Misa Kamis Putih di Kupang, Umat Diajak Amalkan Kasih Tanpa Batas
Perayaan misa Kamis Putih di Kupang menyerukan kepada umat untuk mengamalkan kasih tanpa batas.
Oleh
KORNELIS KEWA AMA
·2 menit baca
KUPANG, KOMPAS — Ribuan umat Katolik di Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur, mengikuti misaKamis Putih, Kamis (28/3/2024). Dalam kesempatan itu, umat Katolik diajak mengamalkan kasih tanpa batas kepada semua orang yang membutuhkan tanpa membedakan suku, agama, dan asal usul.
”Orang Kristen dipanggil menjalankan hukum paling pertama dan utama, yakni cinta kasih. Kasih sejati menjadi dasar pijakan untuk beriman kepada Tuhan, sekaligus terpanggil untuk saling mengasihi satu sama lain,” kata Pastor Dami Lengari dalam misa di Gereja Paroki Santo Yoseph Pekerja Penfui, Kupang.
Misa itu dihadiri ribuan umat Katolik yang memadati ruangan dan halaman gedung gereja. Misa Kamis Putih itu untuk memperingati peristiwa Yesus membasuh kaki kedua belas rasul sebagai simbol pelayanan tanpa pamrih sekaligus malam perjamuan terakhir Yesus bersama para rasul.
Misa tersebut diwarnai hujan deras yang mengguyur sebagian besar Kota Kupang. Misa diadakan sebanyak lima kali. Misa pertama pukul 15.00 Wita diikuti sekitar 3.000 umat katolik, demikian pula misa berikutnya dengan jumlah umat yang sama. Seusai misa pertama, umat disambut hujan deras dan angin kencang di depan pintu gereja.
Dalam khotbahnya, Lengari mengatakan, Yesus memberi teladan untuk melayani, bukan dilayani. Namun, saat ini, banyak orang yang telah menjadi pemimpin selalu ingin dilayani, bukan melayani. Mental ini berdampak buruk terhadap kepemimpinan itu sendiri.
Padahal, menurut Lengari, Yesus telah memberi contoh perilaku kasih sayang dan kemauan untuk melayani dalam peristiwa pembasuhan kaki para rasul. Dalam peristiwa itu, Yesus menanggalkan jubah putihnya dan mengenakan kain hitam kusut, lalu menunduk dan membasuh kaki 12 rasul tanpa membedakan mereka.
Selain membasuh kaki para rasul, Yesus juga mengadakan perjamuan terakhir bersama para rasul, malam itu. Nilai-nilai dari dua peristiwa penting dapat diamalkan oleh umat kristiani dalam hidup bermasyarakat.
Lengari mengatakan, kasih sejati mewujud dalam sikap lemah lembut serta murah hati tanpa batas dan tak berkesudahan. Oleh karena itu, umat diajak tak perlu menghitung untung rugi dan melihat latar belakang saat berbagi dengan orang lain.
”Dewasa ini, banyak pemimpin bertindak sewenang-wenang terhadap orang kecil karena mereka jarang bersuara membela diri atau membalas. Orang kecil atau sering disebut orang miskin ini kebanyakan memilih pasrah, diam, dan mengikuti kemauan orang yang dianggap punya pengaruh di masyarakat,” kata pastor dari Ordo Karmel Tak Berkasut Indonesia (OCD) Kupang itu.
Salah seorang peserta misa, Vinsen Kredok Dore (45), mengatakan, ajakan saling mengasihi mestinya terus digemakan di tengah situasi serba sulit saat ini. Sebab, selama beberapa waktu terakhir, harga berbagai kebutuhan pokok melonjak.
”Yang bisa bertahan hidup adalah orang berduit, sementara masyarakat yang tidak memiliki pekerjaan tetap, atau semata-mata bergantung pada pertanian lahan kering, semakin tak berdaya. Harta benda tidak dibawa ke liang lahat, kecuali perbuatan amal dan kasih terhadap orang susah, itu yang dikenang. Peristiwa Kamis Putih ini mengingatkan kita untuk meneladani Yesus,” kata Vinsen.