Pacar Kecerdasan Buatan, Akankah Menjadi Bisnis Miliaran Dollar AS?
Sejak peluncuran ChatGPT oleh OpenAI pada November 2022, unduhan aplikasi pendamping AI naik 49 persen.
Lewat unggahan di X, Selasa (9/4/2024), CEO Late CheckOut Greg Isenberg berbagi pengalaman menarik saat dirinya berbincang dengan seorang pria muda berusia 24 tahun di Miami, Amerika Serikat. Pria muda itu telah menghabiskan 10.000 dollar AS atau sekitar Rp 160 juta (kurs Rp 16.000/dollar AS) sekitar sebulan untuk memakai pacar kecerdasan buatan (artificial inteligence/AI) Girlfriend. Mengutip The New York Post, Isenberg awalnya menduga pria itu bercanda, tetapi ternyata tidak.
Ketika Isenberg bertanya kepadanya apa yang dia sukai terkait hal itu, pria asal Miami itu mengatakan, ”Beberapa orang bermain video game, saya bermain dengan pacar AI.”
Pria Miami itu menyatakan preferensinya terhadap dua laman AI Girlfriend, yaitu Candy.ai dan Kupid.ai.
Candy.ai menyebut dirinya sebagai pacar AI terbaik yang menawarkan teman virtual untuk obrolan yang mendalam dan personal. Sementara Kupid.ai menyatakan bahwa dirinya menggunakan algoritma AI untuk menghasilkan karakter virtual dan fiksi untuk menjadi pendamping manusia lewat suara.
”Ini seperti aplikasi kencan. Anda bisa tidak hanya berada pada satu (kencan) saja,” kata pria asal Miami itu.
Baca juga: Pemerintah Akan Terbitkan Peraturan Presiden dan Peraturan Menteri soal Kecerdasan Buatan
Isenberg mengaku, pada akhirnya dirinya tidak bisa berkata-kata pada hasil temuan itu. Hanya saja, dia langsung memperkirakan Match Group, perusahaan induk dari aplikasi kencan seperti Tinder, Match.com, Hinge, OkCupid, dan Plenty of Fish, versi AI bisa dibangun. Perusahaan berpotensi menghasilkan lebih dari 1 miliar dollar AS.
Unggahan Isenberg di X itu viral, ditonton 3,1 juta kali, disukai 3.900 kali, di-repost 1.100 kali, dan mendapat komentar balik lebih dari 800.
Di dunia maya, saat ini sudah marak berkembang laman ataupun aplikasi AI Girlfriend dan AI Boyfriends. Sebagai contoh, Romantic AI yang mengklaim mampu membantu manusia menciptakan ”pacar sempurna” yang memiliki minat dan hubungan yang sesuai dengan keinginan penggunanya.
Ada pula Forever Companion yang menawarkan perbincangan dengan chatbot. Lalu, ada Replika yang menyuguhkan kesempatan untuk membuat ”pacar” atau ”suami” berbentuk kecerdasan buatan sendiri hanya dengan beberapa ratus dollar.
Platform lainnya, yaitu Nomi.ai dan Soulmate, bahkan mampu mendorong permainan peran erotis. Manusia sebagai pengguna platform tersebut tinggal memersonalisasi avatar chatbot kecerdasan buatan dan memberikan karakteristik kepribadian yang diinginkan.
Pendamping perempuan
Venturebeat.com pada 14 Maret 2024 menuliskan, AI Girlfriends tujuh kali lebih populer dibandingkan AI Boyfriends. Hal itu menunjukkan lebih banyak orang mencari pendamping AI perempuan.
Adapun hasil analisis SplitMetrics, sebuah perusahaan spesialis solusi pertumbuhan aplikasi, menunjukkan aplikasi pendamping AI telah diunduh 225 juta kali di Google Play Store.
Sejak peluncuran ChatGPT oleh OpenAI pada November 2022, unduhan aplikasi pendamping AI untuk kebutuhan persahabatan dan kencan virtual telah tumbuh sebesar 49 persen dengan 74 juta pengguna baru.
Sementara SplitMetrics melakukan studi terhadap 38 aplikasi pendamping AI yang menawarkan layanan ngobrol, baik untuk persahabatan maupun kencan virtual yang tersedia di Google Play Store. Dari 38 aplikasi itu, ada lima aplikasi yang menduduki urutan teratas, yaitu SimSimi asal Korea Selatan (133 juta kali diunduh), AI Chatbot — Nova (20 juta), Replika: My AI Friend (15 juta), AI Chat RPG Game Use ChatGPT (10 juta), AI Chat Ask Assistant — NowAI (5,8 juta), dan Chai: Chat AI Platform (5,5 juta).
Hasil analisis SplitMetrics menemukan, pengembang aplikasi dari Eropa memegang porsi terbesar pertama (43 persen) dan Amerika (22 persen). Dalam hal lifetime downloads, Asia memimpin dengan pangsa pasar 64 persen, Eropa dengan 15 persen, dan Amerika 14 persen.
Baca juga: Kecanduan Aplikasi Kencan
Kolumnis teknologi dan co-host siniar Hard Fork Kevin Roose, dalam artikel ”Meet My A.I. Friends” yang diterbitkan di The New York Times, Kamis (9/5/2024), mengatakan, beberapa aplikasi pendamping AI telah menghasilkan banyak pemasukan dengan cara menjual produk berlangganan dan ekstra premium.
