”May Day”, Jeritan Buruh Penggerak Roda Ekonomi
Buruh tumpah ruah di Patung Arjuna Wijaya dekat Monumen Nasional Jakarta untuk menuntut haknya saat Hari Buruh Sedunia.
Seratusan perempuan, dominan berbaju merah, mengangkat tinggi-tinggi kain merah dan poster, sembari meniup sempritan. Aksi ini berlangsung selama 10 detik dan berakhir dengan pekikan ”Hidup perempuan. Hidup buruh”.
Buruh perempuan yang tergabung dalam Aksi Perempuan Indonesia ini menuntut hak-haknya dalam peringatan Hari Buruh Sedunia atau May Day di seputar Patung Arjuna Wijaya dekat Monumen Nasional, Jakarta, Rabu (1/5/2024).
Terik mentari dan hawa panas pagi sampai siang itu tak menyurutkan semangat mereka. Pekikan ”Hidup perempuan Indonesia”, ”Bayar kerja perempuan dengan layak”, ”Naikkan upah. Kurangi jam kerja”, ”Tubuh ini milikku. Jangan dieksploitasi”, dan ”Perempuan mari bersatu, mari berjuang bersama-sama” menggema di tengah-tengah aksi ribuan buruh dari berbagai serikat ataupun aliansi.
”Kain merah dan sempritan tanda peringatan ada kondisi darurat. Warna merah dan sempritan ini bentuk memperingati (buruh) dan memperingatkan (pemerintah/penguasa) bahwa diskriminasi dan kekerasan masih ada dan terjadi,” kata wakil koordinator lapangan Aksi Perempuan Indonesia, Salsa.
Baca juga: Buruh Tuntut Cabut UU Cipta Kerja hingga Perlindungan Mitra Pekerja
Organisasi Buruh Internasional (ILO) dalam survei Semua Bisa Kena! pada 2022 mendapati tingginya kekerasan dan pelecehan seksual di dunia kerja. Survei ini melibatkan 1.173 responden dari sejumlah daerah di Tanah Air dalam kurun 12 Agustus-13 September 2022.
Sebanyak 70,93 persen responden pernah mengalami kekerasan dan pelecehan di tempat kerja. Lalu, 72,77 persen responden pernah menyaksikan kekerasan dan pelecehan di tempat kerja, serta 53,36 persen responden menjadi korban sekaligus saksi.
Survei juga mendapati 69,35 persen responden pernah mengalami lebih dari satu jenis kekerasan dan pelecehan. Kekerasan dan pelecehan psikologis mendominasi (77,4 persen), diikuti kekerasan dan pelecehan seksual (50,48 persen).
Tak ayal seratusan buruh perempuan ini mendesak pemerintah untuk meratifikasi Konvensi ILO 190 Tahun 2019 tentang Penghapusan Kekerasan dan Pelecehan di Dunia Kerja. Mereka juga menuntut upah layak, penghapusan diskriminasi berbasis jender di tempat kerja, dan pengesahan Undang-Undang Perlindungan Pekerja Rumah Tangga.
Layak
Serikat ataupun aliansi buruh juga menuntut pencabutan Undang-Undang Cipta Kerja, penghapusan sistem kerja alih daya, dan perlindungan pekerja dalam hubungan kemitraan. Semuanya demi upah dan hidup layak.
”Salam Rp 80.000. Tahun 2024 harga sembako naik,” seloroh Mida (33), buruh pabrik manufaktur dari kawasan industri MM 2100, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat.
Perkataannya itu mengundang gelak tawa rekan buruhnya. Mereka kompak menyebut harus irit untuk kebutuhan hidup sehari-hari.
Angka Rp 80.000 yang menjadi bahan candaan Mida dan kawan-kawan itu merujuk pada kenaikan upah minimum Kabupaten Bekasi sebesar Rp 81.687,56 atau 1,59 persen sehingga menjadi Rp 5.219.263. Jumlahnya jauh dari harapan ataupun tuntutan buruh sebesar 13 persen.
”Kami tolak Cipta Kerja. Hanya menyusahkan saja. Buruh diupah murah, jam kerja sewenang-wenang, dan susah jadi karyawan tetap karena outsourcing (alih daya),” ucapnya.
