Alok Shukla, Penyelamat Paru-paru India
Kami akan terus berjuang agar tidak ada lagi pertambangan dan bahkan tak boleh satu pun pohon ditebang di hutan Hasdeo.
Selama belasan tahun, Alok Shukla (45) memimpin gerakan komunitas lokal untuk mencegah proyek-proyek tambang di kawasan hutan Hasdeo Aranya, India. Gerakan itu berhasil menyelamatkan 180.000 hektar hutan dari kerusakan akibat pertambangan batubara.
Berkat kerja keras dan komitmennya menyelamatkan hutan Hasdeo yang lebih luas dari wilayah London, Shukla mendapat penghargaan Goldman Environmental Prize 2024 yang diumumkan pada 29 April 2024. Penghargaan global yang secara informal disebut sebagai “Nobel Hijau” itu diberikan kepada orang-orang di akar rumput yang berjasa besar dalam penyelamatan lingkungan. Tahun 2023, aktivis akar rumput dari Indonesia, Delima Silalahi, mendapat penghargaan serupa.
“Penghargaan ini tidak hanya untuk saya secara pribadi, tetapi juga untuk setiap warga yang ikut dalam perjuangan masyarakat adat dan gerakan menyelamatkan hutan Hasdeo yang makmur selama 12 tahun terakhir. Penghargaan ini akan memperkuat perjuangan akar rumput Hasdeo dan dukungan internasional,” ujar Shukla seperti dikutip dari The Times of India, Kamis (2/5/2024).
Shukla tumbuh di Negara Bagian Chhattisgarh, India tengah. Di wilayah itu terbentang hutan luas yang menyimpan kekayaan cadangan batubara terbesar di India, sekitar 5,6 miliar ton. Selama ini, hampir 70 persen listrik di India bersumber dari batubara dan 21 persen pasokannya berasal dari Chhattisgarh. Tidak mengherankan banyak perusahaan pertambangan berusaha masuk ke hutan dan mengeruk batubara yang terkubur di bawahnya.
Shukla menyaksikan bagaimana kerusakan lingkungan dan sosial terjadi akibat penambangan batubara di hutan Hasdeo. Ia sadar, jika proyek penambangan batubara tidak dihentikan, bencana akan segera datang. Betapa tidak, Hasdeo merupakan paru-paru India. Hutan itu merupakan salah satu sistem hutan paling luas dan rapat di India.
Keanekaragaman hayati di dalamnya pun amat kaya. Hasdeo menjadi rumah bagi 25 spesies yang terancam punah, termasuk leopard, beruang kungkang, dan hyenas berstrip. Selain itu, ada 92 spesies burung, termasuk elang burung buteo mata putih, serta 167 spesies tanaman berkhasiat obat yang langka. Hasdeo juga menyediakan koridor bagi harimau yang kritis menuju suaka alam dan habitat bagi 50 gajah asia yang terancam punah.
Lebih jauh, Hasdeo merupakan wilayah penangkapan air untuk Sungai Hasdeo yang kemudian mengalir ke Sungai Mahanadi dan beberapa sungai lain. Sungai-sungai itu mengairi 300.000 hektar daerah pertanian. Ada sekitar 15.000 orang Adivasi, warga asli Hasdeo yang bergantung hidupnya dari hutan itu.
Pada 2010, kementerian lingkungan India sebenarnya telah menyatakan hutan Hasdeo sebagai zona bebas kegiatan pertambangan. Namun, pernyataan itu tidak pernah diformalkan dalam peraturan pemerintah. Pada saat yang sama, pemerintah terus berusaha menambah pertambangan di sana. Antara 2011 dan 2015, misalnya, pemerintah memberikan izin kepada konglomerat India untuk mengoperasikan lima pertambangan di Hasdeo.
Perlawanan akar tumput
Akhir tahun 2011, Shukla datang ke Hasdeo mempelajari rencana pemerintah yang melelang beberapa blok lahan lagi di di sana. Ternyata warga lokal hanya mendapat secuil informasi tentang proyek itu. Mereka juga tidak tahu bagaimana memperjuangkan hak-hak mereka.
“Tak ada seorang pun yang mau menyerahkan lahannya, tapi mereka terpaksa menerima keadaan bahwa mereka tidak bisa melakukan apa-apa,” ujar Shukla kepada AFP.
Sejak kunjungannya itu, Shukla memutuskan mendampingi warga lokal. Ia jelaskan bahwa konstitusi memberikan perlindungan bagi masyarakat adat lokal. Hal itu bisa dipakai untuk melawan proyek-proyek pertambangan di Hasdeo. Ia ajarkan bagaimana strategi dan taktik menghadapi perusahaan-perusahaan itu.
