Pangsa Pasar Keuangan Syariah Baru 10 Persen, Wapres: Banyak Setan di Bank Syariah
Per Februari 2024, aset dan pembiayaan perbankan syariah tumbuh ”double digit” secara tahunan.
Oleh
MAWAR KUSUMA WULAN
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Aset keuangan syariah nasional terus meningkat, di dalamnya termasuk kontribusi perbankan syariah. Namun, pangsa pasar keuangan syariah per Juli 2023 baru sekitar 10,9 persen atau masih rendah jika dibandingkan dengan keuangan konvensional. Jumlah umat Muslim yang mencapai 87 persen penduduk ternyata belum mampu mendongkrak pangsa pasar keuangan syariah.
Wakil Presiden Ma’ruf Amin bahkan menyebut pangsa pasar yang belum naik dari angka 10 persen ini akibat banyak setan di perbankan syariah yang menghalangi orang untuk beralih dari perbankan konvensional ke perbankan syariah. ”Karena apa? Kalau untuk kebaikan itu memang banyak penghalangnya,” ujar Wapres ketika memberi sambutan di acara Silaturahmi Perkumpulan Bank Syariah Indonesia (Asbisindo), Jakarta, Senin (13/5/2024).
Wapres Amin menegaskan bahwa ekonomi syariah seharusnya menjadi suatu kewajiban karena sesuai dengan jalan Allah. ”Di bank-bank syariah ini banyak setannya kan. Makanya sekarang pangsa pasarnya masih 10 (persen), belum naik-naik. Karena itu, setannya itu dibikin ragu. Aah, sama aja, bank syariah dengan bank konvensional enggak ada bedanya,” tambah Wapres Amin.
Dari sejarahnya, pengembangan ekonomi syariah di Indonesia diawali dengan sektor keuangan syariah, terutama perbankan syariah. Gerakan memasyarakatkan ekonomi syariah digencarkan pada tahun 2000-an. Pada 2020, pemerintah mulai mengembangkan ekonomi syariah dengan empat fokus, yaitu industri keuangan, industri halal, bisnis syariah, dan lembaga sosial syariah.
Kemajuan syariah
Kini, sektor keuangan syariah sudah meningkat cukup pesat, mulai dari industri perbankan syariah, pasar modal syariah, asuransi syariah, hingga pegadaian syariah. Kemajuan perbankan syariah terlihat dari berdirinya PT Bank Syariah Indonesia, transformasi BPD syariah, kehadiran BPR syariah di daera-daerah, hingga berkembangnya skema pembiayaan KPBU syariah
Wapres menegaskan bahwa perbankan syariah bukan sekadar bisnis, melainkan juga soal jihad ekonomi. Perbankan syariah juga diyakini merupakan jangkar ekonomi syariah yang bisa menggerakkan ekonomi syariah. Oleh karena itu, perbankan syariah diharapkan bisa mengoptimalkan pertumbuhan ekonomi dan melahirkan ekonomi baru.
Terutama tadi untuk menangkal pengaruh isu-isu setan yang selalu menghalangi.
Dalam kesempatan itu, Wapres Amin sekaligus memberikan beberapa arahan bagi pengembangan industri perbankan syariah. Arahan tersebut, antara lain, agar perbankan syariah meningkatkan ketahanan dan daya saing industri perbankan syariah. Perbankan syariah juga diminta meningkatkan kapasitas dan kualitas sumber daya manusia, serta akselerasi digitalisasi perbankan syariah.
Kontribusi perbankan syariah dalam perekonomian nasional juga harus didongkrak. Selain itu, dibutuhkan strategi komunikasi publik yang efektif, inovatif, dan berkelanjutan guna mempercepat peningkatan baik literasi maupun inklusi. ”Terutama tadi untuk menangkal pengaruh isu-isu setan yang selalu menghalangi tadi,” kata Wapres.
Tumbuh positif
Dalam sambutannya, Ketua Umum Perkumpulan Bank Syariah Indonesia Hery Gunardi menyampaikan, saat ini Industri perbankan syariah secara nasional telah menunjukkan pertumbuhan positif. Pada posisi Februari 2024, aset dan pembiayaan perbankan syariah tumbuh double digit secara tahunan, bahkan lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan perbankan nasional dan industri.
”Pertumbuhan ini berdampak pada peningkatan market share aset perbankan syariah menjadi 7,33 persen, DPK meningkat ke level 7,87 persen, untuk pembiayaan, sangat menggembirakan, menjadi 8,11 persen pada periode yang sama. Sementara itu, potensi industri halal di Indonesia juga masih sangat besar, mencapai Rp 4.253 triliun,” tambahnya.
Hery menegaskan bahwa upaya memajukan ekonomi syariah membutuhkan dukungan seluruh pemangku kepentingan. Asbisindo, yang saat ini beranggotakan 11 bank umum syariah, 8 unit usaha syariah, dan 174 bank pembiayaan rakyat syariah, misalnya, bertekad untuk mengoptimalkan potensi ekonomi syariah untuk mewujudkan Indonesia sebagai pusat ekonomi syariah dunia.