Menjernihkan Peradaban bersama B Herry-Priyono
Dalam buku ini tecermin bahwa Romo Herry memang tidak pernah menawarkan solusi-solusi moral dangkal.
”Reza, ciri utama dari realitas adalah kompleksitas. Tidak ada hal yang sederhana di dalam kenyataan. Kesederhanaan analisis hanya buah dari kemalasan berpikir.” Begitu kata Romo Herry (B Herry-Priyono) di pertemuan terakhir kami sebelum beliau meninggal pada akhir 2020.
Kata-kata itu melekat ke dalam benak saya. Berbicara kehidupan, tidak ada yang sederhana. Namun, jika dilihat dari sudutnya yang paling mendalam, sesungguhnya, semuanya begitu sederhana. Kita menderita dan saling menyakiti, persis karena kita berpikir dengan cara-cara yang tak tepat.
Berpikir dengan tepat, itulah kiranya yang terus diajarkan oleh B Herry-Priyono. Melalui tulisan dan tutur kata ajarnya, ia mengajak kita semua berpikir dengan runut, logis, sistematis, kritis, dan menyeluruh. Bidang yang ia pilih adalah ekonomi politik dengan sentuhan filsafat dan ungkapan sastrawi yang sangat kuat. Dengan kejernihan yang tepat, tata ekonomi politik yang menghadirkan kebaikan bersama bisa diwujudkan.
Romo Herry memang tidak pernah menawarkan solusi-solusi moral dangkal.
Setelah beliau meninggal, Penerbit Buku Kompas menerbitkan beragam tulisan Romo Herry ke dalam beberapa buku. Salah satunya diberi judul Memburu Manusia Ekonomi, Menggeledah Naluri yang terbit pada 2022. Buku ini disunting oleh tiga orang yang namanya tak lagi asing di dunia pemikiran Indonesia. Mereka adalah Ignatius Haryanto, Karlina Supelli, dan Angga Indraswara.
Di dalam buku ini terlihat ketajaman analisis ekonomi politiknya, sekaligus kejernihan nuraninya di hadapan kerumitan keadaan yang ada. Posisi Romo Herry tetap, yakni menjadikan tata ekonomi politik yang manusiawi dan berpihak pada kebaikan bersama (bonum commune). Romo Herry juga kerap bekerja sama dengan Yanuar Nugroho. Beberapa karya mereka juga sudah tersebar di publik.
Keprihatinan Herry-Priyono
Ada empat hal yang kiranya penting untuk dipahami dari buku ini. Pertama, Romo Herry mungkin adalah pemikir terbesar tentang globalisasi di Indonesia. Ia menjelaskan ciri-ciri dasarnya serta dampak langsungnya bagi manusia. Globalisasi, baginya, adalah perentangan sekaligus penyempitan ruang dan waktu seluas bumi itu sendiri.
Kedua, seperti berulang kali beliau katakan kepada saya, ekonomi dan bisnis kini menjadi menjadi kekuatan global baru. Negara kerap dibuat tak berdaya di hadapannya. Hukum dan aturan internasional dilangkahi demi memuaskan hasrat kerakusan mereka. Bisnis internasional, demikian ungkap Romo Herry, kini menjadi Leviathan baru yang masih lolos dari mata kritis manusia, juga dari sorotan kontrol kebijakan publik yang bisa dipertanggungjawabkan.
”Apabila diagnosis ekonomi cuma berkutak-kutik dengan fluktuasi suku-bunga, indeks saham, nilai tukar, volume ekspor-impor, dan semacamnya,” demikian tulis Romo Herry, ”mungkin kita tidak perlu menjadi scholar, tetapi lebih baik menjadi pegawai bank bagian kredit” (hlm 31). Ekonomi dan bisnis jauh lebih luas dan lebih dalam dari sekadar statistik ekonomi. Inilah yang kiranya masih dilupakan oleh para analis sekaligus pembuat kebijakan publik di Indonesia. Akibatnya, analisis masalah menjadi dangkal, dan kebijakan publik jatuh ke dalam saran-saran moral yang tidak akan pernah didengarkan, apalagi diterapkan.
Romo Herry tidak membenci data. Justru sebaliknya, di berbagai tulisannya, berbagai data statistik ditampilkan. Namun, ia tidak menjadi budak data. Ia tidak menuhankan statistik, dan melupakan unsur ontologis, epistemologis dan etis yang ada di baliknya, seperti yang banyak dilakukan oleh ekonom Indonesia, bahkan dunia. Dalam arti ini, menurut saya, Romo Herry adalah seorang pemikir yang amat sangat langka, tidak hanya di Indonesia, tetapi juga di tingkat global.
Ketiga, salah satu konsep yang dikembangkan oleh Romo Herry adalah homo oeconomicus atau manusia ekonomi. Manusia semacam ini tidak ada dalam kenyataan. Ia adalah konsep yang dibuat oleh beragam praktik dan teori ekonomi yang kehilangan akarnya. Ekonomi, terutama terkait penumpukan modal dan keuntungan, pun dilihat sebagai dunia pada dirinya sendiri, sambil melupakan nilai-nilai kehidupan manusia lainnya yang amat kaya serta beragam.
