Mengapa Laki-laki Memiliki Puting Susu?
Meski tidak memiliki manfaat, keberadaan puting susu pada laki-laki juga tidak menimbulkan bahaya dan biaya metabolisme.
Berbeda dengan perempuan, puting susu pada laki-laki nyaris tidak memiliki fungsi. Karena itu, puting susu laki-laki tidak menimbulkan daya tarik dan kontroversi seperti pada perempuan. Meski tidak memberi keuntungan, puting susu pada laki-laki tidak membahayakan sehingga tidak ada manfaat evolusioner untuk menghilangkannya.
Pada dasarnya, selama beberapa minggu pertama pembentukan manusia dalam rahim, semua manusia memiliki cetak biru pekembangan yang sama. Embrio itu memiliki struktur primitif yang sama.
Namun, keberadaan sejumlah gen-lah yang akan menentukan apakah embrio tersebut akan memiliki organ reproduksi laki-laki atau perempuan. Meski organ reproduksi laki-laki dan perempuan bisa berkembang secara bersamaan, hal itu sangat jarang terjadi.
Saat usia kehamilan mencapai 7 minggu, seperti ditulis dosen senior anatomi Universitas New South Wales (UNSW) Sydney Australia, Michelle Moscova, di The Conversation, 19 September 2019, gen master penentu jenis kelamin pada kromosom Y mulai diaktifkan. Gen master itu dinamai gen SRY.
Baca juga: Disfungsi Seksual Jangan Dianggap Tabu
Aktifnya gen SRY akan mengarahkan pada berkembangnya organ reproduksi laki-laki pada janin dan hilangnya saluran reproduksi perempuan primitif. Sebaliknya, karena perempuan tidak memiliki kromosom Y, saluran reproduksi perempuan primitif yang dimiliknya akan terus berkembang menjadi organ reproduksi perempuan dan saluran reproduksi laki-laki primitifnya akan menghilang.
Gen SRY itu, seperti dikutip Livescience, 17 Juni 2017, menginduksi perubahan yang mengarah pada pembentukan testis, organ reproduksi laki-laki yang menyimpan sperma dan menghasilkan testosteron. Setelah testis terbentuk, janin laki-laki mulai memproduksi testosteron pada usia kehamilan sekitar 9 minggu. Terbentuknya testosteron itu mengubah aktivitas genetik pada sel-sel di alat kelamin dan otak.
Masalahnya, payudara dan puting susu sudah terbentuk saat usia janin mencapai 4-6 minggu atau sebelum gen SRY diaktifkan. Pembentukan payudara dan puting ini ditandai dengan munculnya dua tonjolan yang disebut puncak payudara (mammary crest/milk line) yang memanjang di antara ketiak primitif dan selangkangan primitif.
Dalam perkembangan selanjutnya, puncak payudara pada laki-laki itu akan menghilang. Namun, sel-sel di sekitar dada yang membentuk otot polos pada puting susu dan areola (bagian lebih gelap yang mengelilingi puting) tetap ada. Sel-sel yang tersisa inilah yang akan membentuk payudara dan puting pada laki-laki nantinya.
Jadi, sel-sel penting yang di kemudian hari membentuk payudara dan puting pada manusia sudah berkembang lebih dulu sebelum jenis kelamin terbentuk. Karena itu, baik laki-laki maupun perempuan sama-sama memiliki payudara dan puting meski perkembangan dan manfaatnya berbeda.
Setelah lahir
Saat lahir, payudara dan puting bayi laki-laki dan perempuan akan terlihat sama. Namun, saat masa pubertas tiba, payudara dan puting keduanya menjadi berbeda.
Di masa pubertas itu, puting laki-laki dan perempuan sama-sama membesar, tetapi pembesaran pada puting perempuan berlangsung lebih maksimal. Saluran payudara pada laki-laki akan menyusut, sedangkan payudara perempuan justru membesar dan berubah bentuk. Saat dewasa, puting laki-laki menjadi lebih kecil dan kurang bervariasi dibandingkan puting perempuan.
Dalam kacamata evolusi, sebagian ahli menilai eksistensi puting susu pada laki-laki bukan karena memberi banyak manfaat pada laki-laki, tetapi karena keberadaan puting itu tidak membahayakan. Jadi, menghilangkannya pun tidak akan menjadi prioritas evolusioner dan tidak juga mendatangkan keuntungan bagi laki-laki.
