Pameran tunggal digelar agar publik makin intim dengan Artjog 2024.
Oleh
IGNATIUS NAWA TUNGGAL
·2 menit baca
Di tahun 2024 ini, perhelatan seni rupa yang tergolong besar di lingkup Asia Tenggara, Artjog, menapaki usia 17 tahun. Menurut rencana, penyelenggaraan tahun ini akan dilangsungkan selama 65 hari antara 28 Juni dan 1 September 2024 di Yogyakarta.
Kali ini di Jakarta ada program baru untuk sosialisasi menuju hari pelaksanaan Artjog 2024, yakni pameran tunggal karya instalasi salah satu ”orang dalam” Artjog yang juga arsitek dan perupa, Zulfian Amrullah. Pameran digelar di gedung Komunitas Salihara Arts Center, 20-30 April 2024, bertajuk Performa Kinestetik.
”Ini bentuk lain dari promosi. Selain untuk menjaring kerja sama dengan para pemangku kepentingan, sekaligus bertujuan agar publik, khususnya di Jakarta, makin intim dengan Artjog,” ujar pendiri dan CEO Artjog Heri Pemad, Minggu (21/4/2024).
Zulfian disebut Heri sebagai orang dalam Artjog karena selama ini termasuk panitia yang mengurusi penyelenggaraan Artjog dari tahun ke tahun. Zulfian menjadi Koordinator Artistik Artjog 2024.
Performa Kinestetik menampilkan karya instalasi berupa kursi-kursi. Zulfian ingin mengeksplorasi berbagai persepsi inderawi, pengadeganan, dan gerakan, sekaligus eksperimen terhadap peluang narasi dari sebuah peristiwa seni.
Lewat karya instalasi masif tersebut, Zulfian membuka ruang dialog atas pengalaman tubuh. Disuguhkan pula pertunjukan tari Siska Aprisia. Siska, seorang penari dan koreografer asal Sumatera Barat, disebut Heri juga sebagai orang dalam Artjog karena selama ini tergabung ke dalam kepanitiaan Artjog.
”Sosialisasi Artjog lewat pameran seni instalasi Zulfian dan pertunjukan tari Siska sebagai orang dalam untuk menunjukkan kondisi dan kemampuan kami. Sebagian besar dari kami juga seniman,” kata Heri.
Akan berbeda jika pameran itu melibatkan seniman dari pihak luar. Dari segi perencanaan, jika dari orang dalam tentu akan lebih memudahkan. Selain itu, orang dalam diharapkan akan jauh lebih mengerti tentang kondisi dan kemampuan Artjog dalam menghela kegiatan tahunannya itu.
”Sosialisasi Artjog seperti ini akan menjadi tradisi baru kami. Tahun ini di Jakarta, mungkin berikutnya pindah ke kota lain, seperti Malang, Banyuwangi, Makassar, atau Padang,” kata Heri.
Melalui sosialisasi seperti ini, Heri tidak menutup mata untuk menjadikannya sebagai pengembangan bisnis Artjog. Misalnya, selama pameran Zulfian itu, publik bisa mendapatkan tiket masuk Artjog di Yogyakarta nanti dengan harga lebih murah, yakni Rp 50.000. Jika langsung membeli tiket di lokasi pameran, harganya Rp 75.000 per orang.