Olimpiade Paris 2024 dan Kecemasan Pudarnya Bahasa Perancis di Kandang Sendiri
Parlemen Perancis mendesak atlet, pelatih, dan jurnalis di Olimpiade Paris menggunakan bahasa Perancis sebanyak mungkin.
”Tak ada bahasa Inggris di Olimpiade Paris,” cetus anggota parlemen Perancis. Setelah lama berjuang melawan penggunaan bahasa Inggris dalam iklan, musik, dan film, para anggota parlemen Perancis menabuh genderang perjuangan baru.
Mereka ingin menjaga agar Olimpiade di negara mereka, yang akan digelar di Paris, 26 Juli hingga 11 Agustus 2024, bebas dari paham keinggris-inggrisan (anglicisme) atau juga kerap disebut keminggris.
Perjuangan itu dituangkan dalam resolusi yang diadopsi pada Kamis (2/5/2024). Majelis Rendah Parlemen Perancis mendesak agar penyelenggaraan Olimpiade Paris 2024 menggunakan bahasa Perancis sebanyak mungkin. Desakan ini ditujukan tidak saja bagi panitia penyelenggara, tetapi juga bagi atlet, pelatih, dan jurnalis yang terlibat pada perhelatan multicabang olahraga itu.
Baca juga: Indonesia Telah Loloskan 19 Atlet ke Olimpiade Paris 2024
Kepada sesama anggota parlemen, Annie Genevard, pendukung resolusi tersebut dari kubu konservatif, menyatakan kekhawatirannya akan pudarnya bahasa Perancis saat Paris menjadi tuan rumah Olimpiade. ”Olimpiade Paris 2024 mencerminkan hilangnya pengaruh bahasa kita,” ujarnya.
Salah satu contoh pudarnya pengaruh bahasa Perancis itu tecermin dari slogan yang digunakan Paris saat mengajukan diri sebagai tuan rumah Olimpiade. Slogan itu berbahasa Inggris: ”Made for Sharing”.
Slogan tersebut menuai kritik habis-habisan. Begitu juga kampanye-kampanye Pemerintah Perancis yang menggunakan bahasa Inggris, seperti ”Choose France” atau ”Made for France”.
Baca juga: Jelang Penyalaan Api Olimpiade Paris 2024
Bahkan, pada tahun 2023, tim rugbi Perancis justru menggunakan bahasa Inggris pada seragam mereka, yaitu Rugby World Cup, bukan bahasa Perancis (La Coupe du Monde de rugby). Padahal, laga-laga itu berlangsung di Perancis.
”Semua contoh ini menunjukkan bahwa perjuangan untuk bahasa Perancis tidak pernah selesai, bahkan di bidang yang paling resmi sekalipun,” kata Genevard.
Pengaruh bahasa Inggris secara global telah lama membuat kesal Pemerintah Perancis. Selama ini, Perancis terus berupaya melindungi kemurnian bahasa mereka di dalam negeri sambil mempromosikan penggunaannya di luar negeri.
Begitu serius upaya itu sehingga Perancis memiliki sebuah institusi yang khusus melestarikan bahasa Perancis, yaitu Academie Francaise. Lembaga ini telah menghasilkan kamus yang disahkan oleh pemerintah selama tiga abad.
Selama ini, Perancis terus berupaya melindungi kemurnian bahasa mereka di dalam negeri sambil mempromosikan penggunaannya di luar negeri.
Selama 300 tahun, Academie Francaise telah mendokumentasikan dan menyetujui istilah atau ungkapan baru dalam bahasa Perancis. Sering kali, kata-kata baru itu merupakan terjemahan dari kata-kata bahasa Inggris yang umum digunakan.
”Mari berharap planche a roulettes menggantikan skateboard, dan rouleau du cap menggantikan point break. Tapi, saya ragu,” ujar Genevard.
Undang-Undang 1994
Demi melindungi bahasa Perancis, anggota parlemen Perancis telah mengesahkan undang-undang penting pada 30 tahun silam, yaitu Undang-Undang Toubon tahun 1994. Undang-undang ini mewajibkan agar bahasa Perancis digunakan di periklanan, pelabelan produk, dan pengumuman publik.
Peraturan itu juga menetapkan bahwa stasiun radio harus memutar minimal 40 persen lagu berbahasa Perancis. Akan tetapi, pengaruh budaya bahasa Inggris semakin sulit terbendung.
