Puisi-puisi Gimien Artekjursi
Gimien Artekjursi lahir 1963. Tinggal di Desa Kumendung, Muncar, Banyuwangi. Puisinya dimuat di media cetak dan daring.
Para Buruh Manol Pelabuhan Muncar
harusnya robot-robot atau mesin-mesin
mengangkut ikan-ikan, mengangkat dari perahu
ke darat
berendam di air asin kotor dan bau
-seperti air comberan, hasil buangan limbah pabrik-
tapi para buruh manol itu butuh upah untuk sebuah mimpi
(atau ilusi?)
menguatkan bahu
mengangkat beban tanpa menghitung berat
tak ingin digantikan mesin atau robot
tak ada yang salah
semua berjalan di roda masing-masing
demi mimpi atau hanya semata ilusi
seluruh otot tubuh harus kuat
juga tulang
di medan itu mereka berjibaku
tak harus dengan mesiu
berbalut dingin jika malam atau pagi
panas matahari tak terpayungi
para lelaki memindahkan ikan-ikan dari perahu
ke darat
ke becak-becak bermotor
dibawa ke pabrik-pabrik atau cold storage
jangan kirim mesin-mesin atau robot
kuatnya bahu dan tulang tubuh mereka
adalah sawah-ladang
yang menyediakan bulir-bulir kehidupan sampai lusa
tiap selesai merenangi air keruh dengan beban
memberat di bahu
memikul ikan-ikan milik para juragan
Kumendung, Oktober 2023
Baca juga: Puisi-puisi S Prasetyo Utomo
Aku Tulis Puisi
aku tulis puisi tentang rerumputan
di atas akar, di atas daun rerumputan itu
di atas tanah tempatnya tumbuh
aku tulis tentang embun yang menggantung
yang tak jadi patung
aku tulis tentang jalan, tentang laut dengan perahunya
dengan ikannya
tentang hutan yang kehilangan harimaunya
tentang orang-orang yang bekerja dengan keringatnya
tentang banyak hal
tapi yang biasa-biasa saja
tak ada yang istimewa
aku tulis apa adanya
tanpa istimewa
biasa saja
karena aku bukan pujangga
yang lihai merangkai kata-kata
menjelma petuah arif bijaksana
aku bukan cendekia
yang pandai memberi solusi berbagai problema
juga bukan ahli agama
yang setiap katanya bisa jadi fatwa
membimbing siapa saja
aku hanya orang biasa
yang memahami suatu hanya yang tampak mata
dan aku tulis suatu yang menurutku puisi
tapi mungkin bukan puisi
karena kata-kata puisi harus punya banyak arti
walau orang lain tak mengerti
sedang kata-kataku apa adanya
tanpa lain makna
aku tulis suatu yang biasa saja
tak ada yang istimewa
(karena tak ada yang harus diistimewakan –selain tuhan)
dan aku tulis karena suka
itu saja
Kumendung, 28 Januari 2024
Baca juga: Puisi-puisi Ni Putu Ayu Yogi Ardhaningsih
Tentang Angin Musim Gugur
setelah daun terakhir musim gugur ini tanggal
angin bertiup kesepian
aku menemaninya bertiup
di laut, di gurun, di padang-padang tanpa rumput
tapi angin bersikeras mencari
daun-daun yang menggantung
mendaki ke gunung
angin bertemu awan dan meniupnya menjadi hujan
di dasar lembah hujan membanjir
menghanyutkan segalanya, juga guguran daun-daun
kubiarkan angin berputar-putar di puncak gunung
tak berani turun
Kumendung, 29 Februari 2024
Baca juga: Puisi-puisi Joko Pinurbo
Sisi Lain tentang Waktu
orang-orang mengembara sampai mati
mencari waktu yang hilang
waktu yang terus bergulir dengan cepat
dan tahun-tahun tak henti mengelilingi matahari
dan hari-hari memangkas musim di ujung-ujungnya
kita kehilangan pegangan
tiap kali musim mengganti selimutnya
yang usang penuh tambalan
”semua akan baik-baik saja,” ujarmu di sela waktu jeda
sembari mengemas sisa-sisa kemeriahan pesta
(pesta yang tak pernah usai
walau segalanya telah tergadai)
sementara di sini
masih saja ada yang bermimpi
membangun negeri seindah dongeng
dan berharap
entah di ujung dunia mana
bisa menanam dan menuai sekaligus
tanpa menunggu munculnya putik yang berkembang
(di bawah rindang pepohonan
mimpiku yang lelah
berbaring
tak lagi menari di bawah musim
yang tak henti berguguran
juga terseret waktu)
Kumendung, 1 Maret 2024
Baca juga: Puisi-puisi Raudal Tanjung Banua
Menghitung
setiap hari kita disibukkan menghitung
segala hal:
menghitung untung-rugi dunia-akhirat
menghitung detik-detik waktu
denyut nadi
sisa hari
untuk ditukar dengan apa pun
di meja pemilihan
orang-orang sibuk menghitung
isi kotak suara
untuk ditukar kursi kekuasaan
yang di meja dapur
menghitung isi dompet
untuk ditukar keperluan sehari-hari
di atas sajadah
masih menghitung amal dan doa-doa
untuk ditukar dengan tiket akhirat
setiap waktu
tak henti-hentinya kita menghitung
banyak hal
untuk ditukar dengan apa pun
sampai ajal menjemput
Kumendung, 2024
Catatan: Muncar adalah sebuah Kecamatan di Kabupaten Banyuwangi. Di Muncar ada pelabuhan perikanan terbesar di Jawa.