Ekonomi Tumbuh 5,11 Persen di Triwulan I-2024, Tertinggi Selama Lima Tahun
Ekonomi tumbuh stabil karena didukung geliat aktivitas domestik yang dinamis di awal tahun, seperti pemilu dan Ramadhan.
Oleh
AGNES THEODORA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Di tengah berbagai ketidakpastian global dan domestik, perekonomian Indonesia mampu tumbuh 5,11 persen. Ekonomi awal tahun ini ditopang oleh aktivitas ekonomi di dalam negeri, terutama momentum pemilu dan Ramadhan. Ini merupakan capaian pertumbuhan triwulan I tertinggi dalam lima tahun terakhir.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, sepanjang triwulan I tahun 2024 (Januari-Maret), nilai produk domestik bruto (PDB) Indonesia atas dasar harga berlaku adalah Rp 5.288,3 triliun, sementara PDB atas dasar harga konstan sebesar Rp 3.112,9 triliun.
Dengan capaian itu, ekonomi Indonesia pada triwulan I-2024 tumbuh 5,11 persen secara tahunan. Adapun dibandingkan dengan triwulan IV-2023, angka ini terkontraksi 0,83 persen.
Secara umum, capaian itu masih sejalan dengan konsensus pasar yang memperkirakan ekonomi triwulan I-2024 bakal tumbuh rata-rata 5,1 persen. Capaian itu sedikit di bawah ekspektasi pemerintah yang sebelumnya memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia di awal tahun bisa mencapai 5,17 persen.
Pelaksana Tugas Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Amalia Adininggar Widyasanti menjelaskan, pertumbuhan ekonomi pada triwulan I-2024 merupakan capaian tertinggi di triwulan I dalam lima tahun terakhir atau sepanjang periode 2019-2024.
Kondisi ekonomi, menurut Amalia, mampu tumbuh stabil di tengah ketidakpastian karena didukung geliat aktivitas dalam negeri yang dinamis di awal tahun. Ini terutama akibat momentum Pemilihan Umum 2024, Ramadhan, dan persiapan hari raya Idul Fitri.
”Di tengah penurunan harga komoditas produk utama ekspor, ekonomi Indonesia masih tumbuh solid 5,11 persen secara year on year. Ini ditopang oleh kuatnya aktivitas ekonomi domestik,” kata Amalia dalam konferensi pers hibrida yang digelar di Jakarta.
Pertumbuhan ekonomi pada triwulan I-2024 merupakan capaian tertinggi di triwulan I dalam lima tahun.
Dari sisi lapangan usaha, penyumbang utama pertumbuhan ekonomi di triwulan I-2024 adalah kinerja industri pengolahan (4,13 persen secara tahunan), konstruksi (tumbuh 7,59 persen), pertambangan (tumbuh 9,31 persen), serta perdagangan (tumbuh 4,58 persen).
Industri pengolahan tumbuh stabil akibat masih kuatnya permintaan domestik dan luar negeri, terutama industri makanan dan minuman (mamin) yang mendapat kenaikan permintaan selama bulan Ramadhan dan persiapan Lebaran.
Konstruksi tumbuh ditopang oleh pembangunan proyek infrastruktur yang sedang digenjot pemerintah di akhir masa jabatan, serta proyek pembangunan oleh swasta. Sektor pertambangan juga mampu tumbuh kuat akibat adanya peningkatan permintaan domestik dan luar negeri.
”Sektor perdagangan juga tumbuh positif akibat peningkatan produksi domestik dan impor. Ini juga didukung oleh momen Ramadhan dan persiapan Lebaran, tampak dari indeks ritel kita yang bertumbuh di awal tahun,” tutur Amalia.
Seluruh lapangan usaha pada awal 2024 tumbuh positif, kecuali lapangan usaha pertanian yang juga merupakan sektor terbesar penyumbang PDB. Selama periode Januari-Maret, sektor pertanian terkontraksi 3,54 persen akibat penurunan produksi komoditas pangan yang terdampak El Nino.
Dari sisi pengeluaran, pertumbuhan ekonomi pada triwulan I-2024 terutama ditopang oleh konsumsi rumah tangga yang tumbuh 4,91 persen secara tahunan, serta pembentukan modal tetap bruto (PMTB) yang menggambarkan kinerja investasi yang tumbuh 3,79 persen.
Amalia mengatakan, seluruh komponen pengeluaran tumbuh positif, termasuk ekspor yang masih bisa tumbuh 0,50 persen di tengah melambatnya perdagangan global dan turunnya harga komoditas ekspor utama.
Sementara itu, akibat pemilu, konsumsi pemerintah mencatat pertumbuhan tinggi sebesar 19,9 persen. Ekonomi juga ditopang oleh konsumsi lembaga nonprofit yang melayani rumah tangga (LNPRT) yang mencatat pertumbuhan tertinggi sebesar 24,29 persen akibat aktivitas pemilu.
Ekonomi Indonesia masih akan menghadapi sejumlah tantangan eksternal dan internal sampai Juni 2024.
Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede memperkirakan, ekonomi Indonesia masih akan menghadapi sejumlah tantangan eksternal dan internal sampai Juni 2024. Secara internal, tantangan itu datang dari tekanan inflasi pangan akibat El Nino serta ketidakpastian seputar transisi pemerintahan yang bisa memengaruhi investasi.
Risiko perlambatan kinerja ekspor akibat iklim ekonomi global yang melambat juga masih membayangi. ”Namun, peluang tetap ada, khususnya dari peningkatan belanja pemerintah akibat pemilu di awal tahun serta percepatan berbagai proyek strategis nasional termasuk pembangunan ibu kota baru,” kata Josua.