Baca juga: Murrawah Maroochy Johnson, Perjuangan Tanah Adat di Queensland
Shukla lantas terlibat dalam gerakan penyelamatan Chhattisgarh yang digerakkan oleh anggotanya tanpa dibayar. Bersama beberapa orang, ia mendirikan Komite Perlawanan Penyelamatan Hasdeo Aranya, gerakan akar rumput yang mempersatukan masyarakat adat warga yang tinggal di kawasan hutan Hasdeo.
Pada 2020, pemerintah mengumumkan lagi lelang lahan tambang batubara. Kali ini, komunitas lokal melawan rencana itu dengan sengit. Pemerintah pusat merespons perlawanan dengan membuat ketentuan darurat pada 20 Desember demi memuluskan lelang 21 blok lahan tambang. Ketentuan itu antara lain menyebutkan, jika sebuah proyek dianggap sebagai kepentingan nasional, beberapa aturan lain bisa diterabas, termasuk persetujuan dari komunitas lokal atau persyaratan dengar pendapat publik.
Shukla tidak tinggal diam. Ia mengorganisasi warga desa dalam protes menentang lelang itu. Ia memimpin warga desa melobi dewan legislatif untuk menyatakan 380.000 hektar hutan Hasdeo sebagai suaka bagi gajah Lemru. Mereka meminta dewan melindungi koridor gajah dan wilayah perbatasan dari kegiatan pertambangan batubara.
Protes yang terus-menerus akhirnya memaksa pemerintah mencabut tiga proyek tambang dari lelang publik pada September 2020. Pada Oktober 2021, setelah unjuk rasa 500 warga desa dengan berjalan kaki sepanjang 267 kilometer ke ibu kota Raipur, pemerintah membatalkan lagi 14 proyek pertambangan.
Shukla juga mengumpulkan dukungan luas dari media sosial dan platform digital dengan menggunakan tagar #SaveHasdeo. Kampanye ini menginspirasi aksi di seluruh negeri, termasuk demonstrasi dengan sepeda. Bahkan, sejumlah pasangan menggunakan tagar itu dalam undangan perkawinan mereka.
Shukla terus melancarkan tekanan yang membuat pihak-pihak yang pro pada proyek pertambangan menekan balik. Beberapa mengancam akan melakukan kekerasan atau mengambil langkah hukum. Ada pula yang berusaha menyuap Shukla dan kawan-kawan.
Kami akan terus berjuang agar tidak ada lagi tambang-tambang yang dibuka dan bahkan tidak boleh satu pun pohon ditebang di sini (Hutan Hasdeo) sekarang.
Ancaman semacam itu tidak mempan menggoyahkan sikap Shukla dan kawan-kawan. Pada musim semi 2022, mereka justru mengorganisasi warga desa untuk menentang penebangan 300 pohon untuk proyek pertambangan. Shukla bertemu dengan pejabat pemerintah lokal dan pemimpin senior negara bagian, menggelar konferensi pers di New Delhi, memberikan wawancara radio dan televisi, menulis surat dan petisi, menggorganisasi protes, serta menggelar majelis desa yang berdampak pada komunitas Adivasi.
Baca juga: Yuli Yanika, Menyelamatkan Masa Depan Anak Disabilitas
Merespons aksi-aksi itu, parlemen negara bagian pada Juli 2022 akhirnya mengadopsi sebuah resolusi menentang pertambangan di seluruh wilayah Hasdeo Aranya. Resolusi itu juga menuntut pembatalan semua alokasi lahan untuk pertambangan yang sudah ada.
Situs Goldman Prize menilai keahlian Shukla mengorganisasi komunitas lokal dan membuat strategi berkelanjutan memaksa pemerintah membatalkan usulan 21 blok pertambangan batubara di wilayah hutan. Gerakan akar rumput ini juga berhasil melahirkan solidaritas nasional untuk menyelamatkan kelestarian Hutan Hasdeo Aranya dari kerusakan yang ditimbulkan sejumlah korporasi.
“Perjuangan kami meraih pencapaian yang hebat. Kami akan terus berjuang agar tidak ada lagi tambang-tambang yang dibuka dan bahkan tidak boleh satu pun pohon ditebang di sini (Hutan Hasdeo) sekarang,” katanya kepada AFP.
Alok Shukla
Aktivitas: Pendiri Komite Perlawanan Penyelamatan Hasdeo Aranya
Penghargaan antara lain: Goldman Environmental Prize 2024