaran menjadi sangat tinggi.
Oleh sebab itu, Hari Pemadam Kebakaran Sedunia yang jatuh pada 4 Mei ini menjadi pengingat bagi segenap masyarakat untuk selalu waspada terhadap bahaya kebakaran. Peringatan ini bukan hanya sebagai apresiasi bagi jasa dan pengorbanan para awak damkar, melainkan juga pengingat mengenai pentingnya upaya mitigasi bencana kebakaran yang melibatkan seluruh masyarakat.
Rawat dan periksa secara rutin kelayakan peralatan elektronik di rumah, jangan meninggalkan kompor menyala tanpa pengawasan, jangan meninggalkan kipas angin yang beroperasi dalam tempo lama, serta hindari membakar sampah di area yang berisiko, seperti di dekat tumpukan daun kering ataupun benda mudah terbakar. Setiap insan masyarakat harus turut serta berperan serta mengurangi risiko terjadinya amukan si jago merah di lingkungan masing-masing. (LITBANG KOMPAS)