Zuhairi Misrawi menjadi bapak bagi ratusan mahasiswa asal Indonesia yang menuntut ilmu di Tunisia.
Oleh
TRI AGUNG KRISTANTO
·2 menit baca
Dua tahun menjadi Duta Besar Republik Indonesia di Tunisia, cendekiawan Zuhairi Misrawi kini memiliki banyak anak. Ia tak hanya menjadi ayah bagi putri tunggalnya, tetapi juga bagi ratusan mahasiswa asal Indonesia yang menuntut ilmu di negeri Muslim, yang pernah melahirkan dua Kaisar Romawi dan tiga paus di Gereja Katolik itu.
Sekitar sepuluh tahun lalu, hanya puluhan mahasiswa asal Indonesia yang belajar di Tunisia. Namun, tahun 2024 ini tercatat sedikitnya 232 warga Nusantara yang belajar di Tunisia. Mayoritas mereka belajar ilmu dan pengetahuan yang terkait agama Islam.
”Mereka sebagian besar belajar terkait pemikiran Islam. Ada yang berasal dari Nahdlatul Ulama (NU), tetapi tak sedikit juga yang berasal dari Muhammadiyah dan lainnya. Mereka semua saya rangkul. Jadi, anak-anak saya,” kata Zuhairi saat ditemui di Tunis, Tunisia, Senin (22/4/2024).
Sebagai kader NU, ia pun mengizinkan kantor Pengurus Besar (PB) NU di Tunisia menjadi asrama bagi sekitar 60 mahasiswa. Lokasi itu juga menjadi pusat kegiatan mahasiswa Indonesia dari berbagai latar belakang, seperti yang disaksikan Kompas, pekan lalu.
Setiap kali ada tokoh publik atau praktisi yang berkunjung ke Tunisia, Zuhairi selalu mengundangnya untuk berbagi dengan mahasiswa Indonesia di sana. ”Saya ingin mahasiswa Indonesia di Tunisia ini memiliki banyak pengetahuan, serta tak kehilangan keterkaitan dan keterikatan dengan Tanah Air,” ujar politisi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) itu.
Zuhairi berharap akan lahir cendekiawan Indonesia yang belajar di Tunisia. ”Mereka juga bisa jadi penulis yang andal di Tanah Air nanti, atau sekarang,” ujar penulis sejumlah buku dan artikel di Kompas itu. Untuk mendukung mewujudnya harapan pada mahasiswa Indonesia di Tunisia itu, Zuhairi juga menyerahkan ratusan buku di pusat kegiatan mahasiswa itu.
Kedekatan Zuhairi dengan mahasiswa terlihat saat sejumlah mahasiswa asal Indonesia secara spontan menemaninya berkunjung ke Pameran Buku Internasional di Tunis, ibu kota Tunisia. Popularitas Zuhairi di Tunisia tak hanya di kalangan mahasiswa, tetapi juga di kalangan warga Tunisia. Dalam perjalanan menuju ke sebuah kafe, misalnya, yang berjarak tak lebih dari 500 meter, lebih dari 10 orang lokal yang meminta berfoto dengannya. Belasan orang lainnya sekadar berjabat tangan.
”Ambassador Indonesia....” Mereka menyampaikan salam. Indonesia dan Tunisia pun kian erat berhubungan, seperti pesan Soekarno, Presiden pertama Republik Indonesia, yang diidolakan Zuhairi.