Wilayah tersebut dinilai tepat karena cocok secara agama, budaya, sosial, dan ekonomi. Warga masih mengungsi di posko-posko yang tersebar di Pulau Tagulandang, Pulau Siau, hingga Kota Manado.
Hingga Selasa (7/5/2024), sebanyak 5.687 orang sudah dievakuasi dari wilayah terdampak. Lokasinya di Kelurahan Balehumara dan Bahoi di Pulau Tagulandang, Kabupaten Siau Tagulandang Biaro. Ada pula dua desa yang sudah ditinggalkan warga, yakni Laingpatehi dan Pumpente. Dua desa ini berada tepat di kaki Gunung Ruang.
Kepala Bidang Logistik dan Kedaruratan Kabupaten Siau Tagulandang Biaro, Sony Belseran, menjelaskan, seluruh penduduk dari dua desa tersebut sudah diungsikan, salah satunya di Desa Apengsala yang berada di luar zona bahaya erupsi. Para pengungsi dari Laingpatehi dan Pumpente tersebut masuk dalam rencana relokasi permanen yang sedang dibuat pemerintah. “Dua desa itu sudah tidak bisa ditinggali lagi, kebun dan rumah warga rusak,” ucapnya di Sitaro, Sulawesi Utara, Selasa.
Pemindahan permanen warga Desa Laingpatehi dan Desa Pumpente perlu dilakukan. Desa Modisi, Kecamatan Pinolosian Timur, di Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan dipilih menjadi area relokasi.
Dalam kunjungannya ke Desa Modisi, Menteri Agraria Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional Agus Harimurti Yudhoyono menjelaskan, status tanah tujuan relokasi dinyatakan aman. Tidak ada sengketa ataupun konflik tanah di lokasi tersebut. Tanah seluas 10 hektar yang akan disediakan Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara tersebut milik perseorangan sehingga proses penghitungan nilai tanah dan bangunan harus dilakukan secara adil dan tepat.
Dua desa itu sudah tidak bisa ditinggali lagi, kebun dan rumah warga rusak.
Sebanyak 301 keluarga akan dipindahkan ke desa tersebut. Pemerintah akan membangun hunian bagi para pengungsi. Kondisi desa yang memiliki area perkebunan dan garis pantai dinilai tepat karena dapat membantu warga kembali memulihkan ekonominya segera. Hal ini mengingat warga dari dua desa tersebut mayoritas bekerja sebagai petani dan nelayan.
Desa ini berbatasan dengan Kabupaten Boolang Mongondow Timur, Sulawesi Utara, dan Kabupaten Bone Bolango, Gorontalo. Jarak tempuhnya dari Manado selama 6-7 jam.
“Kami akan hitung nilai tanahnya dan ini juga ada perkebunan kami hitung juga. Melalui pemerintah daerah nanti akan diberikan ganti untung, bukan ganti rugi. Dari pemilik tanah juga setuju. Kami cek surat tanahnya tidak ada masalah,” ujarnya.
Selain kesamaan geografis, kecocokan sosial budaya juga menjadi alasan dipilihnya Desa Modisi sebagai tempat relokasi. Dalam kesempatan terpisah, Bupati Bolaang Mongondow Selatan Iskandar Kamaru menjelaskan, penduduk desa ini merupakan penduduk Pulau Siau beretnis Sangir, suku yang menghuni wilayah Siau Tagulandang Biaro. Mereka pindah dari Siau ke Modisi karena terdampak erupsi Gunung Karangeta di Pulau Siau, tahun 1967.
Berkaca pada hal tersebut, ia memastikan tidak ada penolakan dari warga mengenai rencana relokasi. Pemilik tanah yang merupakan pejabat desa setempat juga setuju menjual tanahnya. Tidak hanya membangun rumah, fasilitas pendukung, seperti fasilitas kesehatan, pendidikan, serta olahraga, juga akan disediakan oleh pemerintah.
“Secara agama, bahasa, dan sosial ekonomi tepat sehingga relokasi diharapkan tidak menimbulkan masalah. Warga Boolang Mongondow Selatan menjunjung tinggi toleransi sehingga tidak ada penolakan. Ini demi kemanusiaan,” ucapnya.
Dalam kunjungannya ke posko pengungsian Pulau Tagulandang, Gubernur Sulawesi Utara Olly Dondokambey menjelaskan, relokasi harus dilakukan karena warga sudah tidak mungkin kembali. Selain membantu warga dari dua desa di kaki Gunung Ruang, warga terdampak di luar Pulau Gunung Ruang juga diberikan bantuan berupa dana renovasi.
Warga yang rumahnya mengalami rusak berat diberikan bantuan sebesar Rp 60 juta lalu rusak sedang sebesar Rp 30 juta, dan rusak ringan Rp 15 juta. Hingga kini, status Gunung Ruang masih berada di Level IV Awas. Aktivitas kegempaan Gunung Ruang yang masih tinggi membuat warga diimbau tidak berada di radius 5 kilometer dari gunung tersebut.
”Kebun kelapa sudah hangus semua, jadi tidak mungkin kembali. Pemerintah nanti akan memberikan kebun. Ini salah satu tujuan relokasi ke sana,” ujarnya.