Surabaya Wujudkan Ruang Bagi Pelaku Seni
SURABAYA, KOMPAS - Pemerintah Kota Surabaya terus menambah sarana untuk memenuhi kebutuhan berbagai lapisan masyarakat termasuk bagi pelaku seni. Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini berkomitmen menyediakan ruang bagi pelaku kesenian di Kota Pahlawan ini.
Untuk merealisasikan penyediaan ruang bagi pelaku seni, Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya akan menempatkan pusat kegiatan seni di satu tempat. Rencananya, gedung pusat pertokoan Hi-Tech Mall dan Taman Remaja Surabaya (TRS) yang berada di kompleks Taman Hiburan Rakyat (THR) akan dioptimalkan menjadi pusat kegiatan seni.
Warga mengikuti pelatihan pembuatan topeng mauludan khas Surabaya di Balai Pemuda, Surabaya, Minggu (13/3/2016). Balai Pemuda satu-satunya gedung untuk aktivitas pelaku seni dan selama ini menjadi pusat pelatihan berbagai keterampilan seni serta rumah bahasa.
Wali Kota Risma di Surabaya, Minggu (23/9/2018) mengatakan selain sebagai tempat pagelaran seni, gedung Hi-Tech Mall dan TRS berencana ditujukan sebagai pusat berlatih dan panggung penampilan para seniman. Mimpinya, Kota Surabaya memiliki ruang baru untuk para seniman, karena selama ini kompleks Balai Pemuda masih kurang untuk menampung kreativitas para seniman.
“Selama ini kan di Balai Pemuda, hanya masih dirasa kurang, karena kegiatan kesenian ada seni lukis, seni suara, seni tari dan seni kriya. Jadi saya ingin anak-anak bisa belajar di satu tempat itu, sehingga lebih fokus dan maksimal,” kata Wali Kota Risma.
Bahkan Risma yang baru saja terpilih United Cities and Local Goverment (UCLG) Asia Pasific (Aspac) periode 2018-2020, pekan lalu menargetkan, Surabaya bisa mempunyai gedung kesenian yang menampilan pertunjukan seni ludruk secara rutin. Jika pada akhirnya kawasan kompleks Taman Hiburan Rakyat (THR) digabung, dia berharap lokasi tersebut bisa menampung berbagai macam seni.
Surabaya kini menjadi destinasi wisata baik dari dalam maupun luar negeri. Untuk itu perlu setiap minggu ada pentas seni di Balai Pemuda. "Selama ini agak terhambat karena misalnya wayang orang digabung dengan srimulat atau ludruk digelar di satu gedung," katanya.
Srimulat di depan
Maka dari itu, Wali Kota Risma ingin Kota Pahlawan bisa memiliki gedung kesenian baru di Surabaya. Selama ini, bagian belakang dari gedung Hi-Tech Mall dan THR rutin digunakan untuk tampilan ludruk. Namun demikian, karena letaknya kurang strategis dan tidak terlihat dari jalan besar, banyak masyarakat yang kurang tahu keberadaan gedung THR yang masih aktif hingga sekarang.
Jadi kota ini kata Risma perlu memiliki gedung kesenian, sehingga posisi gedung yang dipakai Srimulat yang selama ini berada di belakang ditari ke depan, sehingga srimulat bisa terus hidup.
Risma yang segera menerima penghargaan Scroll of Honour dari United Nations Human Settlements Programme atau yang dikenal sebagai UN-Habitat, organisasi sayap Perserikatan Bangsa-Bangsa yang menangani masalah permukiman penduduk dan isu urbanisasi, menyebutkan Surabaya sudah didapuk sebagai kota destinasi wisata, sehingga perlu ruang khusus baru untuk pertunjukan seni.
Kehadiran pusat berkesenian, anak-anak sebagai bibit-bibit baru dalam kesenian semakin mendapat tempat untuk mengasah keterampilan dalam berkesenian secara gratis. Dan setiap ada pertunjukan penonton pun bisa menikmati secara gratis
Oleh karena itu, mantan Kepala Bappeko Kota Surabaya ini ingin agar seniman bisa mendapatkan akses untuk berekspresi dan berkegiatan di dunia kesenian secara luas. Sementara sekarang tempat pertunjukan seni hanya ada satu di Balai Pemuda.
