Lawan Guinea, Kans Langka Indonesia Torehkan Prestasi Ganda
Demi menang kontra Guinea, Indonesia akan tampil pragmatis. Terpenting bagi Shin Tae-yong, Indonesia ke Olimpiade.
Oleh
MUHAMMAD IKHSAN MAHAR
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Tim Indonesia U-23 memiliki kesempatan amat langka untuk menjadi duta Asia pertama yang memenangi laga playoff sepak bola putra Olimpiade. Jika meraih kemenangan atas Guinea di Pusat Latihan Nasional Clairefontaine, Perancis, Kamis (9/4/2024) pukul 20.00 WIB, tidak hanya akan mengakhiri penantian tampil di Olimpiade sejak Melbourne 1956, tetapi ”Garuda Muda” juga mengangkat martabat Asia di pesta olahraga terakbar itu.
Indonesia telah gagal memanfaatkan dua jalan menuju Olimpiade Paris 2024 di babak semifinal dan perebutan tempat ketiga Piala Asia U-23 2024. Hal itu membuat Indonesia gagal meraih salah satu dari tiga tiket jatah utama Konfederasi Sepak Bola Asia (AFC) ke Paris 2024.
Meski begitu, Indonesia masih mendapat jatah playoff menghadapi Guinea yang juga berstatus semifinalis di Piala Afrika U-23 2023. Indonesia adalah kontestan playoff Olimpiade kedua dari Asia. Sebelumnya, Oman pernah berkesempatan menjadi duta keempat asal Asia di Olimpiade London 2012. Akan tetapi, langkah Oman dihentikan Senegal.
Kondisi layaknya hidup-mati untuk memperebutkan tiket pamungkas ke Paris 2024 membuat Pelatih Indonesia Shin Tae-yong akan menerapkan pendekatan taktik berbeda dibandingkan performa di Piala Asia U-23 2024. Shin akan menyajikan performa Indonesia yang jauh lebih pragmatis untuk sekadar mengejar hasil.
”Saya akan berikan permainan berbeda. Saya tidak peduli dengan isi pertandingan, sebab yang paling utama untuk saya, kami bisa mendapatkan tiket ke Olimpiade,” tutur Shin dalam keterangan kepada media secara daring, Rabu (8/5/2024) malam.
Duel kontra Guinea layaknya pertarungan gengsi dua kawasan sepak bola yang tengah berkembang di tengah hegemoni Eropa dan Amerika Selatan. Dalam kehadiran sepak bola di ajang Olimpiade, Asia baru satu kali mengirimkan empat duta. Itu tercipta pada Olimpiade London 1948. Kala itu, wakil Asia adalah China, India, Korea Selatan, dan Afghanistan.
Afrika pernah memiliki empat wakil di Olimpiade yang tercipta pada edisi Sydney 2000, Athena 2004, dan London 2012. Capaian itu didapatkan berkat kemenangan duta Afrika pada satu laga playoff. Berbeda dengan Afrika dan Asia, Eropa selalu mampu mengirimkan empat wakil di Olimpiade sejak Atlanta 1996 atau sudah delapan edisi beruntun.
FIFA memberikan keistimewaan kepada tim-tim Eropa untuk mendapat jatah gim playoff. Jika tuan rumah Olimpiade di Eropa, laga playoff itu mempertemukan tim Afrika dan Asia.
Saya akan berikan permainan berbeda. Saya tidak peduli dengan isi pertandingan, sebab yang paling utama untuk saya, kami bisa mendapatkan tiket ke Olimpiade.
Alhasil, seandainya kembali gagal menang atas Guinea di Perancis, Indonesia dan wakil Asia lainnya harus menunggu minimal hingga 2036 untuk mendapat jatah mengirimkan empat tim ke Olimpiade. Itu pun dengan catatan Komite Olimpiade Internasional (IOC) menunjuk negara Eropa lain sebagai penyelenggara setelah Brisbane (Australia) pada edisi 2032.
Di sisi lain, skuad ”Garuda Muda” juga memiliki ambisi mengakhiri penantian selama 68 tahun tampil di babak utama Olimpiade. Lolos ke Paris 2024 adalah kesempatan terbaik untuk menorehkan tinta emas baru dalam sejarah sepak bola Indonesia.
