Satu Siswa STIP Tewas Dianiaya Seniornya, Pelaku Diduga Lebih dari Satu Orang
Putu Satria Ananta Rastika, siswa Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran, Jakarta Utara, meninggal setelah dianiaya seniornya.
Oleh
RHAMA PURNA JATI
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS - Kasus penganiayaan yang menewaskan Putu Satria Ananta Rastika (19), siswa taruna Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran Cilincing, Jakarta Utara, mesti diusut tuntas. Pelaku penganiayaan diduga seniornya dan lebih dari satu orang.
Satria meninggal diduga setelah dianiaya seniornya di toilet Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP) Cilincing, Jakarta Utara, Jumat (3/5/2024). Jenazah Satria dibawa ke Rumah Sakit Bhayangkara Said Sukanto, Kramatjati, Jakarta Timur, untuk diotopsi.
Kepala Polres Jakarta Utara Komisaris Besar Gidion Arif Setiawan, Sabtu (4/5/2024), menyatakan telah memeriksa puluhan saksi untuk mengungkap kasus ini. Di antara saksi terdapat 10 siswa yang diduga terlibat dalam penganiayaan. Meski demikian, belum ada penetapan tersangka.
Menurut Gidion, tidak sulit mengungkap kasus ini karena semua terekam jelas dalam kamera pemantau (CCTV). Ia menilai, tindakan kekerasan tersebut di luar kegiatan sekolah karena tidak tertera dalam kurikulum.
Tumbur Aritonang, kuasa hukum keluarga Satria, Sabtu, mengungkapkan, sebelum korban diotopsi, pihak keluarga menemukan sejumlah luka lebam di tubuh korban. Luka itu di antaranya di bagian kanan dan kiri perut serta punggung.”Ada juga tanda merah di lengan kanan dan kiri. Namun, belum dipastikan apakah itu akibat pukulan atau bekas dipegang,” lanjutnya.
Jika mengacu pada rekaman CCTV, Tumbur menduga pelaku penganiayaan dimungkinkan lebih dari satu orang. Dari rekaman CCTV yang mengarah langsung ke toilet sekolah, setidaknya ada empat orang yang masuk dan keluar dari toilet kampus.
”Saya yakin ini bukan perkelahian satu lawan satu orang, tetapi lebih dari itu,” ungkapnya.
Terkait motif pelaku, ia menduga kasus ini erat kaitannya dengan masalah senioritas, dugaan perundungan, hingga dendam. ”Namun, terkait penyelidikan, kita serahkan semua ke pihak kepolisian,” ujar Tumbur.
Atas kejadian ini, pihak keluarga meminta agar kepolisian bersikap profesional dalam mengungkap kasus ini. ”Selama ini, almarhum dikenal berprestasi dan tidak masalah apa pun dengan rekannya. Wajar jika keluarga terkejut mendengar kejadian ini,” kata Tumbur.
Kakek korban Ketut Lilia Murti menduga penganiayaan ini disebabkan oleh kecemburuan senior terhadap cucunya. Karena di sekolahnya, Satria dikenal sebagai siswa berprestasi dalam bidang akademik dan memiliki jiwa kepemimpinan yang kuat. Karena jiwa kepemimpinannya itu, Satria pun ditunjuk sebagai mayoret utama. Bahkan, dalam waktu dekat, Satria akan mengikuti program pertukaran pelajar ke China.
Kasus penganiayaan yang menewaskan Satria menambah panjang deretan kasus kekerasan di lingkungan pendidikan. Jenis kasusnya beragam, tetapi kasus perundungan dan kekerasan seksual menjadi yang terbanyak meski pemerintah sudah membuat peraturan antikekerasan di satuan pendidikan.
Seperti diberitakan Kompas.id, 16 Desember 2023, sedikitnya ada 136 kasus kekerasan di lingkungan pendidikan sepanjang 2023 yang terekam pemberitaan media massa. Total ada 134 pelaku dan 339 korban, dengan 19 orang di antaranya meninggal. Data ini dihimpun Yayasan Cahaya Guru pada 1 Januari-10 Desember 2023 melalui pemantauan pemberitaan media massa tersertifikasi Dewan Pers.
Direktur Eksekutif Yayasan Cahaya Guru Muhammad Mukhlisi mengatakan, dari catatan itu artinya dalam sepekan terjadi 2-3 kasus kekerasan di lingkungan pendidikan. Hal ini menjadi alarm bagi dunia pendidikan bahwa kondisi sekarang sedang tidak baik-baik saja.
”Ini sangat mengkhawatirkan karena kejadian-kejadian ini mengerikan, sampai 19 orang meninggal. Hak pendidikan yang aman bagi semua menjadi terganggu,” kata Mukhlisi.