”Tidak ada biaya metabolisme yang nyata akibat (laki-laki) memiliki puting susu,” kata Ian Tattersall, ahli paleoantropologi di Museum Sejarah Alam Amerika di New York, Amerika Serikat.
Meski demikian, hal itu bukan berarti puting susu tidak memberi keuntungan sama sekali pada laki-laki. Salah satu manfaat puting itu adalah terkait respons terhadap rangsangan seksual walau manfaat ini juga terdapat pada puting perempuan.
Studi H Schmidt di European Journal of Pediatrics, Oktober 1998, menemukan lebih dari separuh laki-laki mengaku mengalami peningkatan gairah seksual saat putingnya dirangsang. Bahkan, studi lain melaporkan adanya seorang laki-laki heteroseksual yang menginginkan pembesaran payudara guna meningkatkan fungsi seksual pada putingnya.
Payudara laki-laki juga bisa membesar yang disebut ginekomastia. Namun, pembesaran ini umumnya merupakan akibat dari kelebihan berat badan atau obesitas. Terus meningkatnya obesitas dalam masyarakat juga turut membesarkan payudara laki-laki. Ginekomastia juga bisa dipicu oleh ketidakseimbangan hormon yang membuat kadar hormon estrogen (hormon perempuan) lebih besar dibandingkan dengan androgen (hormon laki-laki).
Puting laki-laki layak mendapat perhatian yang sama besarnya dengan puting perempuan.
Ginekomastia, lanjut Moscova, umumnya terjadi pada remaja laki-laki dan biasanya bisa sembuh dengan sendirinya. Namun, sebanyak 1 dari 10 laki-laki mengalami pembesaran payudara yang bersifat menetap. Kondisi ini umumnya dikaitkan dengan sejumlah masalah kesehatan mental, seperti depresi, kecemasan, gangguan makan, masalah terhadap citra tubuh, ataupun penurunan harga diri.
Selain itu, sebagian laki-laki sejatinya bisa menyusui menggunakan putingnya walau sangat jarang. Namun, kondisi ini sebenarnya justru memerlukan kewaspadaan karena menunjukkan adanya kondisi tidak normal di badan.
Susu yang dihasilkan dari payudara dan puting laki-laki itu bisa dipicu oleh sejumlah kondisi kesehatan, seperti penggunaan obat atau suplemen tertentu yang memicu ketidakseimbangan hormon, tumor, hingga gangguan hipotiroid. Air susu yang diproduksi laki-laki ini memiliki kondisi yang sangat mirip dengan air susu ibu.
Tak hanya memberi sedikit manfaat, puting laki-laki juga bisa berkembang dengan cara yang salah, sama seperti struktur tubuh lainnya. Sebanyak 1 di antara 20 orang bisa memiliki puting ekstra. Catatan terakhir menunjukkan jumlah puting terbanyak yang dimiliki seorang laki-laki adalah tujuh buah. Namun, sering kali puting ekstra itu murni kosmetik alias mirip tahi lalat kecil berpigmen yang tidak memiliki fungsi seperti puting pada umumnya.
Meski payudara laki-laki tidak berkembang, laki-laki juga bisa mengalami kanker payudara. Sebanyak 0,5-1 persen kanker payudara yang terdiagnosis adalah laki-laki. Namun, kesadaran laki-laki terhadap penyakit ini masih sangat rendah sehingga umumnya baru terdiagnosis saat kanker sudah dalam stadium lanjut.
Kondisi itu membuat laki-laki juga perlu memperhatikan kesehatan payudaranya. Saat muncul benjolan atau perubahan bentuk pada putingnya, seperti keluar cairan dari puting atau kulit puting mengalami pecah-pecah, sebaiknya segera memeriksakan diri ke dokter untuk menghindari kemungkinan adanya kanker.
Baca juga: Remaja, Tubuh, dan Kesehatan Reproduksi
”Puting laki-laki layak mendapat perhatian yang sama besarnya dengan puting perempuan,” kata Mosocova. Namun, kondisi itu dipastikan tidak akan mengalihkan perhatian atau obsesi selektif sebagian orang terhadap payudara dan puting perempuan.