Baca juga: Perancis Buat Undang-undang Antidiskriminasi Rambut Gimbal
Pengaruh bahasa Inggris di Perancis akhir-akhir ini dinilai meningkat. Sebagian kalangan di negara itu menyalahkann kehadiran media untuk tontonan streaming dari Amerika Serikat, salah satunya adalah Netflix. Hal ini membuat bahasa Perancis terus-menerus disusupi oleh istilah-istilah baru, termasuk dalam bidang olahraga.
”Anda tidak dapat mengabaikan fakta bahwa banyak acara olahraga global yang disiarkan secara global memilih menggunakan bahasa Inggris untuk komunikasi, judul, slogan, dan iklannya,” kata Menteri Kebudayaan Rachida Dati kepada parlemen.
Resolusi pada hari Kamis itu didukung oleh kelompok berkuasa, kelompok tengah, dan sayap kanan. Namun, kelompok kiri parlemen menentangnya.
Dati mengatakan, resolusi itu tidak mengikat. Bagi pengunjung asing, instruksi Olimpiade tetap akan disampaikan dalam bahasa Inggris dan bahasa lainnya. Penyampaian ini akan dilakukan sepanjang pelaksanaan Olimpiade Paris, 26 Juli-11 Agustus, dan Paralimpiade pada 28 Agustus-8 September.
Isu rasis
Isu pemilihan bahasa ini telah membuat panas persiapan Olimpiade Paris sejak beberapa bulan terakhir. Isu panas ini dipicu kabar bahwa penyanyi R&B Perancis-Mali, Aya Nakamura, akan tampil dalam acara pembukaan Olimpiade, 26 Juli. Nakamura, artis Perancis yang lagunya paling banyak diputar di dunia, memadukan bahasa Perancis, Arab, dan kata-kata dari dialek Afrika Barat.
Salah satu lagu populernya yang kental dengan penggunaan bahasa di luar bahasa Perancis adalah ”Djadja”. Sering berembusnya kabar itu, Nakamura dituduh tampil seronok dan merusak bahasa Perancis.
Baca juga: Tangani Kerusuhan, Perancis Kerahkan 40.000 Polisi
Tuduhan tersebut dilontarkan oleh pemimpin sayap kanan Perancis, Marine Le Pen. Le Pen menyerang Nakamura dengan isu-isu soal kehidupan pribadi artis itu.
”Perancis bukan dan tidak akan pernah menjadi ‘Djadja’,” kata anggota parlemen sayap kanan lainnya, Julien Odoul, pada Kamis.
Dati mengecam komentar-komentar yang menyerang Nakamura dan menyebutnya sebagai tindakan yang rasis.
Menyakitkan
Dominasi bahasa Inggris dalam Olimpiade sangat menyakitkan dari sudut pandang Perancis. Hal ini karena Olimpiade modern adalah penemuan bangsawan Perancis, Pierre de Coubertin, pada akhir abad ke-19.
Bahasa Perancis adalah bahasa resmi (lingua franca) dalam pelaksanaan Olimpiade modern edisi pertama. Bahasa Perancis juga tetap menjadi salah satu bahasa resmi bagi penerus De Coubertin di Komite Olimpiade Internasional.
Baca juga: Eropa Perkuat Pasukan Elite di Afrika, Perancis Tidak Memerangi Islam
Namun, Presiden IOC yang juga mantan pemain anggar Jerman, Thomas Bach, tampaknya lebih suka menggunakan bahasa Inggris saat tampil di depan jurnalis internasional. Padahal, sebenarnya Bach cukup baik berbahasa Perancis.
Resolusi yang dibuat anggota parlemen Perancis itu juga akan menohok bagi markas besar panitia penyelenggara Paris 2024. Sebagian panitia dan penyelenggara sering menggunakan campuran bahasa Inggris saat berbicara salam dalam bahasa Perancis.
Salah satunya adalah Presiden Komite Penyelenggara Olimpiade dan Paralimpiade Paris 2024 Tony Estanguet. Dia menggunakan istilah dengan sentuhan bahasa Inggris le JO-bashing untuk menyebut ”kritik terhadap Olimpiade”. Terkadang, ia juga mengatakan tantangan challenges dalam bahasa Inggris, bukannya defis dalam bahasa Perancis.
Baca juga: Bangun Kesadaran untuk Antirasisme
Baru-baru ini, Direktur Komunikasi komite tersebut pun sempat mengusulkan sebutan sesi tanya jawab un QnA. Istilah Un QnA adalah campuran bahasa Perancis, yaitu un, dan tanya jawab dalam bahasa Inggris, yaitu QnA atau questions and answers.
Usul tersebut dikecam oleh seorang jurnalis Perancis dengan nada marah. ”Kami punya istilah Perancis untuk ini: pertanyaan-tanggapan,” kata jurnalis tersebut. (AFP)