Dari Pedalaman Papua, Dokter dan Bidan Ikut Perkuat Literasi Kesehatan
Semangat Kartini menginspirasi dua tenaga kesehatan dari pedalaman Papua memperjuangkan kesehatan perempuan.
Oleh
ESTER LINCE NAPITUPULU
·5 menit baca
Kondisi kesehatan perempuan, terutama terkait dengan kesehatan reproduksi, di daerah pedalaman masih menjadi persoalan serius. Dari perempuan untuk perempuan, tenaga kesehatan di pedalaman menyajikan berbagai realitas kesehatan perempuan dan masyarakat di pedalaman menjadi konten sarat informasi di media sosial untuk pembelajaran bersama.
Untuk merayakan Hari Kartini 2024, Tiktok menyoroti kisah pembuat konten, yaitu dokter spesialis obstetri dan ginekologi di Fakfak, Papua Barat, Amira, dan bidan di Merauke, Papua Selatan, Wike Afrilia Patungka dalam diskusi ”Dari Perempuan untuk Perempuan”, Jumat (19/4/2024) di Jakarta. Melalui akun media sosial, mereka berupaya meningkatkan literasi kesehatan perempuan Indonesia melalui profesi, edukasi, dan advokasi di bidang kesehatan.
Dalam video pendek ataupun siaran langsung, kedua perempuan kreator ini terus menunjukkan kiprah perempuan yang bisa membawa dampak positif bagi sesama. Amira bertugas di Fakfak, Papua Barat, dan Wike di pedalaman Merauke, Papua Selatan.
Mereka menjadi tenaga kesehatan di pedalaman Papua yang penuh tantangan, dari akses, sarana dan prasarana kesehatan yang minim, hingga kurangnya tenaga kesehatan. Amira dan Wike menghadapi berbagai permasalahan serius soal kesehatan perempuan yang mengancam nyawa.
Pengalaman mengatasi berbagai masalah kesehatan warga, khususnya perempuan, mereka bagikan ke media sosial. Dari pedalaman Papua, keduanya ingin ikut membangun kesadaran masyarakat hingga pemerintah tentang realitas pelayanan kesehatan masyarakat pedalaman yang sangat terbatas.
Atasi kehamilan berisiko
Amira aktif berbagi konten mengenai kesehatan reproduksi dan kehamilan di Tiktok guna memberikan edukasi kepada masyarakat, terutama perempuan, tentang kesehatan seksual. Amira memulai karier sebagai dokter umum di puskesmas dan rumah sakit di area pelosok Papua pada 2013.
Selama masa tugasnya, ia bertemu dengan banyak perempuan Papua yang mengalami kehamilan berisiko dan membutuhkan bantuan. Kebanyakan dari perempuan tersebut berusia lanjut ataupun di bawah umur. Ia lalu tergerak mengambil spesialis kandungan dan kebidanan serta kembali ke Papua untuk melayani para perempuan di Fakfak.
Sebagai dokter spesialis kandungan dan kebidanan satu-satunya di Fakfak, Amira melayani 42.000 perempuan di wilayah ini. Dia bersama tim sukarelawan juga rutin menjangkau para pasien yang akses ke fasilitas kesehatan terbatas.
Menurut Amira, kurang meratanya dokter spesialis kandungan dan tenaga medis di Papua Barat menjadi salah satu tantangan terbesar bagi para perempuan untuk mendapat kesejahteraan kesehatan. Dia meyakini, tidak boleh ada satu perempuan pun yang meninggal saat melahirkan. Karena itu, tenaga kesehatan yang memadai dibutuhkan guna menurunkan angka kematian ibu saat melahirkan.
Amira ingin terus mengedukasi masyarakat tentang kesehatan perempuan. Karena media sosial erat dengan kehidupan masyarakat, pun bagi masyarakat pedalaman yang terjangkau Wi-Fi, berbagi informasi sesuai keahliannya diyakini bermanfaat.
Di awal 2023 Amira berbagi salah satu kasus yang ia tangani saat harus menjemput pasien yang berjarak lima jam perjalanan dari Fakfak menggunakan transportasi laut dan darat. Dengan perangkat USG portabel, Amira memeriksa pasien yang baru berusia 23 tahun dan menjalani kehamilan yang ketujuh.
Kejadian ini menyadarkan Amira bahwa edukasi seputar kesehatan reproduksi dari tenaga kesehatan di Fakfak masih sangat minim. Hal ini juga memengaruhi tingkat kesehatan dan kesejahteraan masyarakat sekitar, khususnya para perempuan di Fakfak.
”Setelah video pertama saya banyak ditonton, saya memperoleh beragam masukan dan konten-konten selanjutnya pun menjadi semakin ramai penonton,” tuturnya.
Ia senang karena informasinya dapat diterima dengan baik. Hal ini terutama oleh komunitas perempuan yang merasa edukasi seputar kesehatan reproduksi perempuan masih sangat minim.
