Ekspedisi Sesar Baribis, Sebuah Upaya Intensifkan Mitigasi Gempa di Jakarta
Ekspedisi susur Sesar Baribis merupakan upaya mendongkrak mitigasi gempa di Jakarta dan sekitarnya.
Oleh
FRANSISKUS WISNU WARDHANA DANY
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Sejak tahun lalu, Jakarta mengintensifkan mitigasi gempa. Upaya terbaru melalui ekspedisi susur Sesar Baribis dengan melibatkan ahli lintas keilmuan, praktisi kebencanaan, dan warga.
Belasan gempa, baik merusak maupun terasa getarannya, terjadi di Jakarta sejak 1699. Peristiwa ini akan dikaji atau ditelusuri lebih dalam melalui ekspedisi susur Sesar Baribis dengan tujuan akhir terwujud kota dan desa siaga gempa berbasis keilmuan serta kearifan lokal.
Tim ekspedisi susur Sesar Baribis diperkenalkan pada Jumat (26/4/2024) siang di kantor Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta oleh BPBD, BRIN, dan Yayasan Skala Indonesia. Selain Jakarta, tim juga akan menyusuri Bogor, Karawang, Indramayu, Cirebon, Majalengka, Sumedang, Subang, Purwakarta, dan Bekasi.
Ketua Subkelompok Urusan Pencegahan BPBD DKI Jakarta Rian Sarsono mengatakan, banyak warga tak menyadari atau lupa bahwa Jakarta berada di zona gempa dan terjadi belasan gempa sejak 1699. Bahkan, BMKG melaporkan gempa Magnitudo 4,5 di Kepulauan Seribu pada 14 Agustus 2023.
”Orang-orang mengira Jakarta tak pernah gempa atau getarannya tak besar sehingga lupa catatan belasan gempa. Mitigasi terkait gempa harus terus diperkuat, baik kesadaran dampak bencana maupun infrastruktur yang ada,” kata Rian.
Gempa bisa terjadi di Jakarta karena secara geografis pada selatan Pulau Jawa terdapat lempeng Indo-Australia dan lempeng Eurasia dengan segmen Jawa Timur, Jawa Tengah-Barat, dan Selat Sunda dengan potensi gempa hingga Magnitudo 8,7.
Jakarta juga dekat dengan sejumlah sesar, yaitu Baribis, Lembang, Cimandiri, Gunung Salak, dan Gunung Gede Pangrango, yang sedang diteliti potensi kegempaannya. Sejak tahun lalu, Pemprov DKI Jakarta membentuk satuan tugas penilaian gedung dan non-gedung.
Satuan tugas tersebut beranggotakan 122 orang dari berbagai dinas dan instansi/lembaga terkait. Tugas mereka menilai ketangguhan, kesiapsiagaan, dan kelayakan gedung dan non-gedung, serta mengintegrasikannya ke dalam sistem SIDUGATAMI (Sistem Gedung Tangguh Bencana Gempa Bumi).
Ekspedisi susur Sesar Baribis ini berguna apa pun hasilnya.
Upaya tersebut berjalan di samping sosialisasi dan simulasi penanganan bencana kepada masyarakat umum, di sekolah, rumah sakit, pasar, tempat ibadah, dan pengelola gedung. Setiap tahun paling tidak berlangsung 50 kegiatan di komunitas atau masyarakat, 20 sekolah, 20 gedung, dan 20 kantor kelurahan, serta 30-40 lokasi lain berdasarkan permintaan warga.
Susur Sesar Baribis
Sesar Baribis merupakan salah satu zona sesar mayor di Jawa bagian barat yang mengikuti pola pulaunya. Sesar ini membentang dari timur ke barat dengan jalur terbagi atas beberapa segmen, seperti Sungai Cipanas, Ciremai, selatan Jakarta, dan sisi timur Bekasi-Purwakarta.
Peneliti Pusat Riset Kebencanaan Geologi BRIN Sonny Aribowo mengatakan, banyak sesar aktif mengapit Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, di antaranya Sesar Baribis segmen Tampomas dan segmen Ciremai, Sesar Lembang, Sesar Cileunyi Tanjungsari, dan Sesar Garsela. Sesar ini menyimpan gempa swarn atau gempa beruntun yang rata-rata berkekuatan di bawah Magnitudo 5 dan gempa pendahuluan (foreshock).
”Ekspedisi susur Sesar Baribis ini berguna apa pun hasilnya karena tak disangka terjadi gempa di daerah yang belum dipelajari sebelumnya, seperti Cianjur, Sumedang, dan terbaru di dekat Pulau Bawean,” tutur Sonny.
Getaran gempa Cianjur dan Laut Jawa ini terasa hingga Jakarta. Gempa Magnitudo 5,6 di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Senin (21/11/2022) siang, terasa kuat selama 3-5 detik di Jakarta yang berjarak 78 km arah tenggara dari pusat gempa. Sementara gempa Magnitudo 6,9 pada Jumat (14/4/2024) sore yang berpusat di Laut Jawa, sekitar 65 kilometer barat laut Kota Tuban, Jawa Timur, dirasakan hingga Jakarta dan sekitarnya.
Ekspedisi susur Sesar Baribis diketahui kelanjutan dari ekspedisi Palu-Koro di Sulawesi Tengah. Keduanya serupa melibatkan warga setempat, ahli geologi, antropologi, sosiologi, arkeologi, arsitek, praktisi kebencanaan, dan tim dokumentasi perjalanan ataupun temuan lapangan.
Kolaborasi berbagai pihak ini guna mendapatkan data dan hasil yang maksimal dari sejarah, cerita, pengetahuan lokal warga setempat, dan menilai ketangguhan bencana dari catatan gempa yang terjadi.
Direktur Yayasan Skala Indonesia Trinirmalaningrum mengatakan, kesiapsiagaan bencana membutuhkan banyak sudut pandang yang akan dikaji dalam ekspedisi. Hasilnya berupa literasi kebencanaan dalam bentuk buku dan film, kampanye-kampanye lewat berbagai platform tentang sejarah hingga ketangguhan kota dan desa dan kota menghadapi bencana.
”Kami kaji bagian selatan Jakarta mana saja yang termasuk Sesar Baribis. Sejarah hingga mitigasi yang pas seperti apa,” ucap Trinirmalaningrum.
Ekspedisi susur Sesar Baribis akan dimulai dari Depok dan Bekasi. Lalu, berurutan ke Kecamatan Tanjungsiang di Subang, Kecamatan Ujungjaya dan Tomo di Sumedang, Kecamatan Tegalwaru dan Sukatani di Purwakarta, Kecamatan Jatigede dan Talaga di Majalengka, Kuningan dan Cilimus di Kuningan, Terisi dan Gantar di Indramayu, Susukan Lebak dan Kasepuhan di Cirebon.
Selanjutnya ke Sukajaya, Pongkor, Kota Bogor, Ciampea, Tajurhalang, Bukit Rarata, dan Kemang Bogor di Bogor, Margonda di Depok, Tangerang, dan Jakarta.