Pelajar SLB dari Banyumas dan Cilacap adu keterampilan dalam lomba di GOR Satria, Purwokerto.
Oleh
WILIBRORDUS MEGANDIKA WICAKSONO
·4 menit baca
Rasa haru dan syukur tercurah tatkala dewan juri mengumumkan nama Dzakira Aftani (11) sebagai juara lomba menyanyi kategori SD. Guru dan orangtuanya pun tersenyum semringah sekaligus bangga.
Lewat raihan ini, Dzakira yang mengalami hambatan penglihatan pun dapat melaju ke perlombaan tingkat provinsi. Gadis cilik asal Patikraja, Banyumas, Jawa Tengah, ini tengah berjuang merajut mimpi ingin seperti Putri Ariani.
”Dzakira lahir prematur, usia delapan bulan. Di dalam inkubator selama 13 hari, tapi matanya tidak ditutupi sehingga saraf retinanya melemah,” tutur Lili Suryani (42), ibunda Dzakira, seusai lomba yang digelar di GOR Satria, Purwokerto, Banyumas, Selasa (30/4/2024).
Sekitar 100 pelajar sekolah luar biasa (SLB) di Kabupaten Banyumas dan Kabupaten Cilacap mengikuti Lomba Kompetensi Siswa Sekolah Luar Biasa di GOR Satria, Selasa. Para penyandang tunarungu, tunawicara, tunagrahita, serta tunadaksa diajak unjuk keterampilan demi meraih kemandirian.
Dalam lomba itu, Dzakira melantunkan lagu berjudul ”Berani Bermimpi” dan ”Aku Indonesia” dari Naura Ayu. Dengan energik dan dinamis, Dzakira bernyanyi dan menggetarkan seisi ruangan. ”Beranilah kita semua bermimpi, sekaranglah saatnya kau menjalani…”, itulah sepenggal lirik lagu ”Berani Bermimpi”.
Lili yang sehari-hari bekerja sebagai guru di Notog bersama sang suaminya, Mochamad Yusuf, seorang petani, setia mendampingi putri bungsunya meniti mimpi. Anak kedua dari dua bersaudara ini bersekolah di SLB Kuncup Mas, Banyumas, dan kini duduk di bangku kelas IV. Setiap hari, sang ayah setia mengantarkan Dzakira berangkat sekolah dari Notog ke Banyumas yang berjarak 12,5 kilometer dengan sepeda motor.
”Anaknya ceria. Saya selalu mendorong dan menasihati, jangan minder, kamu pasti bisa. Dia ingin seperti Putri Ariani,” kata Lili yang mengikutsertakan Dzakira kursus olah vokal di Sekolah Musik Purwacaraka, Purwokerto.
Sejumlah lomba pernah dijuarainya. Untuk melatih mental, Dzakira pun kerap tampil saat ada hajatan pernikahan.
Tri Ambar, guru pendamping Dzakira di SLB Kuncup Mas, menyebutkan, bakat Dzakira sudah tampak sejak kelas I. ”Dzakira ini anak yang hampir tidak pernah bad mood. Dia itu pembawaannya ceria, cerewet, apalagi ada bakatnya menyanyi. Saya selalu bangga dan terharu,” kata Ambar.
Meniti mimpi
Selain Dzakira, ada ratusan anak lain yang juga tengah berjuang meniti mimpi demi mengatasi keterbatasan diri. Wiwi Kusmiyati sebagai pendamping lomba rias kecantikan menyampaikan, dirinya mendampingi Cindy Anggiani (17), penyandang tunarungu-wicara kelas XI dari SLB B Yakut.
”Kami biasanya memang sulit berkomunikasi. Tapi, khusus untuk memadukan atau mencampurkan warna itu agak sulit (menjelaskannya). Sejak SD, dia memang ingin seperti kakak kelasnya yang merias. Cita-citanya memang ingin menjadi perias pengantin,” papar Wiwi.
Lomba ini ada banyak manfaatnya. Guru bisa menggali potensi siswa yang nanti diarahkan ke kemandirian siswa dan harapannya siswa bisa diterima kembali di masyarakat, juga mendapatkan lapangan pekerjaan sesuai dengan kompetensinya.
Tika Indaryanti sebagai guru pendamping dari Ar Lounchy Cahya Putri (18), siswi kelas XI di SLB Negeri Cilacap, mengatakan, Lounchy menyandang tunarungu dan sudah lebih dari sebulan mempersiapkan diri untuk lomba menghias bunga dan buah-buahan. Keterampilan itu diajarkan di sekolah lewat ekstrakurikuler supaya peserta didik bisa mendapatkan bekal untuk bekerja setelah lulus.
”Untuk persiapan lomba ini, kami juga mendatangkan pelatih dari luar supaya siswi bisa mendapatkan keterampilan yang lebih. Ini bisa menjadi bekal bagi anak, di rumah bisa juga merangkai buket bunga untuk dijual,” papar Tika.
Di kelompok lomba menata buah dan bunga, sejumlah pelajar tampak serius serta tekun menata juga menghias hantaran parsel. Di kelompok melukis dan menggambar, anak-anak pun cukup serius menggoreskan garis juga kuas. Ada yang melukis pemandangan gunung, ada pula yang melukis seorang penari lengger dan kawasan ikonik Kota Lama Banyumas.
”Lomba ini ada banyak manfaatnya. Guru bisa menggali potensi siswa yang nanti diarahkan ke kemandirian siswa dan harapannya siswa bisa diterima kembali di masyarakat, juga mendapatkan lapangan pekerjaan sesuai dengan kompetensinya,” kata Koordinator Lomba Kompetensi Siswa SLB Netti Lestari di Purwokerto, Selasa.
Netti yang juga Kepala SLB B Yakut, Purwokerto, menyampaikan, ada sekitar 100 pelajar dari 11 SLB yang mengikuti lomba bertajuk Lomba FLS2N, LKSN, dan O2SN Sekolah Luar Biasa Cabang Dinas Pendidikan Wilayah X ini. Jenis lomba yang dipertandingkan antara lain ketangkasan, seperti bulu tangkis, lompat jauh, lari, tenis meja. Selain itu, ada catur, memasak, merias, melukis, menggambar, serta membuat kerajinan.
”Kendalanya memang ada yang tidak mendengar, kita harus sabar. Tunanetra, tunarungu, dan lain-lain, harus sabar, harus berkali-kali diajarkan, latihan berkali-kali. Misalnya, yang umum latihan tiga kali, kami bisa enam kali,” kata Netti.
Dzakira, Cindy, dan Lounchy terlahir istimewa. Peran serta keluarga, lingkungan, dan guru memampukan mereka mengenali bakat dan keterampilan masing-masing. Dengan modal itu, mereka pun belajar mandiri, bahkan berani mimpi ingin menjadi seperti Putri Ariani.