Tertawa, Terapi Terbaik untuk Jiwa dan Raga
Tertawa itu menyehatkan. Namun, tekanan hidup membuat manusia dewasa makin jarang tertawa.
Tekanan kehidupan membuat manusia dewasa semakin susah tertawa. Padahal, tertawa banyak memberi manfaat pada kesehatan dan kesejahteraan fisik dan mental seseorang. Karena itu, mari paksakan tubuh sejenak untuk menertawakan apa pun yang menurut kita lucu dalam perayaan Hari Tawa Sedunia 2024.
”Dipaksa” menjadi dewasa membuat hidup menjadi semakin tidak mudah. Tuntutan ekonomi, beban dan tanggung jawab sosial-kultural, getirnya perjalanan hidup, hingga makin terbatasnya relasi pertemanan dan ruwetnya keadaan dunia membuat frekuensi dan intensitas kita tertawa jauh berkurang dibanding saat masih kanak-kanak atau remaja.
Meski demikian, di tengah perayaan Hari Tawa Sedunia yang dirayakan tiap Minggu pertama bulan Mei yang kali ini bertepatan dengan tanggal 5 Mei 2024, kita perlu menyempatkan diri untuk tertawa sejenak. Tertawa merupakan sarana perawatan kesehatan yang sederhana, gratis, tanpa efek samping dan tidak memiliki kontraindikasi.
”Agar bisa merasa baik, maka kita harus berlatih merasa baik. Tertawa merupakan salah satu cari paling hemat untuk melakukan itu,” kata instruktur psikologi di Departemen Psikiatri Sekolah Kedokteran Harvard, Amerika Serikat Natalie Dattilo seperti dikutip The Harvard Gazette, 25 Januari 2023.
Baca juga: Yuk, Ketawa demi Kesehatan Kita
Jika tidak dilatih secara teratur, pusat kesenangan dan penghargaan di otak yang memicu tertawa itu akan menjadi tidak aktif. Meski demikian, tidak jelas mengapa manusia tertawa, bahkan tidak semua primata melakukannya. Tertawa diyakini menjadi sarana penting untuk membentuk ikatan sosial dalam kelompok manusia purba.
Sejak bayi, manusia sudah tertawa. Namun seiring bertambahnya usia, terutama warga lanjut usia, kesulitan memahami candaan membuat intensitas tertawa kita semakin kurang.
Manusia tertawa karena menyadari adanya keganjilan atau absurditas terhadap suatu perilaku atau peristiwa yang mengejutkan. Secara mental, situasi ini harus dituntaskan dengan tertawa. Jika tidak, maka justru akan menimbulkan kebingungan tentang apa yang sebenarnya sedang terjadi.
Karena itu, tertawa baik untuk terapi bagi pikiran dan tubuh. Tertawa meningkatkan suasana hati, menurunkan stres dan kecemasan, menambah semangat, hingga membuat kita terhubung dengan orang lain. Pada ujungnya, tertawa bisa meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental seseorang.
Profesor psikologi kognitif di Grinneil College, Iowa, AS, Janet M Gibson dalam tulisannya di CNN, 1 April 2023, menyebut meski tertawa cekikan terlihat seperti konyol, namun tertawa sebagai respons terhadap hal yang lucu itu akan mengaktifkan bagian-bagian otak yang mengatur masalah motorik, emosional, kognitif dan sosial.
Seperti dikutip dari situs Mayo Clinic, lembaga kesehatan terkemuka di AS, tertawa akan meningkatkan asupan udara yang kaya oksigen serta menstimulasi jantung, paru-paru, dan otot. Tertawa juga menstimulasi sirkulasi darah dan merelaksasi otot yang bisa mengurangi gejala fisik akibat stres. Dalam jangka panjang, tertawa akan meningkatkan sistem imunitas tubuh.
Tawa memiliki kekuatan untuk membantu dan meringankan banyak kekhawatiran.
Sedangkan di otak, tertawa atau melihat orang lain tertawa, akan mengaktifkan bagian korteks motorik yang mengontrol otot, lobus frontal yang membantu seseorang memahami konteks, serta sistem limbik yang memodulasi emosi positif. Aktifnya bagian otak tersebut akan memperkuat hubungan antarsel saraf dan membantu otak yang sehat untuk mengoordinasikannya.
Tertawa juga membuat otak mengeluarkan sejumlah neurotransmitter, seperti seretonin memberi rasa nyaman dan berlaku mirip obat antidepresi. Tertawa, lanjut Dattilo, juga menghasilan hormon endorfin yang memberi efek menghilangkan atau mengurangi rasa sakit.
Seretonin yang dikeluarkan juga akan meminimalkan respons otak terhadap ancaman sehingga dia akan membatasi pelepasan hormon kortisol yang memicu stres dan melemahkan sistem kardiovaskuler, metabolisme, dan sistem imunitas tubuh.
Gibson menambahkan, selera humor yang baik dan tawa yang dihasilkan bergantung pada kecerdasan sosial dan sumber daya memori seseorang. Untuk bisa tertawa atas lelucon orang lain, seseorang hanya perlu mengambil sudut pandang orang lain tersebut dan melihat segala sesuatu secara kebih ringan.
