Memaknai Kunjungan Paus ke Indonesia
Selain berkat dan pesan moral, apakah makna kunjungan Paus Fransiskus kali ini ke Indonesia?
Menteri Sekretaris Negara Pratikno pada 3 April 2024 menyampaikan bahwa Paus Fransiskus (87) akan mengadakan kunjungan kenegaraan ke Indonesia pada 3 September 2024. Kunjungan ini sudah direncanakan sejak 2020, tetapi terkendala pandemi Covid-19.
Sebelumnya, Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas menyatakan hal yang sama dengan menambahkan bahwa kunjungan ini merupakan kehormatan bagi bangsa Indonesia. Kementerian Luar Negeri pada 12 April 2024 mengonfirmasi rencana kunjungan Paus Fransiskus pada 3-6 September 2024.
Bagi umat Katolik Indonesia, kedatangan Paus Fransiskus merupakan hal yang ditunggu-tunggu mengingat kunjungan terakhir Bapa Suci ke Indonesia dilakukan tahun 1989 saat Gereja Katolik Roma dipimpin Paus Yohanes Paulus II. Sebelumnya, Paus Paulus VI mengunjungi Indonesia pada 1970.
Selain berkat dan pesan moral, menjadi pertanyaan kita bersama, apa makna kunjungan Paus Fransiskus kali ini ke Indonesia?
Pemberian berkat dan pesan moral dari Paus merupakan salah satu alasan Paus Fransiskus dielu-elukan kehadirannya di bumi Indonesia. Selain berkat dan pesan moral, menjadi pertanyaan kita bersama, apa makna kunjungan Paus Fransiskus kali ini ke Indonesia?
Perdamaian dunia
Sebelum berbicara tentang pentingnya perdamaian dunia dari kacamata Paus Fransiskus, perlu dipahami dua pengertian mendasar tentang terminologi ”Takhta Suci (The Holy See)” dan ”Negara Kota Vatikan (The Vatican City State)”. Ketika merujuk kepemimpinan Paus Fransiskus, umumnya publik dan media hanya menyebut Paus dari Vatikan.
Takhta Suci merupakan yurisdiksi episkopal dari Paus, takhta keuskupan tertinggi dalam Gereja Katolik dan pusat pemerintahan Gereja Katolik. Takhta Suci yang bertindak dan berbicara atas nama seluruh Gereja Katolik dan sebagai subyek hukum internasional merupakan entitas berdaulat.
Dalam kunjungan kenegaraan sebagaimana direncanakan ke Indonesia, Paus Fransiskus lebih dalam kapasitas sebagai kepala negara dari Takhta Suci. Meski demikian, Vatikan menyebut kunjungan Paus sebagai ”the Apostolic Journey of Holy Father to Indonesia”. Di sini, kunjungan Paus dimaknai sebagai kehadiran Paus di tengah umatnya. Dua dimensi kunjungan yang saling berkaitan.
Adapun ”Negara Kota Vatikan” yang dibentuk melalui Traktat Lateran tahun 1929 merupakan sebuah enklave yang dikelilingi tembok dalam kota Roma di Italia. ”Negara Kota Vatikan” merupakan negara independen terkecil di dunia yang diakui secara internasional. Di sini paus ditetapkan sebagai pemimpin tertinggi Gereja Katolik di seluruh dunia.
Secara politik, sebagai sebuah negara berdaulat, saat ini Takhta Suci memiliki hubungan diplomatik dengan lebih dari 180 negara, termasuk Indonesia. Meski Takhta Suci secara resmi menyatakan tidak berpolitik praktis, negara ini memiliki perhatian besar terhadap pentingnya perdamaian dunia.
Perhatian terhadap perdamaian dunia merupakan panggilan untuk memberikan bantuan moral secara aktif terhadap masyarakat dunia.
Berdasarkan Traktat Lateran yang kemudian dipertegas oleh Konsili Vatikan II, perhatian terhadap perdamaian dunia merupakan panggilan untuk memberikan bantuan moral secara aktif terhadap masyarakat dunia dengan jalan mempererat persatuan dan persaudaraan umat manusia. Hal ini sejalan dengan ensiklik ”Fratelli Tutti” (kita semua adalah saudara). Berdasarkan nilai-nilai dan misi ini, Takhta Suci menjalankan roda pemerintahan sehari-hari.
Paus Fransiskus berpendapat, perdamaian dunia selalu mungkin bisa terwujud. Perang Rusia-Ukraina, krisis Israel-Palestina di Jalur Gaza, dan eskalasi konflik Iran-Israel menjadi perhatian besar Paus. Dalam wawancara dengan sebuah radio di Swiss, Paus menyarankan kepada Pemerintah Ukraina agar bersedia berunding dengan Rusia. Memang, dalam konstelasi kekuatan senjata, harus diakui Ukraina jauh di bawah Rusia.
Terkait krisis di Gaza akibat perang Israel-Palestina, Paus Fransiskus menyerukan, bencana kemanusiaan di Gaza harus dicegah dan dihentikan. Ia mendesak semua pihak yang berkonflik untuk meletakkan senjata karena prihatin jumlah korban terus meningkat.
