SRINAGAR, SENIN - Delapan tersangka pelaku pemerkosaan dan pembunuhan seorang anak perempuan di Jammu and Kashmir, India, berusia delapan tahun, diajukan ke pengadilan. Namun, ribuan anggota kelompok radikal yang memiliki hubungan dengan partai berkuasa Bharatiya Janata atau BJP justru berdemonstrasi menuntut pembebasan para tersangka.
Dalam sidang pada Senin (16/4/2018) di Jammu and Kashmir, delapan tersangka yang dikenai tuduhan pembunuhan dan pemerkosaan itu menyatakan diri tidak bersalah. Sidang perdana pada hari Senin berlangsung di tengah unjuk rasa yang terjadi di sejumlah tempat.
Anak perempuan Kashmir itu sedang menggembala kuda milik keluarganya pada Januari lalu di hutan, di kaki Gunung Himalaya, ketika diculik. Ia kemudian diperkosa dan tubuhnya dimutilasi. Jenazahnya ditemukan di hutan seminggu kemudian.
Berbeda respons
Pada 2012 juga terjadi pemerkosaan terhadap seorang mahasiswi di dalam bus, di New Delhi, ibu kota India, yang dilakukan oleh sekelompok orang. Kasus pemerkosaan tersebut mengakibatkan kemarahan di seluruh India dan ratusan ribu warga India turun ke jalan, menuntut agar hukuman terhadap pelaku diperberat.
Namun, pemerkosaan, penyiksaan, dan kematian anak perempuan Kashmir itu direspons secara berbeda dibandingkan kasus pemerkosaan mahasiswi di New Delhi. Korban itu berasal dari keluarga Muslim nomaden, sedangkan delapan tersangka yang ditangkap memiliki kaitan dengan kelompok radikal, bahkan ada yang berasal dari BJP.
Jammu and Kashmir adalah negara bagian di India yang mayoritas penduduknya adalah Muslim. Namun, wilayah Jammu di sisi selatan, tempat pembunuhan terjadi, didominasi oleh penduduk yang beragama Hindu.
Kasus itu memicu perpecahan yang tajam di kawasan tersebut. Salah satu kelompok mengecam apa yang terjadi dan menilainya sebagai kejahatan terhadap komunitas mereka. Adapun kelompok yang lain berunjuk rasa dan menyatakan bahwa para tersangka didakwa secara tidak adil.
Perdana Menteri India Narendra Modi terkena dampak kasus ini. Namun, ia belum memberikan komentar.
Hingga saat ini kerap terjadi perselisihan antara minoritas Muslim dan mayoritas Hindu di India, negara konstitusional sekuler yang berpenduduk 1,3 miliar jiwa. Kekerasan berkobar secara sporadis selama beberapa dasawarsa sejak India memperoleh kemerdekaan dari Inggris pada 1947 yang memicu kerusuhan atas nama agama.
Meskipun interaksi sehari-hari antara warga Hindu dan Muslim berlangsung damai, perbedaan di antara keduanya terasa kian lebar. Terjadi sejumlah konflik sejak 2014 ketika BJP memenangi pemilu dan meraih kekuasaan. Warga minoritas merasa terisolasi sejak saat itu karena peningkatan serangan oleh kelompok ekstrem. (AP/REUTERS/AFP/LOK)