Baca juga: Ucapkan Hari Buruh Internasional, Presiden: Pekerja adalah Pahlawan
Senada dengan Dedi (35), buruh pabrik farmasi di Kawasan Industri Pulogadung, Jakarta Timur. Bapak empat anak ini datang mengenakan kostum badut berkalung poster ”Buruh mirip badut yang terbelenggu di negeri sendiri”.
”Cipta Kerja membuat buruh seperti badut. Tidak punya daya tawar. Pengusaha mudah memecat kami dengan alasan efisiensi atau dampak pandemi Covid-19,” katanya.
Data Kementerian Ketenagakerjaan, periode Januari-Maret 2024 menunjukkan ada 12.395 pemutusan hubungan kerja (PHK). PHK paling banyak terjadi di Jakarta terhadap 5.225 tenaga kerja. Angka ini hampir setengah dari jumlah nasional.
Kecemasan Dedi bertambah karena Survei Biaya Hidup 2022 oleh Badan Pusat Statistik menempatkan Jakarta sebagai kota dengan biaya hidup termahal, yakni Rp 14,88 juta per bulan. Survei ini menyasar 240.000 rumah tangga dan 847 komoditas di 150 kabupaten/kota.
Dari survei didapati pula empat komoditas barang/jasa di Jakarta dengan bobot nilai konsumsi terbesar, yakni tarif listrik (6,58 persen), kontrak rumah (5,56 persen), bensin (4,86 persen), dan sewa rumah (4,34 persen).
”Mudah-mudahan upah bisa naik lebih dari aturan Cipta Kerja. Sesuai dengan kondisi riil di masyarakat,” ujarnya.
PHK paling banyak terjadi di Jakarta terhadap 5.225 tenaga kerja. Angka ini hampir setengah dari jumlah nasional.
Diketahui upah minimum Jakarta naik Rp 165.583 menjadi Rp 5.067.381. Kenaikan ini sesuai usulan unsur pemerintah saat Sidang Dewan Pengupahan.
Buruh menolak kenaikan tersebut karena tak sesuai dengan tuntutan mereka sebesar Rp 5.637.068. Adapun pengusaha menerima putusan tersebut meskipun kurang memuaskan sebab mereka mengusulkan Rp 5.043.068.
Membisu
Di tengah riuh rendah peringatan May Day itu, sekelompok buruh menampilkan pantomim. Ini bentuk protes mereka terhadap pemerintah yang seolah diam membisu terhadap tuntutan buruh.
Irin (38), buruh pabrik garmen dari Kabupaten Karawang, Jawa Barat, pergi ke Jakarta bersama rombongan untuk melakukan unjuk rasa. Mereka berangkat pukul 07.00 WIB.
”Pantomim ini lebih mengena untuk pemerintah. Aspirasi buruh sering tidak didengarkan. Mereka seolah membisu,” ucapnya.
Irin dan kawan-kawan membisu sembari menunjukkan poster ”Kepastian kerja untuk rakyat”, ”Hukum ketenagakerjaan hanya dagelan”, ”Subsidi untuk petani dan nelayan”, ”Stop PHK”, dan lainnya.
Baca juga: Gemuruh Hari Buruh di Jakarta
Bapak tiga anak ini meringis karena sembako naik signifikan, sedangkan upah kebalikannya. Upah minimum Karawang saat ini Rp 5.257.834 atau naik Rp 81.654. Kenaikan ini jauh di bawah tahun sebelumnya yang mencapai Rp 377.867.
”Kebutuhan hidup mahal. Sekarang saja sembako melejit. Enggak sebanding sama kenaikan upah,” katanya sambil tersenyum kecut.
Presiden Joko Widodo mengucapkan selamat Hari Buruh Internasional melalui akun sosial medianya pukul 11.03 WIB. Dalam cuitan itu, Presiden mengatakan, setiap pekerja adalah pahlawan sehari-hari yang menjaga roda perekonomian terus berputar. Mari kita teruskan semangat juang para buruh untuk mencapai keadilan dan kesejahteraan bersama. Selamat Hari Buruh Internasional.