Misteri Pembunuhan Perempuan di Koper Terkuak Berkat CCTV
CCTV membantu polisi mengungkap pembunuhan terhadap perempuan yang jasadnya disimpan dalam koper.
Oleh
RHAMA PURNA JATI
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Keberadaan kamera pemantau (CCTV) turut membantu polisi dalam mengungkap kasus pembunuhan terhadap Rini Mariany (50) yang jasadnya disimpan di dalam koper. Data dari rekaman tersebut disinkronkan dengan keterangan dari para saksi. Masyarakat diminta memasang CCTV untuk membatasi atau mengurungkan niat calon pelaku melakukan tindak pidana.
Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya Komisaris Besar Wira Satya Triputra, Jumat (3/5/2024), menuturkan, dalam mengungkap kasus pembunuhan yang dilakukan oleh Ahmad Arif Ridwan Nuwloh (29) terhadap kekasihnya, Rini Mariany (50), polisi membuka beberapa rekaman CCTV. Penyidik melihat rekaman CCTV hotel di Bandung, Jawa Barat, yang sempat disinggahi oleh Ahmad dan Rini pada Rabu (24/4/2024) .
Dalam CCTV tersebut tergambar keduanya masuk ke dalam kamar nomor 121 pada pukul 09.51 WIB. Saat itu, Rini mengenakan pakaian merah muda, sedangkan Ahmad berpakaian hitam. Lalu sekitar pukul 18.40 Ahmad keluar pintu kamar hotel dengan membawa koper hitam dan sebuah kantong plastik hitam.
Sebelum ke hotel, pergerakan keduanya juga terekam dalam kamera CCTV yang tersemat di sebuah kantor di Bandung. Keduanya memang bekerja di perusahaan yang sama, tetapi di divisi yang berbeda. Ahmad bertugas sebagai auditor, sedangkan Rini bekerja sebagai kasir.
Pada rekaman CCTV, keduanya juga terlihat keluar dari kantor dan pergi ke sebuah hotel dengan menggunakan sepeda motor milik korban. ”Dari rekaman ini membuktikan Ahmad merupakan orang terakhir yang bepergian dengan korban,” kata Wira.
Berkat rekaman CCTV dari Jasa Marga di Jalan Tol Pasteur, polisi juga merekam pergerakan pelaku yang pergi ke Bitung, Tangerang, Banten, dan kembali ke Bandung melewati jalan tol. Dari hasil penyidikan, ujar Wira, Ahmad menumpangi taksi daring menuju Bitung, Kabupaten Tangerang, untuk menjemput adiknya, Aditya Tofik Qurahman (21).
Rekaman CCTV milik warga yang tinggal di seputaran Cicendo, Bandung, juga menjadi acuan. ”Dari rekaman ini, kami bisa mengikuti pergerakan pelaku bersama adiknya," katanya.
Kasat Reskrim Polres Metro Bekasi Ajun Komisaris Besar Gogo Galesung mengatakan, pihaknya juga melihat rekaman CCTV di beberapa tempat seperti di Rumah Sakit Dokter Hasan Sadikin, Bandung. Hal ini untuk membuktikan pengakuan korban jika ia akan pergi ke sana untuk mengunjungi saudaranya yang menderita sakit tuberkulosis (TBC).
”Namun, hingga waktunya, keberadaan korban tidak terdeteksi,” katanya.
CCTV juga merekam pergerakan Ahmad setelah membunuh Rini. Pada Kamis (25/4/2024), ia sempat mendatangi kantornya lagi, untuk melakukan audit. Cara ini dianggap sebagai upaya untuk menutupi kejahatannya.
Kabid Humas Polda Metro Jaya Komisaris Ade Ary Syam Indradi menuturkan, keberadaan CCTV memang sangat membantu proses penyidikan. Tidak hanya untuk kasus ini, tetapi juga untuk kasus kejahatan yang lain.
Karena itu, Ade berharap agar warga memasang CCTV di rumahnya. Hal ini penting untuk membatasi pergerakan para pelaku kejahatan.
”Jika banyak CCTV, diharapkan juga dapat menyurutkan niat para pelaku kejahatan untuk melakukan perbuatannya,” ucap Ade.
Keberadaan CCTV memang sangat membantu proses penyidikan. Tidak hanya untuk kasus ini, tetapi juga untuk kasus kejahatan yang lain.
Kriminolog dari Universitas Muhammadiyah Palembang, Sri Sulastri, mengatakan, beragam upaya dilakukan oleh pelaku kejahatan untuk menutupi aksi kejahatannya. Salah satunya dengan menyimpan mayat korban di dalam koper lalu membuangnya.
Namun, Sri beranggapan, pada zaman sekarang ini sulit untuk menutupi kejahatan karena semua pergerakan pasti terpantau CCTV. Seperti di kasus pembunuhan terhadap perempuan yang jasadnya disimpan di koper, pelaku tertangkap berkat dari bukti CCTV.