Agar bisa tertawa, seseorang tidak butuh mendengar tawa orang lain terlebih dulu. Keterampilan kognitif dan sosial yang dimiliki setiap orang akan membantu memantau kapan dan mengapa orang tersebut akan tertawa. Karena itu, orang akan lebih mudah tertawa jika mereka berkumpul bersama orang lain.
Meski bisa, tertawa lebih jarang terjadi saat seseorang sendirian. Karena itu, tertawa bisa mencipatakan ikatan sosial dan meningkatkan keintiman dengan orang lain. Selain itu, tertawa bersama-sama juga akan menciptakan efek yang lebih besar pada tubuh.
Tertawa juga akan menghasilkan emosi dan pikiran positif yang memengaruhi kemampuan seseorang dalam menjalani kehidupan yang bermakna. Perasaan senang atau bahagia akan membantu seseorang memahami kesulitan yang mereka hadapi. Kondisi inilah yang membuat tertawa bisa membangun ketahanan mental dan meningkatkan kreativitas.
Baca juga: Tertawa
“Tertawa sebagai respons terhadap sesuatu yang menghibur adalah mekanisme koping (cara mengurangi ketegangan psikologis) yang sehat,” tulisnya.
Saat tertawa, seseorang akan menganggap diri atau situasi di sekitarnya menjadi kurang serius dan bisa diberdayakan untuk menyelesaikan masalah. Karena itu, makin banyak tertawa, makin rendah stres yang dialami seseorang.
Melatih tawa
Banyak dan besarnya manfaat tertawa membuat tertawa dijadikan terapi untuk banyak hal. Terapi tawa banyak diberikan pada penderita gangguan kecemasan, depresi, atau untuk mengurangi rasa sakit pada penderita penyakit tertentu, seperti kanker, sebagai terapi berbasis perilaku dan non-pengobatan.
Meski tertawa tidak menyembuhkan atau menyelesaikan semua masalah yang muncul karena penyakit, tetapi tawa memiliki kekuatan untuk membantu dan meringankan banyak kekhawatiran.
Tidak harus menjadi orang lucu untuk tertawa.
Tertawa juga bisa dijadikan terapi untuk pekerja kantoran guna meningkatkan semangat, kreativitas, dan kehangatan sosial. Tertawa bersama tidak hanya menjadi pengikat pekerja dalam lingkungan yang kompetitif dan tingkat stres tinggi, tetapi juga menjadi sarana melatih empati serta mengasah keterampilan sosial mereka.
Salah satu bentuk terapi tertawa itu, lanjut Dattilo, adalah dengan yoga tertawa. Dengan memadukan terapi tawa ini dengan prinsip mindfulness (fokus), psikologi positif, permainan, aktivitas menyenangkan, dan sejumlah teknik relaksasi, maka bisa memberikan kekuatan penyembuhan yang lebih besar.
Meski tawa yang dihasilkan dalam terapi ini berbeda dengan tawa saat kita mendengar atau melihat sesuatu yang lucu, tetapi dampaknya pada fisiologis tubuh tetap sama. Tubuh hanya mengenali respons itu sebagai tertawa meski kita mengalami tertawa itu dengan cara berbeda.
”Tidak harus menjadi orang lucu untuk tertawa, tetapi dengan menyadari manfaat tertawa melalui minat yang lebih luas akan mampu memulihkan keceriaan dalam kehidupan dewasa kita,” tambahnya.
Karena tertawa itu menular, maka penting untuk menghabiskan waktu bersama teman atau keluarga. Dalam sosialisasi ini biasanya akan saling memancing gelak tawa, terutama jika ada orang-orang dengan daya humor tinggi di dalamnya. Namun, dalam tertawa bersama ini penting untuk menyadari humor-humor yang tidak pantas dengan mengorbankan orang lain.
Meski demikian, lanjut Gibson, terapi tertawa itu tidak harus selalu dilakukan bersama-sama. Saat sendirian, seseorang tetap bisa tertawa dengan cara mengambil perspektif lucu dari setiap hal, mulai dari melihat tontonan komedi atau menuliskan hal-hal lucu yang dialami seharian.
Baca juga: Humor, Berefleksi Sembari Tertawa
Menjalani hobi dan melakukan hal-hal yang menyenangkan juga akan membantu mengaktifkan pusat kesenangan dan penghargaan di otak. Menghadiahi diri dengan sesuatu yang menyenangkan pada waktu tertentu dan bersyukur juga akan membantu kita menjalani hidup dengan lebih menyenangkan.
Latihan tertawa juga perlu didukung gaya hidup sehat. Olahraga teratur serta tidur yang berkualitas akan membantu seseorang untuk bisa lebih santai dalam menghadapi segala sesuatu. Terlebih, gaya hidup sehat ini juga bermanfaat penting bagi kesehatan sehingga makin menunjang kesejahteraan fisik dan mental yang diperoleh.
Jadi, sudahkan Anda tertawa hari ini?