Paus meyakini bahwa perang bukanlah solusi, bahkan akan menimbulkan kebencian, kematian, dan kerusakan. Perang adalah kejahatan kemanusiaan.
Dalam mencari solusi krisis di Gaza, sebagaimana Indonesia, Paus juga berpendapat bahwa format solusi dua negara diperlukan untuk mewujudkan perdamaian antara Israel dan Palestina. Sulitnya, masih banyak negara tak mau mengakui Palestina sebagai sebuah negara merdeka yang berdaulat.
Paus juga berpendapat bahwa format solusi dua negara diperlukan untuk mewujudkan perdamaian antara Israel dan Palestina.
Jika dikaitkan dengan posisi Indonesia, pandangan Paus dalam soal perdamaian sejalan dengan konstitusi Indonesia ”...ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial”.
Khusus mengenai serangan Iran ke Israel, 13 April 2024, Paus Fransiskus mendesak perlunya diakhiri semua tindakan yang memicu kekerasan yang berisiko menyeret Timur Tengah ke dalam konflik yang lebih besar. Hal ini disampaikan di depan umat Katolik di Lapangan Santo Petrus, Vatikan, pada Minggu, 14 April 2024.
Di samping perdamaian dunia, perhatian besar Paus saat ini tertuju pada pentingnya kerukunan antarumat beragama.
Hal ini tecermin dari Deklarasi Persaudaraan Umat Manusia bagi Perdamaian Dunia dan Hidup Bersama atau dikenal sebagai Deklarasi Abu Dhabi yang ditandatangani Paus Fransiskus dan Sheikh Ahmad el-Tayeb, Imam Besar Al-Azhar, pada 4 Februari 2019. Makna deklarasi ini sangat relevan dengan kepentingan bangsa Indonesia yang beragam dalam hal penganut agama.
Paus sebagai pemimpin Gereja Katolik memiliki pengaruh besar bagi umat Katolik di dunia, baik secara rohani, duniawi, maupun kombinasi keduanya. Mengapa? Pada tataran Gereja Katolik, struktur hierarki gereja di seluruh dunia dari tingkat keuskupan hingga ke tingkat komunitas berada di bawah koordinasi seorang paus. Di sini paus memiliki pengaruh spiritual terhadap lebih dari 1,2 miliar umat Katolik sedunia.
Baca juga: Paus Kunjungi Jakarta pada 3-6 September
Terkait dengan Indonesia sebagai sebuah negara-bangsa, Takhta Suci salah satu negara Eropa pertama yang mengakui kemerdekaan Indonesia. Pembukaan misi diplomatiknya di Jakarta tahun 1947 pada tingkat ”apostolic delegate”. Adapun hubungan diplomatik secara resmi dibuka pada 1950.
Khusus kunjungan kenegaraan Paus Fransiskus ke Indonesia kali ini, penguatan kerukunan hidup antarumat beragama merupakan hal yang sangat penting. Kemajemukan agama di Indonesia harus diasumsikan sebagai keniscayaan sekaligus anugerah Tuhan YME yang perlu terus dijaga dan dikembangkan bersama.
Oleh karena itu, di samping pertemuan kedua kepala negara, pertemuan Paus Fransiskus dengan Ketua Majelis Ulama Indonesia atau Imam Besar Masjid Istiqlal dan para pemimpin umat beragama di Indonesia sangat diperlukan.
Ia mengkritik konsumerisme dan pembangunan yang tidak terkendali.
Lingkungan hidup
Pandangan Paus Fransiskus terhadap lingkungan hidup dapat dirujuk dari Ensiklik Laudato Si’ di mana ia mengkritik konsumerisme dan pembangunan yang tidak terkendali. Laudato Si’ merupakan ensiklik apostolik pertama yang membicarakan ibu bumi sebagai rumah bersama.
Diingatkan oleh Paus Fransiskus, ”Our common home is like a sister with whom we share our life and a beautiful mother who opens her arms to embrace us.” Melalui pertobatan ekologis sebagaimana tertuang dalam ensiklik tersebut, Paus Fransiskus mengajak seluruh umat manusia untuk merawat bumi milik bersama: mengatasi polusi udara dan perubahan iklim.
Untuk itu, kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia perlu dimaknai sebagai seruan moral bagi Indonesia untuk meningkatkan upaya merawat lingkungan hidup. Dalam implementasinya, semua komponen bangsa perlu berupaya maksimal, antara lain, dengan jalan menata lingkungan, mengendalikan pencemaran, melindungi konservasi SDA, dan mengendalikan kerusakan lingkungan.
Sejauh ini, berbagai kegiatan untuk merawat bumi telah dilakukan pula oleh umat Katolik Indonesia sebagai implementasi dari ensiklik tersebut. Kegiatan dimaksud, antara lain, berupa pengelolaan limbah B3 rumah tangga, pembuatan berbagai olahan berbasis alam, seperti jamu, dan penanaman pohon bakau di sejumlah tempat.
*A Agus Sriyono,Duta Besar RI untuk Takhta Suci 2016-2020