Melalui tulisan dan tutur kata ajarnya, ia mengajak kita semua berpikir dengan runut, logis, sistematis, kritis, dan menyeluruh.
Keempat, Romo Herry melihat perlunya memahami ekonomi adalah artinya yang paling sejati. Ekonomi harus kembali ditanam ke dalam masyarakat dengan ragam nilai kehidupan yang sudah menopang keberadaannya sebelumnya. Ekonomi harus menjadi persoalan pemenuhan kebutuhan manusia, dan bukan hanya pengejaran buta keuntungan oleh segelintir kelompok rakus. Ketika ekonomi ditanam ke artinya yang paling sejati, kesejahteraan yang merata untuk semua bisa dicapai.
Keluasan pemikiran
Secara pribadi, saya sangat akrab dengan pemikiran Romo Herry, baik di dalam tulisan maupun tutur katanya, ketika mengajar. Ada empat hal yang kiranya penting untuk direfleksikan lebih jauh. Pertama, Romo Herry hendak memahami mekanisme kekuasaan yang mengalir di setiap sendi kehidupan kita, terutama di bidang ekonomi politik. Niat ini perlu untuk diteruskan bersama oleh kita para pembaca karya-karyanya dan juga murid-muridnya.
Kedua, Romo Herry bukan hanya seorang ahli ekonomi politik. Beliau juga adalah seorang ahli filsafat dan seorang penyair. Hatinya tetap romantis walaupun analisisnya menyayat setajam pisau bedah. Romo Herry merindukan kesejatian di dalam ekonomi politik, yakni ketika keduanya dipahami secara tepat, sesuai dengan arti sebenarnya, dan kekayaan makna yang ada di dalamnya.
Ketiga, buah dari kejernihan nurani dan ketajaman analisisnya adalah keterlibatan penuh hidupnya. Romo Herry mengajar dan memimpin salah satu lembaga pendidikan terbaik di dunia pada masanya (sekarang, sayangnya, tidak lagi), yakni Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara. Tidak hanya itu, ia bekerja dengan banyak lembaga pemerintahan dan lembaga swadaya masyarakat untuk mewujudkan misinya. Ketika ia pergi dengan begitu cepat dan mendadak, duka yang ditinggalkan begitu mendalam.
Keempat, Romo Herry memang menghadirkan kejernihan yang mendalam di dalam membaca gerak peradaban, mulai dari bidang ekonomi politik sampai dengan persoalan korupsi yang begitu rumit. Namun, tak ada kebaruan cara berpikir yang ia tawarkan. Hal ini tampak lolos dari sudut pandangnya. Ia membongkar kinerja kekuasaan, menawarkan perbaikan, sambil tetap berpijak pada pemikir-pemikir yang sudah ada sebelumnya.
Menjernihkan peradaban
Saya rasa, niat terdalam Romo Herry bukanlah menata ekonomi ataupun politik. Perhatian terdalamnya juga bukan filsafat, atau sastra. Ia ingin menjernihkan peradaban. Dalam arti ini, peradaban adalah keseluruhan tata hidup manusia yang tecermin di dalam entitas material maupun nonmaterial. Dalam arti ini, dan artinya yang paling luas, peradaban adalah kehidupan itu sendiri.
Menjernihkan berarti dua hal. Pertama, menjernihkan adalah upaya memahami secara tepat. Untuk hal ini, kita memerlukan ketajaman melihat dan menganalisis. Berbagai cabang ilmu pengetahuan maupun agama, kiranya amat berguna di sini.
Kedua, menjernihkan berarti menawarkan arah. Karena kerumitan yang ia ciptakan sendiri, peradaban manusia kerap kali kehilangan arah. Tidak hanya itu, peradaban justru mundur ke belakang. Misalnya, ekonomi yang mempermiskin, pembangunan yang merusak, politik yang korup, dan sebagainya.
Baca juga: Ganesa Beringsut ke Mana-mana
Menawarkan arah juga berarti menawarkan jalan keluar. Solusi hanya mungkin jika ia lahir dari kejernihan sekaligus ketajaman memahami masalah. Romo Herry memang tidak pernah menawarkan solusi-solusi moral dangkal. Ia memilih membongkar mekanisme dari apa yang terjadi, menjabarkan kelemahan maupun kekuatannya, lalu, dengan begitu halus, menawarkan jalan keluar.
Akhir kata, buku ini tidak hanya penuh dengan pengetahuan yang mendalam. Ia juga amat enak dibaca. Pilihan kata Romo Herry renyah dan indah walaupun kerap kali kalimat-kalimatnya terlalu panjang. Kita butuh sedikit kesabaran untuk menikmati keindahan sekaligus kedalamannya. Namun, itu semua bukan halangan berarti jika kita, bersama dengan almarhum Romo Herry, ingin ikut menjernihkan peradaban.
Reza A A Wattimena, Pendiri Rumah Filsafat; Pengembang Teori Kesadaran, Agama dan Politik; Murid B Herry-Priyono
Data Buku
Judul buku: Memburu Manusia Ekonomi, Menggeledah Naluri
Penulis: B Herry-Priyono
Penerbit: Penerbit Buku Kompas
Tahun terbit: Cetakan I, 2022
Tebal buku: x + 598 halaman
ISBN: 978-623-346-422-2