Musisi pengharum nama bangsa di mata dunia layak diabadikan kisah dan perjuangannya dalam karya-karya biopik.
Oleh
WISNU DEWABRATA
·2 menit baca
Seseorang layak disebut sebagai pahlawan yang berjasa ketika perjuangannya mampu mengharumkan nama bangsa dan tanah air, apalagi sampai ke kancah dunia. Siapa saja, tak peduli dari mana dan apa pun latar belakang profesinya.
Keberadaan mereka patut dihargai, salah satunya, dengan mengabadikan kisah hidup sekaligus perjalanan perjuangan mereka ke dalam sebentuk karya sinematografi, salah satunya film bergenre biopik.
Hal itu disampaikan aktor senior yang juga sutradara, Lukman Sardi, Rabu (24/4/2024), saat peluncuran dan tayang perdana untuk media (press screening) film terbarunya, Glenn Fredly The Movie (2024).
Bagi Lukman, yang juga putra mendiang pemain biola ternama tanah air, Idris Sardi, tak sedikit musisi punya jasa besar terhadap Tanah Air, termasuk mengharumkan nama Indonesia di luar negeri. Salah satunya, Glenn Fredly.
Glenn banyak berjasa menghadirkan perdamaian dan persatuan lewat musik dan lagu karya-karyanya. Prestasi para musisi seperti itu dinilai Lukman sudah selayaknya dihargai sama seperti juga selama ini dilakukan ke para atlet olahraga.
Dia mencontohkan prestasi-prestasi internasional yang pernah ditorehkan kelompok vokal atau paduan suara asuhan mendiang komponis Indonesia, Elfa Secioria. Atau sosok komponis yang juga pahlawan nasional, Ismail Marzuki, yang dengan lirik-lirik lagunya mampu mengobarkan semangat perjuangan rakyat Indonesia di masanya.
Lukman lalu mengungkapkan bahwa ayahnya pernah berkisah. Suatu kali, Idris Sardi dan beberapa musisi lain, seperti Mus Mualim, untuk pertama kalinya tampil di sebuah festival jazz di Osaka, Jepang, tahun 1970-an, mewakili Indonesia. ”Mereka ini sekumpulan orang yang sudah sangat piawai bermusik, termasuk membawakan lagu-lagu jazz karangan musisi-musisi terkenal dunia,” ujar Lukman.
Namun, di sana, tambahnya, sang ayah dan rekan-rekannya memilih mengaransemen lagu daerah ”Bajing Luncat” ke dalam musik jazz. Tak hanya mendapat standing applause, para musisi tanah air ini berhasil mencuri perhatian musisi-musisi kaliber dunia saat itu. Para musisi dunia tadi menjadi sangat penasaran dengan lagu dan latar budaya Indonesia.
Seorang violinis jazz asal Perancis, Jean Luc Ponty, tambah Lukman, bahkan langsung mendatangi Idris Sardi di atas panggung. Ponty langsung menyerahkan biola elektriknya sebagai hadiah lantaran takjub. Saat itu, menurut Lukman, belum banyak orang punya biola elektrik.
“Selain musisi, banyak juga kisah menarik lain terkait para seniman atau pelukis yang juga berjasa bagi bangsa dan tanah air. Cerita-cerita mereka menurut saya pantas diabadikan ke dalam sebuah cerita film,” ujar Lukman.