Kontroversi mewarnai kekalahan 0-2 Indonesia dari Qatar pada laga Piala Asia U-23. Indonesia harus segera ”move on”.
Oleh
REDAKSI
·3 menit baca
Kontroversi wasit mewarnai kekalahan 0-2 Indonesia dari tuan rumah Qatar pada laga pertama Piala Asia U-23 2024 di Stadion Jassim bin Hamad, Al Rayyan, Senin (15/4/2024). Pendukung dan ofisial tim Indonesia merasa keputusan-keputusan wasit asal Tajikistan, Nasrullo Kabirov, tidak adil, menguntungkan tuan rumah dan merugikan Indonesia.
Kontroversi pertama terjadi saat Kabirov memberikan penalti kepada Qatar di akhir babak pertama. Awalnya, Kabirov memberikan hukuman sepakan bebas untuk Indonesia setelah insiden bek Indonesia, Rizky Ridho, dengan penyerang Qatar, Mahdi Salem Al-Mejaba. Tetapi, keputusan itu berubah menjadi penalti setelah Kabirov berkonsultasi dengan asisten wasit video (VAR) dari Thailand, Sivakorin Pu-Udon.
Kabirov kembali membuat putusan kontroversial ketika memberikan kartu kuning kedua untuk gelandang Indonesia, Ivar Jenner, saat babak kedua baru berjalan satu menit. Jenner dianggap melakukan pelanggaran kepada Saifeldeen Hassan. Padahal, dalam tayangan ulang, Jenner bergerak menghindari tekel Saifeldeen.
Sialnya bagi Indonesia, dalam kasus ini, VAR tidak bisa melakukan intervensi, mengingat Jenner diusir dengan kartu kuning kedua, bukan kartu merah langsung—yang menjadi satu dari empat situasi VAR bisa ikut ”cawe-cawe”. Situasi lainnya, menurut badan pembuat aturan sepak bola dunia, Dewan Asosiasi Sepak Bola Internasional (IFAB), yaitu penalti atau bukan, gol atau tidak, dan salah identitas saat wasit memberi kartu.
Indonesia pun terpaksa bermain dengan 10 orang pemain sejak awal babak kedua, sebelum kemudian Kabirov kembali memberikan kartu merah untuk Ramadhan Sananta di akhir babak kedua. ”Garuda Muda” harus mengakhiri laga dengan sembilan pemain.
Pelatih Indonesia Shin Tae-yong menyebutkan, keputusan wasit bukan seperti di sebuah laga sepak bola, melainkan pada pertunjukan komedi. Ketua Umum PSSI Erick Thohir menyatakan, PSSI bakal melayangkan surat protes kepada Konfederasi Sepak Bola Asia, AFC (Kompas, 16/4/2024).
Kontroversi sering terjadi dalam sepak bola. VAR yang diharapkan mampu menguranginya terkadang malah menimbulkan kontroversi baru.
Namun, di sinilah justru sikap kesatria pemain Indonesia perlu diperlihatkan. Contoh bagus ditunjukkan oleh Ivar Jenner saat mendapatkan kartu kuning kedua yang sangat kontroversial. Ia mendapatkannya dari kontak yang sangat minimal. Tanpa protes berlebihan, ia langsung berjalan keluar lapangan.
Tentu saja, kita juga salut dengan perjuangan para pemain timnas karena setelah kehilangan seorang pemain, mereka tetap menunjukkan semangat pantang menyerah dan berani terus menekan untuk mencetak gol balasan. Bahkan, secara statistik, Indonesia lebih mendominasi pertandingan dengan penguasaan bola 57 persen berbanding 43 persen untuk tim Qatar.
Garuda Muda juga lebih banyak melakukan tembakan, yaitu 10 kali berbanding dengan 9 kali. Ridho dan kawan-kawan juga lebih banyak melakukan umpan, 393 berbanding 302, dengan umpan sukses 79 persen berbanding 74 persen.
Mental inilah yang diperlukan. Sportif dan sikap pantang menyerah. Dengan bersikap sportif, para pemain Indonesia bisa memberi contoh bagaimana kita harus bersikap menghadapi kekalahan meskipun itu terjadi dari proses yang menyakitkan karena merasa dicurangi. Jika ingin protes, harus melewati aturan jalur yang memang telah ditentukan.
Protes PSSI ke AFC barangkali langkah paling tepat menyikapi kontroversi itu meskipun bisa dipastikan tidak akan mengubah kekalahan menjadi kemenangan. Para pendukung tentu boleh saja mengungkapkan kemarahannya melalui media sosial, tetapi tak boleh lebih dari itu.
Terlepas dari hasil akhirnya, kontroversi itu mengingatkan bahwa sepak bola tidak hanya tentang menang dan kalah, tetapi juga tentang integritas dan keadilan. Pihak-pihak terkait, terutama AFC, harus mengevaluasi kejadian ini agar kontroversi serupa tidak terulang pada pertandingan-pertandingan berikutnya.
Ke depan, perbaikan standar kualitas kompetisi di dalam negeri harus dilakukan, salah satunya soal mutu wasit. Dengan demikian, para pemain timnas yang berasal dari Liga Indonesia tidak kaget ketika menjalani laga internasional dengan wasit yang tegas menerapkan aturan di lapangan. Pemain Indonesia juga tidak melakukan tindakan-tindakan yang justru akan merugikan tim.
Terkait kontroversi lawan Qatar, para pemain Indonesia pun harus segera move on untuk bersiap menghadapi pertandingan berikutnya. Lupakan kekalahan menyakitkan pada laga pertama itu, untuk kemudian berjuang mati-matian demi meraih kemenangan dalam laga melawan Australia pada Kamis (18/4/2024) dan Jordania, Minggu (21/4/2024).