Kota-kota di Eropa Batasi Pelancong
Penolakan pada lonjakan pelancong mulai ditunjukkan sejumlah kota di Eropa. Berbagai pembatasan diterapkan.
Tempat-tempat wisata yang terkenal di Eropa, seperti Amsterdam di Belanda dan Venesia di Italia, kewalahan menghadapi lonjakan pengunjung. Ada gagasan mengenakan pungutan untuk mengurangi pelancong.
Di Venesia sampai susah berjalan kaki keliling kota saking banyaknya turis wira-wiri. Penduduk kota itu hanya 50.000 orang. Sementara pelancong sepanjang 2022 sampai 3,2 juta orang. Di musim liburan, jumlah wisatawan di Venesia sampai 100.000 orang.
Baca juga: Pariwisata Makin Pulih, Awas Risiko Berlebih
”Kami harus menemukan keseimbangan antara pendatang dan penduduk. Kami perlu menjaga ruang bagi penduduk, dan tentu saja, kami perlu mengurangi pelancong harian pada waktu tertentu,” kata Kepala Badan Promosi Parisiwata Venesia, Simone Venturini.
Untuk menangani lonjakan pengunjung itu, Venesia memberlakukan kebijakan baru mulai Kamis (25/4/2024). Venesia akan memberlakukan biaya masuk kepada pengunjung harian. Pengunjung yang datang pada siang hari harus membeli tiket seharga lima euro atau sekitar Rp 87.000.
Pembelian tiket ini akan dipantau oleh petugas pemeriksaan di titik-titik masuk utama di seluruh wilayah Venesia. Pajak juga diberlakukan pada pengunjung yang bermalam di dalam kota. Harapannya, para pengunjung harian bisa berkunjung pada waktu yang tidak ramai atau bukan musim liburan.
Sementara ini, hanya ada 29 hari sepanjang 2024 yang akan menjadi waktu pemberlakuan tiket masuk harian. Mayoritas hari-hari itu tersebar pada Mei hingga Juli.
Baca juga: Yang Datang, Pergi, dan Nyaris Hengkang di Daftar Warisan Budaya Dunia
Venturini mengatakan, kebijakan ini untuk menyeimbangkan pemasukan dari pariwisata guna menghidupkan perekonomian dengan kenyamanan para penghuninya. ”Meningkatkan perekonomian lokal tetap penting, asal tidak membebani komunitas lokal dan tidak merusak ekosistem yang sudah rapuh,” ujarnya.
Tiket harian bukan kebijakan pertama Venesia membatasi pelancong. Pada 2021, Venesia melarang kapal pesiar masuk ke laguna kota itu. Sebab, kapal-kapal pesiar berukuran besar akan bisa merusak lingkungan kota.
Selain itu, pengunjung harian biasanya datang dengan kapal-kapal pesiar. Karena ada larangan ini, kapal-kapal pesiar mengalihkan rute mereka ke pelabuhan industri yang lokasinya lebih jauh.
Pengunjung yang terlalu banyak juga dikhawatirkan bisa semakin menenggelamkan Venesia. Kota yang tersebar di 100 pulau kecil di timur laut Italia itu terdaftar di UNESCO sebagai situs Warisan Dunia pada 1987. Lokasi yang dikunjungi turis, antara lain, Lapangan Santo Markus dan Jembatan Rialto.
Baca juga: Dahulukan Evaluasi Retribusi di Kawasan Konservasi
Tahun lalu, UNESCO mengancam akan memasukkan Venesia ke dalam daftar warisan budaya yang terancam bahaya. Ini mempertimbangkan limpahan pengunjung dan kenaikan permukaan air di laguna akibat perubahan iklim.
Karena masalah itulah, sistem tiket bagi turis tersebut diberlakukan. Sebenarnya ide tiket itu sudah lama dan diperdebatkan. Namun, berulang kali ditunda karena dikhawatirkan akan bisa mengurangi pendapatan dari sektor pariwisata.
Masalahnya, pelancong tidak keberatan dengan harga karcis harian itu. Bagi wisatawan asal Amerika Serikat, Anish Thakkar, karcis itu murah bagi pengunjung yang datang dari jauh. ”Saya tidak keberatan bayar lima euro itu. Karena terlalu murah, saya kira tidak akan membuat perbedaan,” ujarnya.
