Puisi-puisi Chalvin Pratama Putra
Chalvin Pratama Putra kelahiran Bayang, Pesisir Selatan, Sumatera Barat. Tergabung dalam penyair Asia Tenggara.
Bayang Nan Tujuh Koto Nan Salapan
Untuk Guruku Emral Djamal D.t Rajo Mudo
”waris nan bajawek, pusaka nan ditolong”
telah kau jadikan rumah gadang tempat sasaran membuka langkah
kau bentang cerita kusam lama terperam
kau singkap segala kaji untuk diri
dengan pitunang penenang roh para tuanku
riwayat kampung yang tersudu musim buruk;
telah turun moyang kami
mendaki bukit kambuik
meniti danau kembar
melereng-lereng ke rawang silimau
telah dikecoh mata sebab ilalang
telah surut pandang sebab bayang-bayang
lantas dari mitologi mana negeri ini disebut-sebut
dukun padi, dukun sakti atau dukun salido
yang makin diobat makin menjadi
kau sebut juga dirimu sitawar hakikat
yang datang dari gunung tua
menawarkan kami kaji pengisi perut
ketika badan hendak bertolak surut
dilanda musim buruk mendekati maut
”laut sakti rantau bertuah”
katamu dulu itu
naning yang bersarang di telinga
getaran hebat menahan langkah terkebat
Bayang, 2022
Baca juga: Puisi-puisi Sthiraprana Duarsa
Ke Banda Sapuluh
dahulu sekali moyang kami datang
dari rahim alam sungai pagu meneroka sepuluh rantau
membangun mukim baru di tepian angin laut
yang memberi demam tak tentu
mereka menyaksikan perut bumi dikeruk
dipangkas segala yang tumbuh dengan mujarab
dikapalkannya emas
lada dan segala aroma wangi rimba belantara
dibawa jauh ke luar sana
yang tersisa bagi kami hanya jejak sepatu mereka
di sebelah barat, tempat matahari mati berayun
pantai dan pelabuhan kami sering memangku
dan menyipak kapal-kapal keluar masuk
dibawanya segala yang dapat ditebus
demi lambung
ditinggalnya pesakitan
dan cerita buruk di pangkal telinga kami
Bayang, 2023
Baca juga: Puisi-puisi Toto ST Radik
Surau Tepian
suatu parak siang di beranda terdengar bapak bercerita
tentang surau yang dikunyah sungai batang bayang
jalan bersimpang mengembarai muara
batas kemalangan pada gelombang laut pasar baru
surau tempat moyang duduk tegak mengorak sila
menyiasati bayang-bayang di negeri seberang
mengeja nasib anak kumidi mengulang kaji
bekal dunia tempat kerisauan berpulang
telah melompat mantra laut
gelanggang anak rantau menghimpun pengaduan.
tujuh pohon keramat mengebat sungai batang bayang di tepian surau
serupa menara juga pohonnya tempat penangkal terik,
dari kedip matahari dari timur
kata bapak; bilamana telah datang seruan man jadda wajada
telah bersimpang jalan membelah muara
menikam pondasi tiga belas tiang
tujuh pohon keramat menyisakan nama
tumbang melahap aliran lama
di sana mereka saksikan para raja singgah mencari mantra
minta belajar langkah segitiga
ada juga para moyang dari seberan
yang mencari guru dubalang tua
tapi kini, surau abad ini hanyalah sepotong abu
merawi di atas tunggul
gemuruh tabiat runtuh, laku serupa kain lusuh
Bayang, 2021
Baca juga: Puisi-puisi Toni Lesmana
Jasad Ibu
telah kumasukkan jasad ibu
ke dalam kantong celana
sebab ia telah mati
meski tak kuizinkan kematiannya
kutulis surat kosong
dan meletakkannya di atas bandul
di samping poto ayah
yang sedang menggoroh babi
aroma jasad ini aroma kematian ini
berkuasa membawaku jauh berjalan
dengan api padam di padang kelam
dengan terompah besi di padang terik
siapa yang dapat membaca surat kosong ini
selain bandul dan poto ayah
siapa yang tahu di kantongku ada jasad ibu
selain tuhan, selain tuhan
namun di suatu yang lain
kekasihku telah mencurigai keberadaan jasad di kantongku
setiap kali kami bercinta, berjanji dan bersumpah
sehingga apa yang kusimpam dapat diterkanya
apa yang kutulis meski kosong dapat dibacanya
ia ingin juga masuk ke dalam kantong
kantong baju sebelah kiri
menjadi jasad, menjadi mayat, menjadi ibuku
Padang, 2023