Festival film sebagai salah satu hal penting dalam pengembangan film mulai diinisiasi di Kota Mataram, NTB.
Oleh
ISMAIL ZAKARIA
·3 menit baca
MATARAM, KOMPAS — Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat, memiliki potensi besar untuk melahirkan para pembuat film atau filmmaker berkualitas. Sayangnya, kegiatan screening dan apresiasi masih terbatas jika dibandingkan daerah lain di Indonesia. Hal itu membuat pemerintah dan komunitas di Mataram mulai menginisiasi festival film yang diyakini membawa dampak bagi pengembangan sektor industri kreatif tersebut ke depan.
Budi Triyono (34), penggiat film sekaligus pendiri Multimedia Art Community, komunitas screening film di Mataram, mengatakan, Mataram punya potensi besar sebagai salah satu kota yang menghasilkan sineas muda berbakat dan berkualitas. Termasuk ke depan mengembangkan industri film.
Potensi itu tidak hanya karena banyaknya pembuat film yang tergabung dalam komunitas-komunitas yang menjadi ruang belajar mereka, tetapi juga sumber daya perfilman dari mulai adanya lulusan bidang perfilman. ”Potensi-potensi itu sayang kalau tidak diangkat atau tidak dikembangkan,” kata Budi di Mataram, Senin (6/5/2024).
Oleh karena itu, kata Budi, kehadiran festival film menjadi sangat penting, apalagi Lombok bisa dikatakan tertinggal dibandingkan daerah lain. Festival film yang diadakan komunitas di daerah itu sekitar tahun 2013.
Sumbawa, misalnya, punya festival rutin setiap tahun. Begitu juga daerah terdekat seperti Nusa Tenggara Timur yang punya Flobamora Film Festival, serta Bali dengan Miniko Film Week-Bali International Short Film Festival dan Balinale Intenational Film Festival. ”Sebagai ibu kota provinsi, Mataram juga semestinya punya festival film,” kata Budi.
Menurut Budi, melalui festival, ada banyak manfaat yang bisa dicapai. Tidak hanya ”pesta” anak film, tetapi juga cara untuk mengukur perkembangan industri film di sebuah daerah.
”Selain pemutaran film, di festival akan ada lokakarya, kompetisi, dan temu komunitas sebagai ajang berbagi pengetahuan antarpembuat film,” kata Budi.
Melalui festival yang bisa rutin digelar, tentu akan mendorong regenerasi pembuat film di Kota Mataram atau Lombok. Sejalan dengan itu, mereka juga bisa melahirkan karya yang tidak hanya bisa dinikmati di kalangan komunitas, bahkan bisa hingga layar lebar.
Di samping bagi para pelaku, menurut Budi, festival juga memberi manfaat bagi masyarakat umum dan juga pemerintah. ”Masyarakat akan mendapat tontonan atau hiburan dari kegiatan pemutaran film. Jadi, mereka juga mengetahui perkembangan film di Lombok. Sementara dari sisi pemerintah, mereka bisa mengukur keberhasilan program mereka,” kata Budi.
Menurut Budi, jika responnya bagus, festival film itu bisa dirangkai dengan pemutaran pada skala kecamatan lewat layar tancap, dampaknya bisa dirasakan usaha mikro, kecil, dan menengah. ”Artinya, akan banyak dampak atau multiplayer effect yang muncul dari festival saja,” kata Budi.
Rahwadi dari Pinafilms Community, salah satu komunitas pembuat film di Lombok, menambahkan, festival menjadi harapan komunitas film di Lombok, termasuk Mataram.
”Adanya festival akan semakin menghidupkan perfilman di Mataram dan di lombok pada umumnya. Namun, bicara festival tentunya bukan hal yang mudah. Perlu perlunya konsistensi untuk bisa dilaksanakan setiap tahun,” kata Rahwadi.
Menurut Rahwadi, mereka punya keingian besar untuk bisa menyambut dan ambil bagian dalam industri perfilman Tanah Air. Dengan demikian, tidak hanya festival, mereka juga perlu semakin banyak ruang untuk diskusi, lokakarya, dan layar-layar untuk pemutaran karya mereka, termasuk sertifikasi keahlian di bidang film.
Dalam empat bulan
Sebagai bagian dari upaya mendorong penyelenggaraan festival film, Budi menambahkan, pada Jumat (3/5/2024), perwakilan komunitas pembuat film di Kota Mataram dan Lombok berkumpul bersama.
Selain perkembangan film di Mataram dan Lombok, dalam pertemuan yang juga dihadiri Kepala Dinas Pariwisata Cahya Samudera, mereka juga membicarakan rencana penyelenggaran festival film di Mataram.
Adanya festival akan semakin menghidupkan perfilman di Mataram dan di Lombok pada umumnya.
Ditemui di kantor Wali Kota Mataram pada Senin pagi, Cahya mengatakan, sesuai arahan Wali Kota Mataram Mohan Roliskana, pembuat film adalah salah satu komunitas kreatif yang harus diberdayakan di Kota Mataram.
Oleh karena itu, Pemerintah Kota Mataram mendukung berbagai upaya peningkatan kapasitas dan kualitas para pembuat film di daerah tersebut. Tahun lalu, misalnya, melalui Dinas Pariwisata Kota Mataram juga sudah mengadakan pelatihan pembuatan film. Pelatihan itu menjadi bagian dari inisiasi festival film di Kota Mataram.
Tahun ini, kata Cahya, festival film di Mataram diharapkan bisa digelar sekitar empat bulan lagi atau Agustus mendatang. Namun, terkait itu, Pemerintah Kota Mataram menyerahkannya kepada komunitas film.
”Jadi, teman-teman pembuat film ini kami rangkul. Boleh bermimpi besar, tetapi tidak bisa juga sepenuhnya oleh pemerintah. Harus bergandengan tangan, berkolaborasi. Kami menyerahkan ke mereka seperti apa nama dan konsepnya,” kata Cahya.