KRI Dewaruci akan berhenti di tujuh titik jalur rempah Sumatera mulai dari Jakarta sampai Sabang selama 40 hari.
Oleh
STEPHANUS ARANDITIO
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pelayaran menelusuri jalur rempah sebagai bentuk muhibah budaya akan kembali diselenggarakan selama 40 hari mulai dari 5 Juni sampai 17 Juli 2024. Tahun ini, kapal layar KRI Dewaruci milik TNI Angkatan Laut akan membawa ratusan orang untuk menyusuri tujuh titik jalur rempah mulai dari Jakarta hingga Sabang pergi pulang.
Sebanyak 75 laskar rempah yang diseleksi dari masyarakat umum bersama peserta undangan, yakni peneliti, pewarta, serta pegiat film dan foto, telah dipilih untuk turut melihat titik-titik sejarah jalur perdagangan dan budaya rempah. Adapun tujuh daerah yang dituju adalah Jakarta, Belitung Timur, Dumai, Sabang, Malaka, Tanjung Uban, dan Lampung.
Direktur Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Irini Dewi Wanti mengatakan, titik-titik pelayaran tersebut adalah jalur sejarah perdagangan dan budaya. Muhibah Budaya Jalur Rempah (MBJR) 2024 menjadi wahana untuk mengaktifkan kembali jalur rempah, menghubungkan titik perdagangan rempah, dan mempererat ikatan budaya antarwilayah.
”Peran generasi muda dalam pengembangan warisan budaya ini meliputi kegiatan seperti festival berbasis rempah dan budaya bahari, seminar, lokakarya, ritual, residensi, dan sebagainya,” kata Irini, Selasa (7/5/2024).
Sebelum berlayar, semua peserta akan dibekali dengan pengetahuan sejarah, arkeologi, antropologi, oseanografi, sosial, seni, dan budaya hingga tentang cagar budaya dan obyek pemajuan kebudayaan yang relevan. Laskar rempah diharapkan akan menambah wawasan untuk mengaktualisasi diri dalam kegiatan berlangsung ataupun pascakegiatan.
Semua peserta yang berjumlah 150 orang akan terbagi dalam tiga kelompok pelayaran dengan tiga titik pergantian peserta, yaitu Jakarta, Dumai, dan Tanjung Uban. Setiap kelompok terdiri atas 50 orang yang berasal dari peserta seleksi terbuka dan undangan.
Pelayaran muhibah jalur rempah yang panjang ini adalah upaya Indonesia untuk mengajukan jalur rempah sebagai warisan budaya dunia UNESCO.
Menurut Irini, MBJR adalah wadah yang tidak hanya mengembangkan ketahanan budaya, tetapi juga memperkuat diplomasi budaya, baik dalam negeri maupun tingkat internasional. Rempah-rempah merupakan bukti sejarah yang menjadikan Indonesia sebagai poros perdagangan dunia melalui jalur maritim.
Muhibah Budaya Jalur Rempah telah digelar sejak 2020 sebagai bagian dari program prioritas nasional pemerintah. Bersama KRI Dewaruci, MBJR telah melintasi jalur rempah di Surabaya, Makassar, Baubau dan Buton, Ternate dan Tidore, Banda Naira, Kupang, dan kembali ke Surabaya pada 2020, serta jalur rempah di Surabaya dan Kepulauan Selayar pada 2023.
”Pelayaran ini diharapkan dapat mengembalikan Indonesia ke pusat perhatian global serta mempromosikan kekayaan sektor budaya sebagai daya tarik utama,” ucapnya.
Pelayaran muhibah jalur rempah yang panjang ini adalah upaya Indonesia untuk mengajukan jalur rempah sebagai warisan budaya dunia kepada Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO) yang ditargetkan bisa didapatkan pada 2024.
Sementara itu, Bupati Belitung Timur Burhanudin sangat antusias dengan rencana bersandarnya KRI Dewaruci yang legendaris tersebut di Belitung Timur. Selain potensi pariwisata yang akan meningkat, muhibah jalur rempah ini juga menjadi pengingat bagi warga Belitung Timur bahwa tanahnya kaya akan nilai budaya.
”Kegiatan ini dirancang untuk mendayagunakan obyek pemajuan kebudayaan dan cagar budaya. Tentunya kami mendukung dan akan memfasilitasi di setiap titik yang disinggahi di Beltim,” kata Burhanudin.
Belitung Timur merupakan daerah kepulauan dengan beragam kekayaan hayati. Beberapa rempah yang kini masih bertahan dan mudah dijumpai adalah lada atau sahang dalam bahasa lokal, secang (sepang), dan kemiri (kumbek).
Pemerintah Kabupaten Belitung Timur pun akan menyiapkan sejumlah pengetahuan lokal yang bisa dipergunakan untuk memperkaya pengetahuan dalam program Muhibah Budaya Jalur Rempah. Di Belitung Timur, rombongan peserta akan mengunjungi sejumlah destinasi wisata, seperti wisata bahari, pertanian, perkebunan, dan lokasi bangkai kapal tenggelam.