Sementara terkait biaya operasional, Wali Kota Risma mengaku masih mencari skema keuangan yang pas untuk cost operasional di gedung kesenian tersebut. Namun ia menargetkan, nantinya penggunaan gedung itu bisa gratis. Sehingga para seniman bisa luas mengekspresikan kreativitasnya.
“Kehadiran pusat berkesenian, anak-anak sebagai bibit-bibit baru dalam kesenian semakin mendapat tempat untuk mengasah keterampilan dalam berkesenian secara gratis. Dan setiap ada pertunjukan penonton pun bisa menikmati secara gratis," katanya.
Berdasarkan data pada 2008, Surabaya dikunjungi oleh 7,1 juta wisatawan nusantara dan 137.300 wisatawan mancanegara. Kurun tahun lalu, Surabaya menjadi tujuan wisata 22,7 juta pelancong dalam negeri dan 1,6 juta pelancong luar negeri. Selama sembilan tahun terakhir, rerata per tahun kenaikan kunjungan turis domestik 1,7 juta orang sementara untuk turis asing 159.100 orang.
Tentang petandang lokal bisa diartikan Surabaya dikunjungi warga dari 37 kabupaten/kota lainnya di Jatim atau luar Jatim hingga luar Jawa. Angka 22,7 juta orang turis domestik itu tidak kecil karena lebih dari separuh populasi Jatim yang sudah mencapai 40 juta jiwa. Adapun jumlah penduduk Kota Surabaya menurut catatan aparatur mencapai 3,2 juta jiwa.
Jumlah objek wisata cukup banyak berupa tugu atau monumen, bangunan tua (peribadatan, hunian, kantor, museum, penjara), bentang alam (pantai, hutan, kebun, taman, telaga), seni budaya, kampung, dan tempat hiburan. Para petandang tidak perlu cemas. Pada 2012 tercatat ada 152 penginapan dengan 7.000 kamar dan 10.000 tempat tidur.
Sampai akhir tahun lalu jumlahnya sudah menjadi 233 penginapan dengan 19.000 kamar dan 28.000 tempat tidur. Tempat penginapan dari wisma sederhana milik warga sampai hotel bintang lima nan megah dan mewah.
Kepala Dinas Pariwisata Kota Surabaya Antiek Sugiharti menyebutkan semua obyek wisata di Surabaya menjadi andalan. Meski dulu begitu lekat dihati banyak orang ke Surabaya yak e KBS atau Kebun Binatang Surabaya.
Sekarang menurut Antiek, betapa banyak spot atau tempat yang memikat turis baik dalam maupun luar negeri. Intinya mata dan hati langsung terpikat begitu memasuki wilayah Kota Surabaya dari bundaran Waru hingga Pantai Kenjeran. Sepanjang perjalananan, tanaman seakan bersorak gembira menyambut setiap orang yang lalu lalang di kota ini.
Tujuan pun tak sekadar napak tilas ke kawasan kota tua di sekitar Jembatan Merah, wisata religi Sunan Ampel, House of Sampoerna dan Gereja Katolik Santa Perawan Maria Santa Maria Jalan Kepanjen. Kawasan wisata menyedot banyak wisatawan domestik dan global.
Pelancong asal Melayu dan Timur Tengah tertarik datang ke Kawasan Religi Sunan Ampel. Turis Eropa senang melihat bangunan tua peninggalan masa kolonial di sekitar Jembatan Merah yang disebut kawasan Eropa.
Segala keunggulan tadi juga dipelihara oleh warganya dan aparaturnya. Meski yang ditempuh mungkin dianggap biasa tetapi dampaknya luar biasa. Membangun taman kini ada 430 taman, mempercantik median jalan dengan bunga dan peneduh, memperbaiki jaringan trotoar, dan mengubah aspek pelayanan publik menjadi prima termasuk dalam kepariwisataan.
Hasilnya, warga Surabaya boleh jadi merasa nyaman berada di kotanya dan tentu akan ngotot mempertahankannya. Ingin tamasya, Surabaya kini tempatnya.