Wali Kota Venesia Luigi Brugnaro mengatakan, kebijakan tiket baru itu baru sebatas eksperimen. Meski demikian, Brugnaro ataupun para pejabat Venesia tidak sepenuhnya yakin bagaimana sistem ini akan bisa berjalan dengan baik. Brugnaro menjanjikan sistem baru ini akan terus dipantau dan dikendalikan serta dijamin tidak akan ada antrean.
Baca juga: Sihir ”Teater” Venesia
Antrean bisa diantisipasi atau dicegah jika pengunjung membeli tiket secara daring terlebih dahulu. Jika tidak secara daring, bisa juga membeli tiket pada saat kedatangan. Loket-loket tiket sudah didirikan di alun-alun di depan stasiun kereta Santa Lucia. Ini adalah titik masuk utama ke Venesia.
Nanti juga akan ada tim khusus yang melakukan pemeriksaan mendadak di area-area utama. Jika ada yang tidak membeli tiket, akan dikenakan denda. Besar dendanya berkisar 50-300 euro atau sekitar Rp 868.000 hingga Rp 5,2 juta.
Adapun pengunjung yang bermalam di Venesia dibebaskan dari membeli tiket karena sudah membayar pajak bermalam. Begitu pula dengan pengunjung yang baru tiba di Venesia antara pukul 16.00 dan 08.30, anak di bawah usia 14 tahun, serta penyandang disabilitas. Untuk saat ini, tidak ditentukan batasan jumlah tiket harian yang dijual.
Bersihkan reputasi
Sementara Amsterdam sejak lama sudah berusaha membersihkan reputasinya sebagai kota tempat pesta bujangan, narkoba, dan seks. Reputasi ”gelap” itu yang dianggap sebagai salah satu penyebab masuknya sekitar 20 juta pengunjung setiap tahun.
Baca juga: Guna Konservasi, Italia Larang Kapal Pesiar Masuk Kanal Venesia
Tahun lalu, Amsterdam meluncurkan kampanye secara daring untuk mencegah anak muda Inggris masuk ke Amsterdam hanya untuk mabuk-mabukan. Mereka yang mau masuk Amsterdam hanya untuk pesta dan mabuk-mabukan diimbau untuk tidak masuk Belanda. Jika orang masih nekat, risikonya akan bisa ditangkap.
Demi membatasi pengunjung, banyak kebijakan baru yang sudah diberlakukan Amsterdam. Sejak pertengahan April 2024, Amsterdam melarang pembukaan hotel baru.
Jumlah kapal pesiar sungai di Amsterdam juga akan dikurangi separuh dalam waktu lima tahun ke depan. Tahun lalu, Amsterdam juga melarang merokok ganja di jalan-jalan distrik lampu merah.
Bukan hanya Venesia dan Amsterdam yang sibuk menahan pengunjung. Kota Dubrovnik yang berdinding abad pertengahan di Kroasia juga menjadi salah satu kota paling padat di Eropa. Arus wisatawan yang luar biasa besar terkadang membuat mustahil untuk berjalan di dalam Kota Tua yang bersejarah.
Baca juga: Kunci Inggris-Belanda Menguasai Dunia pada Abad Pertengahan
Kota yang dikenal sebagai ”Permata Laut Adriatik” ini mengalami lonjakan pengunjung sejak bentengnya masuk ke dalam salah satu adegan dalam serial Game of Thrones pada 2011. Tahun lalu, kota berpenduduk 41.000 jiwa ini menerima 1,2 juta turis. Pada 2019, jumlah turisnya malah sampai 1,4 juta jiwa.
Karena turis yang melonjak itu, pemerintah setempat membatasi jumlah kedatangan kapal pesiar menjadi hanya dua kapal per hari mulai 2019. Tiap-tiap kapal juga tidak lebih dari 4.000 penumpang dalam satu waktu.
Pembatasan juga diberlakukan di Barcelona, Spanyol. Pemerintah kota membatasi masuknya rombongan wisata ke pasar bersejarah La Boqueria, terutama pada jam-jam puncak belanja.
Ada juga peraturan yang menetapkan rombongan wisatawan harus dibatasi maksimal 20 orang dan pemandunya tidak boleh memakai pengeras suara. Pada tahun lalu, jumlah turis yang pesan hotel, sewa rumah, dan hostel turun 6,9 persen dibandingkan dengan tahun 2019. Dari angka ini setidaknya terbukti aturan-aturan yang dibuat berhasil mengurangi jumlah turis. (AFP/AP)