Terdapat Peningkatan Cuaca Panas, tetapi Masih Berpotensi Hujan
Meski tengah terjadi peralihan musim, beberapa wilayah masih berpotensi mengalami hujan kategori ringan hingga lebat.
Oleh
PRADIPTA PANDU
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Selama sepekan terakhir, sejumlah wilayah di Indonesia mengalami peningkatan cuaca panas. Hal ini bukan disebabkan gelombang panas, melainkan dampak dari peralihan musim hujan ke kemarau. Meski demikian, beberapa wilayah berpotensi mengalami hujan intensitas ringan hingga lebat.
Deputi Bidang Meteorologi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Guswanto mengemukakan, analisis BMKG terkait suhu panas di wilayah Indonesia menunjukkan bahwa kondisi tersebut merupakan fenomena panas terik harian akibat gerak semu matahari.
”Selain itu, kondisi wilayah Indonesia mengalami musim pancaroba dan beberapa wilayah sudah mengalami musim kemarau. Hal ini menyebabkan penyinaran matahari terjadi secara maksimum akibat kurangnya tutupan awan,” ujarnya, Selasa (7/5/2024).
Menurut Guswanto, secara umum dalam beberapa pekan terakhir suhu udara di Wilayah Indonesia masih dalam kategori normal atau wajar. Suhu udara maksimum pada Senin (6/5/2024) mencapai 36 derajat celsius yang tercatat di Balai Besar MKG Wilayah II Tangerang dan 35,8derajat celsius tercatat di Stasiun Geofisika Deli Serdang, Sumatera Utara.
Kondisi wilayah Indonesia mengalami musim pancaroba dan beberapa wilayah sudah mengalami musim kemarau.
Meski saat ini tengah terjadi peralihan musim, beberapa wilayah di Indonesia masih berpotensi mengalami hujan dalam kategori ringan hingga lebat. Hujan dengan intensitas lebat yang disertai angin kencang ini perlu diantisipasi karena bisa menyebabkan bencana hidrometeorologi, seperti banjir dan tanah longsor.
Sejumlah wilayah yang masih berpotensi mengalami hujan intensitas ringan-lebat antara lain Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jambi, Sumatera Selatan, Jawa Barat, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Utara, Kalimantan Timur, dan Kalimantan Selatan.
Kemudian wilayah lainnya adalah Bengkulu, Gorontalo, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Maluku Utara, Maluku, Papua Barat, Papua Barat Daya, Papua, Papua Tengah, Papua Pegunungan, dan Papua Selatan.
Analisis BMKG juga menunjukkan, hingga awal Mei 2024 baru 8 persen dari total wilayah Indonesia (56 Zona Musim atau Zom) telah memasuki musim kemarau. Kemudian sekitar 76 persen wilayah Indonesia lainnya (530 Zom) masih berada pada periode musim hujan.
Kepala Badan BMKG Dwikorita Karnawati dalam keterangan tertulisnya menyebut gelombang panas sedang melanda berbagai negara Asia, seperti Thailand dengan suhu maksimum mencapai 52 derajat celsius. Akan tetapi, cuaca panas yang terjadi di Indonesia akhir-akhir ini bukan akibat gelombang panas atau heatwave.
Merujuk penjelasan Organisasi Meteorologi Dunia (WMO), gelombang panas merupakan fenomena kondisi udara panas yang berkepanjangan selama lima hari atau lebih secara berturut-turut. Saat gelombang panas terjadi, suhu maksimum harian lebih tinggi dari suhu maksimum rata-rata hingga 5 derajat atau lebih. Fenomena ini umumnya terjadi di wilayah lintang menengah-tinggi, seperti wilayah Eropa, Amerika, dan sebagian wilayah Asia.
Dwikorita menjelaskan, kondisi maritim di sekitar Indonesia dengan laut yang hangat dan topografi pegunungan mengakibatkan naiknya gerakan udara. Hal itu memungkinkan penyanggaan atau buffer kenaikan temperatur secara ekstrem dengan terjadi banyak hujan yang mendinginkan permukaan secara periodik.
”Hal inilah yang menyebabkan tidak terjadinya gelombang panas di wilayah Kepulauan Indonesia,” ujarnya.
Menurut Dwikorita, suhu panas yang terjadi merupakan akibat dari pemanasan permukaan sebagai dampak dari mulai berkurangnya pembentukan awan dan curah hujan. Suhu panas ini sesuatu yang umum terjadi pada periode peralihan musim hujan ke musim kemarau.
”Periode peralihan ini umumnya dicirikan dengan kondisi pagi hari yang cerah, siang hari yang terik dengan pertumbuhan awan yang pesat diiringi peningkatan suhu udara. Kemudian, terjadi hujan pada siang menjelang sore hari atau sore menjelang malam hari,” paparnya.