Haram Memotret Gunung Fuji
Kota Fujikawaguchiko mendirikan baliho raksasa guna menutupi pemandangan Gunung Fuji agar tak dijadikan latar foto.
Fujikawaguchiko
Kesal dengan ulah para turis mancanegera yang dianggap sudah pada taraf mengganggu dan meresahkan, aparat kota Fujikawaguchiko mendirikan papan baliho jumbo guna menutupi pemandangan ikonik Gunung Fuji. Dengan berdirinya papan baliho itu, para turis tidak bisa lagi berfoto ria dengan latar pemandangan Gunung Fuji.
Fujikawaguchiko, sekitar 112 kilometer barat daya Tokyo, sebenarnya menjadi kota yang dibangun berkat turisme. Michie Motomochi, pemilik kafe terdekat lokasi berdirinya papan baliho itu, menuturkan, awalnya warga setempat ataupun kota Fujikawaguchiko secara keseluruhan menyambut kehadiran para turis mancanegara.
”Tapi, banyak tingkah laku mereka yang sudah meresahkan (warga),” tutur Motomochi.
Ia menyebut beberapa ulah turis asing yang meresahkan itu, antara lain, seperti buang sampah sembarangan, menyeberang jalan semau gue, tak memedulikan lampu lalu lintas, dan menerobos properti pribadi warga sekitar.
Area sekitar kafe milik Motomochi dalam dua tahun terakhir mendadak menjadi lokasi favorit para turis asing. Pemantiknya, dari lokasi itu, turis mendapat titik pengambilan foto yang aduhai. Dari titik tersebut, hasilnya adalah jika berfoto di tempat itu, seorang turis tampak dalam foto seperti duduk atau berdiri di atas atap toko waralaba Lawson dengan latar belakang Gunung Fuji yang konon beraura mistis.
”Lawson Gunung Fuji”, demikian warganet di media sosial menyebut titik pengambilan foto tersebut.
Motomochi mengungkapkan, warga setempat bukannya tidak senang dengan kehadiran para turis asing itu. Apalagi, bagi dirinya, sekitar 80 persen pengunjung kafenya adalah turis asing. Namun, sejak pintu wisata Jepang dibuka lagi bagi turis asing setelah dua tahun ditutup gara-gara pandemi, jumlah mereka membeludak.
Sejak itu pula, para turis asing hampir setiap hari memadati area titik spesial untuk pengambilan foto tersebut. Aparat kota Fujikawaguchiko mengatakan, pihaknya kerap mendapat keluhan dan komplain dari warga setempat soal perilaku turis yang menutupi area pejalan kaki, mengambil foto di tengah lalu lintas yang sibuk, hingga memasuki pekarangan rumah tinggal warga.
”Saya sampai sering kesulitan mengeluarkan mobil dari garasi rumah,” ujar Yoshihiko Ogawa, warga setempat yang separuh abad lebih mengelola toko beras di area itu. ”Kami sebelumnya tidak pernah berpikir bakal menghadapi situasi seperti ini.”
Ia menuturkan, para turis itu biasanya datang dan berkumpul di area tersebut pukul 04.00-05.00 pagi-pagi buta. Mereka kerap bicara dengan suara keras, lanjut Ogawa.
Fujikawaguchiko sebelumnya penah mencoba cara lain yang lebih persuasif untuk mengatasi masalah tersebut. Aparat setempat memasang tanda-tanda imbauan dalam berbagai bahasa (Inggris, China, Thailand, dan Korea) agar turis tidak menyeberang jalan semau gue. Bahkan, sampai ada petugas keamanan ”ditanam” di area itu guna mengendalikan gerudukan para turis asing.
Tapi, semua cara tersebut tidak mempan. Hari Selasa (30/4/2024), saat Gunung Fuji tak terlihat pun karena tertutup awan tebal, para turis tersebut tetap tumplek blek di area itu.
Kemudian, muncullah ide dan langkah membangun papan baliho raksasa untuk menutupi pemandangan Gunung Fuji. Pembangunan papan baliho itu telah dimulai pada Selasa (30/4/2024) dan diperkirakan rampung pertengahan Mei ini. Setelah nanti rampung, papan baliho berukuran panjang 20 meter dan tinggi 2,8 meter itu bakal menutupi pemandangan Gunung Fuji.
Bagaimana respons turis asing? Anthony Hok (26), turis asal Perancis, menyebut pembangunan papan baliho itu terlalu reaktif. ”Solusi tersebut terlalu berlebihan untuk masalah yang tidak begitu besar meski turis-turis itu membuat masalah. Menurutku, itu kurang pas,” ujarnya.
Helen Pull (34), turis asal Inggris, punya pandangan lain. Ia bersimpati pada keluhan warga setempat. Sejak mengunjungi Jepang dalam beberapa pekan terakhir, ia melihat turisme benar-benar melonjak di sini.
”Saya bisa paham kenapa warga yang tinggal dan bekerja di sini mungkin melakukan hal-hal seperti itu,” ujar Pull. Ia melihat sendiri saat Gunung Fuji tak terlihat karena tertutup awan pun, para turis asing tetap berfoto ria.
Boleh jadi, itu salah satu daya magis Gunung Fuji. Saat penampakannya tak terlihat pun, gunung itu tetap menjadi magnet untuk diabadikan dengan foto. (AP)
---------
Serial lain Kilasan Kawat Sedunia:
Tendangan Bison ke Pelancong Bandel
Inilah Roti Terbaik Perancis 2024
Perawatan Khusus untuk Kuda-kuda yang "Ngamuk" di Kota London
Dicegat Polisi, Pengemudi Malah Mengunci Diri di Mobil
Keluarga di Kanada Menanti Jenazah Ayah, Dikirimi Jenazah Orang Rusia