Polusi Udara di Sejumlah Wilayah Saat Mudik Lebaran Akan Dikaji
KLHK akan mengkaji peningkatan dan penurunan polusi udara di beberapa wilayah saat mudik Lebaran.
Oleh
PRADIPTA PANDU
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Jutaan kendaraan pribadi yang bergerak serentak saat periode mudik Lebaran setiap tahun dapat meningkatkan sekaligus menurunkan tingkat polusi udara di sejumlah wilayah. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan atau KLHK akan mengkaji peningkatan dan penurunan polusi udara di beberapa wilayah saat mudik Lebaran dengan melihat data pada sejumlah stasiun pemantauan.
Hal tersebut disampaikan Direktur Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan KLHK Sigit Reliantoro saat menjawab pertanyaan tentang peningkatan polusi udara saat periode mudik Lebaran di Media Center KLHK, Jakarta, Jumat (19/4/2024).
”Kami akan pelajari dengan mengecek di AQMS (air quality monitoring system) lewat stasiun-stasiun pemantauan agar bisa mendapatkan angka (peningkatan dan penurunan polusi udara) yang meyakinkan. Jadi, mungkin di Jakarta tingkat polusi udara PM2,5 turun sekian persen saat Lebaran,” ujarnya.
Saat mudik Lebaran, sebagian besar kendaraan bergerak meninggalkan wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) menuju sejumlah daerah di Jawa. Secara umum, mudik akan menurunkan tingkat polusi udara di wilayah Jakarta. Namun, beban dari polusi udara ini dapat terdistribusikan ke sejumlah daerah yang menjadi tujuan pemudik.
Terkait upaya mencegah peningkatan polusi udara saat mudik Lebaran, KLHK telah mengimbau kepada masyarakat luas untuk menjalankan mudik bebas polusi. Upaya yang dilakukan di antaranya dengan merawat kendaran secara teratur dan lolos uji emisi.
Selain itu, KLHK juga telah mengimbau masyarakat yang mudik untuk lebih memilih menggunakan transportasi umum dibandingkan dengan kendaraan pribadi. Pemilihan transprotasi umum juga lebih ideal untuk masyarakat yang mudik tanpa membawa keluarga.
”Saat ini kita juga sudah sepakat untuk mengganti bahan bakar yang lebih baik. Nantinya akan ada aturan standar emisi Euro 4, tetapi memang bertahap, seperti di Jakarta terlebih dahulu dan daerah lain. Adanya hujan di beberapa daerah sekarang juga bisa membantu untuk memperbaiki kualitas udara,” kata Sigit.
Perubahan perilaku atau kesadaran publik ini memang membutuhkan waktu yang lama.
Sebelumnya, studi Transdisciplinary Institute dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI) menunjukkan, pergerakan masyarakat selama periode mudik Lebaran turut meningkatkan polusi udara di Indonesia. Hal ini didapat setelah menganalisis tingkat polusi udara dari 12 sampai 25 April 2023 atau masa Lebaran tahun 2023.
Studi tersebut juga menyatakan kadar karbon monoksida (CO) di udara selama masa Lebaran tahun lalu meningkat hingga 3,1 persen secara rata-rata kadar CO di setiap kabupaten/kota di Indonesia. Sejumlah wilayah tujuan pemudik dan wisata, seperti Sumatera Selatan, DI Yogyakarta, dan Kalimantan Selatan, menjadi lebih berpolusi selama masa Lebaran.
Selain CO yang meningkat, terjadi juga peningkatan polutan udara lain. Disebutkan, kadar NO2 juga meningkat 6,47 persen, O3 meningkat 1,95 persen, dan sulfur dioksida (SO2) meningkat 5,95 persen. Ini semua dihasilkan dari volume kendaraan mudik Lebaran 2023 yang menembus 26,4 juta kendaraan (BPS 2023) (Kompas.id, 17/4/2024).
Pengelolaan sampah
Selain polusi udara, aktivitas mudik lebaran juga kerap meninggalkan persoalan sampah. Oleh karena itu, KLHK terus mengingatkan kepada pemerintah daerah untuk menerapkan aturan terkait pencemaran lingkungan termasuk denda membuang sampah sembarangan.
Menurut Sigit, pada dasarnya setiap daerah memiliki aturan terkait pengelolaan sampah termasuk sanksi yang diterapkan untuk para pelanggar. Aturan inilah yang seharusnya benar-benar diimplementasikan oleh pemda. Di sisi lain, pemda juga diminta memaksimalkan pengawasan pengelolaan lingkungan dari perusahaan di wilayahnya.
KLHK mencatat, potensi timbulan sampah yang dihasilkan dari periode mudik Lebaran tahun ini diperkirakan mencapai 58 juta kilogram atau 58.000 ton. Potensi ini dihitung atau diperkirakan untuk jangka waktu dua minggu dari arus mudik hingga arus balik.
Direktur Penanganan Sampah KLHK Novrizal Tahar mengatakan, persoalan sampah masih perlu fokus terkait perilaku pemudik dan masyarakat. Selama ini masih banyak kebiasaan orang-orang yang langsung membuang sampah secara sembarangan, termasuk di terminal.
”Perubahan perilaku atau kesadaran publik ini memang membutuhkan waktu yang lama,” ucapnya.