Metropolitan Rebana Mulai Bergeliat, Tujuh Kota Baru Dibangun
Metropolitan Rebana di Jawa Barat mulai bergeliat. Tujuh dari 13 kota baru di wilayah industri itu mulai dibangun.
CIREBON, KOMPAS — Pengembangan kawasan metropolitan Rebana, akronim dari Cirebon-Patimban-Kertajati, di Jawa Barat terus berlanjut. Sebanyak tujuh dari rencana 13 kota baru di wilayah industri itu mulai dibangun. Namun, masih ada sejumlah tantangan untuk mewujudkan kota itu.
Rebana merupakan kawasan industri yang meliputi Kota Cirebon, Kabupaten Cirebon, Indramayu, Majalengka, Kuningan, Subang, dan Sumedang. Daerah ini terhubung dari Cirebon, Pelabuhan Patimban di Subang, hingga Bandara Internasional Jabar Kertajati, Majalengka.
Di kawasan Rebana menurut rencana terdapat 13 kota baru berbasis industri seluas 47.393 hektar. Kota baru itu ialah Cipali Subang Barat seluas 10.408 hektar, Butom (4.092 ha), Tukdana (563 ha), Patrol (4.141 ha), Cipali Subang Timur (4.806 ha), dan Losarang (6.710 ha).
Baca juga: Rebana, Senjata Para Raja di Segitiga Pantura Jabar
Kota baru lainnya tersebar di Cirebon (1.815 ha), Kertajati-Jatitujuh (4.895 ha), Cipali Indramayu (2.875 ha), Krangkeng (3.452 ha), Balongan (2.122 ha), Patimban (542 ha), dan Jatiwangi (972 ha). Industrinya mencakup tekstil, pengolahan perikanan, hingga minyak dan gas bumi.
”Dari 13 kota baru, tujuh kota baru mulai berdenyut, mulai berkembang. (Ini) di luar Kota Cirebon yang terus menggeliat sebagai pusat komersial dan pelayanan di wilayah itu,” ujar Bernardus Djonoputro, Kepala Pelaksana Badan Pengelola Kawasan Metropolitan Rebana.
Ia menyampaikan hal itu dalam Sarasehan West Java Economic Society di Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Cirebon, Kota Cirebon, Selasa (30/4/2024). Kegiatan tersebut diinisiasi KPw BI Cirebon yang bekerja sama dengan Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI).
Turut berbicara Kepala Perwakilan BI Jabar Muhamad Nur, Kepala KPw BI Cirebon Anton Pitono, dan Ketua ISEI Cabang Bandung Koordinator Jabar Prof Martha Fani. Hadir pula Ketua Kamar Dagang dan Industri Indonesia Kota Cirebon Ismayasari dan peneliti Institut Teknologi Bandung bidang planologi, Ibnu Syabri.
Menurut Bernardus, tujuh kota baru yang mulai dibangun itu adalah Cipali Subang Barat, Cipali Subang Timur, Kertajati-Jatitujuh, Patimban, Balongan, Losarang, dan Butom. Pembangunan di kawasan itu dalam tahap pembersihan dan pemadatan lahan hingga pembangunan pabrik.
Di Cipali Subang Timur, misalnya, perusahaan PT Taifa Jaya Development tengah mengembangkan kawasan seluas 94 ha untuk area industri elektronik, perhotelan, serta pusat perbelanjaan. Selain penyiapan lahan, sebuah pabrik juga telah berdiri di kawasan tersebut.
Di Cipali Subang Barat, PT Suryacipta Swadaya mengembangkan sekitar 500 ha dari total 2.717 ha. Area itu untuk industri otomotif, komersial, perumahan, hingga fasilitas publik.
”Kemungkinan produsen mobil terbesar di dunia ada di situ. Sekarang negosiasi final,” ucapnya.
Pengembangan kota baru Kertajati-Jatitujuh, Majalengka, juga mulai tampak dari hadirnya aerocity di sekitar Bandara Kertajati. Dari 3.480 ha, sekitar 300 ha tengah dibangun untuk area bisnis. Bahkan, sebuah apartemen dengan 1.700 unit telah dipasarkan ke konsumen.
Menurut Bernardus, pengembangan kota baru di Rebana juga tecermin dari realisasi investasi di kawasan itu yang mencapai Rp 12,5 triliun tahun lalu. Pada kuartal pertama tahun ini, pihaknya memprediksi kenaikan investasi mencapai 8,5 persen dibandingkan periode yang sama pada 2023.
Tidak hanya dalam negeri, perusahaan luar negeri, seperti dari Taiwan, juga berinvestasi di kawasan tersebut. ”Ini menunjukkan minat (investor) untuk mengembangkan kota baru itu besar. Jadi, memang riil ada pembangunan kota baru dengan berbasis industri,” ungkap Bernardus.
Kepala BI Jabar Muhamad Nur mengatakan, kawasan Rebana bakal menjadi pusat pertumbuhan ekonomi baru, seperti wilayah Bogor-Depok-Bekasi-Jakarta. ”Ini sangat strategis sekali. (Rebana) ini salah satu tolok ukur kemampuan Indonesia meningkatkan daya saingnya,” ujarnya.
Meski demikian, pengembangan kawasan Rebana menghadapi sejumlah tantangan. Ketua Kadin Kota Cirebon Ismayasari menyoroti minimnya sosialisasi terkait Rebana kepada pengusaha. ”Masih banyak yang merasa asing dengan Rebana. Artinya, perlu ada gebrakan,” ucapnya.
Angka kemiskinan di Rebana mencapai 10,67 persen atau jauh di atas tingkat kemiskinan Jabar, yakni 7,62 persen.
Ia mencontohkan, minimnya informasi terkait detail rencana pembangunan kota baru. Padahal, potensi Rebana sangat besar dengan adanya akses jalan tol, Bandara Kertajati, serta Pelabuhan Patimban. ”Tanpa sosialisasi, pelaku usaha tidak bisa mengambil potensi itu,” ucapnya.
Tantangan lainnya, menurut Prof Martha, adalah sumber daya manusia di wilayah Rebana. Dengan penduduk sekitar 10 juta orang, indeks pembangunan manusia (IPM) di kawasan itu tercatat 72,37 poin pada 2023. Angka ini masih di bawah IPM Jabar, yakni 74,24 poin.
Angka kemiskinan di Rebana juga mencapai 10,67 persen atau jauh di atas tingkat kemiskinan Jabar, yakni 7,62 persen. ”Kita perlu menyiapkan SDM sehingga dapat memanfaatkan ini (Rebana). Harapannya, generasi muda Jabar tidak jadi penonton di daerah sendiri,” ujarnya.
Baca juga: Pengembangan Kawasan Rebana Jabar Harus Didukung SDM hingga Regulasi Tepat