Marselino Ferdinan dan kawan-kawan akan mendapat tempat yang sejajar dengan para legenda Indonesia yang tak akan pernah dilupakan, seperti Ramang, Tan Liong Houw, Maulwi Saelan, Aang Witarsa, serta duo bersaudara Ramlan dan Ramli Yatim.
Bahkan, anak asuhan Pelatih Shin Tae-yong pantas mendapat apresiasi lebih besar karena lolos ke Olimpiade setelah menjalani serangkaian tahapan kualifikasi. Adapun Indonesia ketika lolos ke Melbourne 1956 ibarat mendapat ”hadiah” akibat pengunduran diri Taiwan pada babak kualifikasi.
”Saya siap mengerahkan seluruh kemampuan terbaik saya untuk membantu tim lolos ke Olimpiade,” kata bek tengah Alfeandra Dewangga, yang menyusul rekan setimnya dari Semarang, Jawa Tengah, dan baru tiba di Perancis, Selasa (7/5/2024).
Menghadapi Guinea tentu bukan perkara mudah, apalagi Indonesia amat buta terhadap kekuatan tim-tim Afrika. Sejak aktif menjalani laga internasional pada 1951, Indonesia baru 15 kali menjajal kekuatan tim-tim Afrika. Hal itu terakhir kali tercipta ketika menjalani dua gim kontra Burundi, Maret 2023.
Indonesia pun pernah sekali menghadapi Guinea. Pertemuan pertama dan satu-satunya itu tercipta pada Ganefo 1965 di Stadion Moranbong, Pyongyang, Korea Utara. Kala itu, Indonesia tumbang 1-3 dari Guinea pada pertandingan yang berlangsung 3 Agustus 1965.
Di sisi lain, Shin mengungkapkan kondisi tidak ideal anak asuhannya setelah menelan dua kekalahan beruntun di Piala Asia U-23 2024. Selain kelelahan mental dan fisik, beberapa anggota skuad Indonesia juga mengalami cedera ringan.
”Kami mendapatkan kesempatan (di ambang lolos ke Olimpiade) ini dengan kerja keras. Jadi, kami harus bekerja lebih keras lagi untuk mengatasi masalah-masalah yang dihadapi selama persiapan tim menjelang laga melawan Guinea,” ujar Shin.
Pemain terbaik
Guinea juga bertekad besar untuk tidak menyia-nyiakan kesempatan tampil di Olimpiade sejak Meksiko 1968. Pelatih Guinea U-23 Kaba Diawara memanggil empat calon pemain debutan di tim Guinea U-23 pada laga melawan Indonesia.
Mereka adalah Facinet Conte (penyerang, Bastia), Illaix Moriba (gelandang, Getafe), Saidou Sow (bek, Strasbourg), dan Ibrahim Diakite (bek, Stade Lausanne). Meski belum memiliki cap di tim U-23, keempatnya adalah andalan Diawara di tim Guinea. Mereka adalah anggota skuad Guinea yang menembus perempat final Piala Afrika 2023, Januari lalu.
Keempat pemain yang merumput di Eropa itu telah bergabung dengan rekan setimnya pada sesi latihan, Senin (6/5/2024), di Stadion Leo Lagrance, Besancon, Perancis. Adapun 15 pemain Guinea lainnya telah menjalani pemusatan latihan lebih dini sejak Maret lalu di Girona, Spanyol.
Tim berjuluk ”Gajah Nasional” itu sempat menjalani dua laga uji coba menghadapi tim Amerika Serikat U-23 dan tim lokal, UE Olot. Guinea tumbang 0-3 dari AS, 22 Maret lalu. Kemudian, Guinea mengemas kemenangan 4-0 atas UE Olot, 26 Maret. Pemenang laga Guinea versus Indonesia akan jumpa AS serta Perancis dan Selandia Baru di Grup A.
”Kami percaya bisa merebut tiket ke Olimpiade dengan mengerahkan penampilan kami sepenuh hati di laga playoff. Kami hanya memiliki satu gim penentu, jadi wujudkan atau kesempatan itu terbuang,” kata Diawara dilansir laman FIFA.