Kini, dengan lebih dari 1,7 juta pengikut di Tiktok, akun Amira, @dramiraobgyn, secara rutin berbagi edukasi tentang kesehatan reproduksi perempuan. Konten edukasinya juga berdampak secara langsung kepada masyarakat setempat. Masyarakat mulai terdorong untuk datang ke rumah sakit secara sukarela untuk melakukan pemeriksaan.
”Dokter itu punya beberapa tugas, antara lain preventif dan promotif. Tiktok memberikan kesempatan besar untuk menjadi wadah bagi tugas tersebut,” katanya.
Sementara itu, bidan Wike yang bertugas di pedalaman Merauke sejak 2017 kerap membagikan keseharian sebagai bidan dan cerita kehidupan masyarakat di pedalaman Papua melalui akun @_wike.afrilia_ di Tiktok. Bahkan, dia berhasil meraih penghargaan Changemakers of the Year pada Tiktok Awards Indonesia tahun 2023.
Wike menuturkan, ketika pertama kali tiba di pedalaman Papua pada pertengahan 2017, belum ada tenaga medis yang melayani di wilayah tersebut. Wike dan seorang rekannya menjadi tenaga medis pertama di daerah tersebut.
Selama masa tugasnya, Wike menyaksikan realitas kehidupan masyarakat Papua yang membuatnya tergerak untuk berbagi pengalaman kepada audiens yang lebih luas. Wike pun beralih ke Tiktok untuk berbagi tentang kondisi infrastruktur kesehatan di Papua.
Wike mengangkat kisah keterbatasan akses dan armada kesehatan di pedalaman Papua. Masyarakat harus bepergian memakai perahu untuk mengunjungi fasilitas kesehatan terdekat.
Pasien harus menempuh perjalanan selama enam jam untuk mendapat penanganan dokter.
Salah satu pengalaman tak terlupakan yang Wike bagikan ialah ketika harus merujuk pasien perempuan yang sedang mengandung anak kembar di tengah hujan deras pada pukul 01.00 WIT. Dengan menggunakan ketinting, Wike dan pasiennya harus menempuh 3-4 jam perjalanan sebelum berganti perahu lain untuk meneruskan perjalanan sepanjang 2 kilometer demi dapat mengakses fasilitas kesehatan terdekat.
Wike juga menyoroti beberapa tantangan yang dihadapi para perempuan di daerah setempat untuk memperoleh kesejahteraan kesehatan. ”Puskesmas di tempat saya bertugas saat ini tidak memiliki dokter sehingga pasien harus menempuh perjalanan selama 6 jam untuk mendapat penanganan dokter,” ujar Wike.
Selain itu, edukasi seputar kesehatan reproduksi juga masih menjadi tantangan bagi tenaga medis di pedalaman. Ia menekankan pentingnya menyampaikan edukasi kesehatan, seperti informasi keluarga berencana dengan kata-kata yang mudah dipahami ibu hamil dan anak-anak setempat.
Wike berharap semakin banyak pengambil keputusan yang dapat mendengarkan keluhan para tenaga medis di pedalaman serta memberikan fasilitas dan layanan dokter di area tersebut.
Ketulusan Wike melayani warga pedalaman Papua pun mendapatkan apresiasi positif dari masyarakat dari banyak daerah. Banyak pengikut Wike yang secara sukarela memberikan bantuan melalui Wike untuk dapat disalurkan bagi para warga di pedalaman Papua, dalam bentuk pakaian, makanan, dan uang tunai.
”Melalui platform media sosial ini, saya berhasil membangkitkan kesadaran dan empati di antara pengguna Tiktok lainnya terkait dengan edukasi kesehatan,” ucapnya.
Semangat Kartini
Semangat Kartini yang memperjuangkan emansipasi wanita hingga kini menuai hasil. Wike yang dapat mengenyam pendidikan dan menjadi seorang bidan dapat berkontribusi memberikan pelayanan kesehatan kepada para pasiennya.
Amira menekankan pentingnya kesetaraan jender dalam akses pendidikan dan layanan kesehatan. Melanjutkan perjuangan Kartini, Amira terus berupaya untuk memastikan adanya kesetaraan antara edukasi yang diterima perempuan dan laki-laki.
Dalam konteks layanan kesehatan, Amira percaya bahwa semua individu berhak mendapatkan perawatan yang sama dan layanan kesehatan yang memadai. Solidaritas perempuan juga harus disorot agar para perempuan saling mendukung dan menguatkan, bukan saling memberikan penilaian negatif.
Amira mengimbau para perempuan jangan pernah menyerah dalam menghadapi tantangan sebagai perempuan. ”Meskipun jalan terasa gelap, di ujungnya pasti ada cahaya. Cahaya tersebut bukanlah semata-mata datang dari luar, melainkan juga ada di dalam diri kita sendiri,” kata Amira.