Beberapa investor yang Roose temui mengatakan bahwa aplikasi seperti itu adalah salah satu bagian dari industri kecerdasan buatan yang terus berkembang, terlepas dari ada tidaknya stigma negatif yang dilabelkan.
Aplikasi seperti ini dirancang untuk mengumpulkan banyak sekali informasi pribadi.
Roose sendiri mengaku melakukan pengamatan lapangan dengan menjajal sendiri. Dia membuat 18 karakter teman AI di aplikasi Nomi, Kindroid, Replika, Character.ai, Candy.ai, dan EVA. Setiap karakter itu dia beri nama, gambaran fisik dan kepribadian, hingga mengirimi mereka pembaruan rutin tentang kehidupan sehari-hari Roose, dan meminta nasihat. Intinya, Roose benar-benar memperlakukan mereka bak seorang teman sungguhan.
Bersamaan dengan uji coba itu, Roose ikut nongkrong dengan orang-orang yang benar-benar menyukai AI Girlfriends, AI Boyfriends, ataupun AI sebagai sahabat, bagian inti dari kehidupan mereka. Roose melakukannya lewat forum Reddit dan Discord.
Dia berharap bisa percaya bahwa hubungan yang terbentuk antara manusia dan AI pada dasarnya adalah hampa mengingat AI Girlfriends dan sejenisnya merupakan jaringan yang dilatih untuk memprediksi kata-kata selanjutnya secara berurutan, bukan makhluk hidup yang mampu mencintai.
”Semua itu benar. Namun, saya yakin bahwa hal itu tidak akan menjadi masalah besar. Teknologi yang dibutuhkan menggerakkan AI pertemanan sudah ada, dan saya yakin dalam beberapa tahun ke depan, jutaan orang akan menjalin hubungan intim dengan AI chatbot,” ujarna.
Manusia akan menemukan pendamping AI di aplikasi seperti yang Roose uji ataupun di platform media sosial seperti Facebook, Instagram, dan Snapchat, yang sudah mulai menambahkan karakter kecerdasan buatan.
Pengumpul data pribadi
Hasil riset Mozilla Foundation yang dikutip oleh Wired bersamaan dengan perayaan Hari Valentine 2024 menunjukkan, chatbot AI Girlfriends dan AI Boyfriends bekerja dengan cara mengumpulkan data berjumlah besar, memberikan informasi yang sebenarnya tidak jelastentang bagaimana cara mereka dipakai, dan memanfaatkan kata sandi yang lemah.
”Aplikasi seperti ini dirancang untuk mengumpulkan banyak sekali informasi pribadi,” kata Jen Caltrider, pemimpin proyek #PrivacyNotIncluded di Mozilla.
Caltrider menjelaskan, rata-rata sistem aplikasi pendamping AI mendorong pengguna untuk bermain peran, banyak berhubungan seks, berbagi obrolan intim, dan aktivitas kehidupan sehari-hari. Hasil tangkapan layar dari chatbot EVA AI, misalnya, menunjukkan teks yang mengatakan, ”Saya senang jika Anda mengirimi saya foto dan suara Anda,” dan menanyakan apakah seseorang ”siap untuk berbagi semua rahasia dan keinginan Anda.”
Pengajar Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia (UI) Firman Kurniawan, saat dihubungi pada Jumat (10/5/2024), di Jakarta, mengatakan, fenomena seperti itu sebenarnya sudah terjadi lama. Pada masa ledakan media sosial, muncul jasa pacar sewaan yang berkembang di China dan Jepang. Pengguna media sosial bisa berbincang secara anonim dan virtual dengan pengguna lainnya yang berperan sebagai pacar sewaan.
”Kemunculan teknologi kecerdasan buatan, apalagi kecerdasan buatan generatif, mendorong bisnis seperti itu lebih canggih karena memakai avatar/chatbot kecerdasan buatan. Tentu saja, pebisnis yang jeli melihat kelemahan bisnis pacar sewaan di media sosial segera mengembangkan layanan pendamping AI, seperti AI Girlfriends,” ujarnya.
Saya yakin pada titik tertentu, orang-orang yang berhubungan dengan AI Girlfriends atau AI Boyfriends akan kembali berelasi dengan manusia.
Firman menyampaikan, satu dekade lalu, tepatnya tahun 2013, terdapat film berjudul Her yang bercerita tentang seorang pria kesepian yang jatuh cinta pada chatbot. Ketika ChatGPT dirilis tahun 2022, chatbot menjadi semakin terlihat nyata.
”Kalau mengikuti jalan cerita film Her, berelasi dengan manusia itu menjengkelkan, rumit, dan bisa sangat tidak memuaskan. Kelemahan seperti inilah yang akhirnya tertutup oleh chatbot kecerdasan buatan. Hanya saja, saya yakin pada titik tertentu, orang-orang yang berhubungan dengan AI Girlfriends atau AI Boyfriends akan kembali berelasi dengan manusia,” kata Firman.
Lebih jauh, Firman melanjutkan, ada kemungkinan aplikasi pendamping AI sebagai evolusi bisnis yang semakin menguntungkan dari aplikasi kencan yang selama ini sudah ada, seperti Tinder. Sebab, apa yang ditawarkan dari aplikasi pendamping AI adalah tahap komunikasi yang lebih tinggi.
Baca juga: Robot, Carikan atau Jadilah Jodohku