Tanpa Keajaiban, Hanya Ada Penyesalan Liverpool di Bergamo
Api keajaiban Liverpool meredup di Bergamo. Liga Europa masih menjadi misteri yang tidak bisa dipecahkan oleh Klopp.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·3 menit baca
BERGAMO, JUMAT — Ambisi Liverpool mereplikasi ”Keajaiban Istanbul” gagal terwujud di Bergamo, Italia. Ketinggalan tiga gol dari Atalanta sebenarnya bisa dikejar oleh Mohamed Salah dan rekan-rekan. Namun, mereka harus pulang dengan penyesalan karena inefisiensi lini serang, seperti yang terjadi pada laga pertama.
Liverpool tersingkir dari Liga Europa seusai hanya menang 1-0 atas tuan rumah Atalanta dalam perempat final kedua di Stadion Gewiss, Jumat (19/4/2024) dini hari WIB. Gol cepat Salah di menit ke-7 dari titik penalti hanya menjadi harapan semu untuk tim tamu. Atalanta melaju dengan keunggulan agregat 3-1.
”Kredit pada Atalanta. Mereka pantas lolos. Kami membuat semuanya lebih sulit untuk diri sendiri. Kami bermain buruk pekan lalu. Hari ini lebih baik, kami bertarung dengan hebat. Kami mendapatkan peluang, tetapi terburu-buru karena ingin segera mencetak gol kedua dan ketiga,” kata kapten Liverpool, Virgil van Dijk.
Asa Liverpool mengulang kisah final Liga Champions 2005 di Istanbul, saat bangkit dari ketinggalan 0-3, sempat menyala seusai hadiah penalti. Mereka mendapatkan gol cepat, membuat tim lawan sedikit panik. Tim tamu pun mengambil alih permainan saat Atalanta lebih fokus bertahan agar tidak kecolongan lagi.
Beberapa peluang tercipta sebelum turun minum. Salah satunya lewat Salah di pengujung babak pertama. Sang penyerang sayap tinggal berhadapan dengan kiper Juan Musso, tetapi gagal menggandakan keunggulan. Dia yang terbebas dan punya opsi umpan ke Luis Diaz memilih untuk mencungkil bola dari luar kotak penalti.
Penyesalan tampak dari wajah Salah. Dia agaknya menyadari telah melewatkan momentum terbaik tim untuk bangkit. Seandainya upaya itu berbuah gol, Liverpool akan mengakhiri paruh pertama dengan keunggulan 2-0. Dengan jarak agregat tinggal satu gol, Atalanta pasti akan lebih berhati-hati seusai turun minum.
Hal sebaliknya terjadi. Atalanta semakin tenang di paruh kedua. Tim asuhan Pelatih Gian Piero Gasperini ini justru lebih berani menekan saat tanpa bola. Mereka kembali memainkan skema bertahan man to man agresif yang merepotkan Liverpool di Stadion Anfield. Tim tamu kewalahan menghadapi intensitas tinggi itu.
Kredit pada Atalanta. Mereka pantas lolos. Kami membuat semuanya lebih sulit untuk diri sendiri. Kami bermain buruk pekan lalu.
Menurut Gasperini, dia memberikan kebebasan kepada para pemain saat turun minum. ”Saya menawarkan pada mereka untuk tampil lebih defensif jika merasa tertekan. Tetapi, mereka menjawab, tidak. Bagi saya, (reaksi) itu sudah senilai trofi. Mereka berpikir seperti saya,” ucap pelatih dengan gaya bermain terbuka itu.
Liverpool pun kehilangan kendali. Sempat menciptakan delapan tembakan di paruh pertama, mereka hanya mampu menambah dua percobaan lagi seusai turun minum. Adapun tim asuhan Manajer Juergen Klopp itu tidak berhasil menciptakan satu tembakan pun selama menit ke-60 hingga ke-90.
”Masalah terbesar kami adalah tidak mampu menjaga tempo yang sama di babak kedua. Di paruh pertama, mereka menekan kami sangat tinggi juga, tetapi kami masih bisa menciptakan beberapa peluang bagus. Bagaimanapun, Atalanta layak lolos,” tutur Klopp.
Penurunan Liverpool berawal dari pergantian pemain. Salah ditarik keluar pada menit ke-66, disusul bek sayap Trent Alexander-Arnold enam menit setelah itu. Alexander-Arnold merupakan kunci Liverpool untuk membangun serangan dari bawah, sementara Salah menjadi sumber kreativitas di kotak penalti lawan.
Klopp berkata terpaksa mengistirahatkan para pemain andalan karena sudah kelelahan. Dia sangat berhati-hati, terutama pada Alexander-Arnold yang baru sembuh dari cedera. ”Jika Alexander-Arnold lebih bugar, kami bisa saja bersaing lebih lama lagi. Penampilannya luar biasa, tetapi dia kehabisan tenaga,” ucapnya.
Terlepas dari kegagalan dini hari tadi, kesalahan terbesar Liverpool adalah saat kalah telak di kandang sendiri. Klopp berperan besar dalam hasil tersebut. Dia menurunkan lima pemain pelapis sekaligus untuk laga pertama perempat final. Atalanta memanfaatkan kelengahan Klopp dengan sangat baik.
Alhasil, trofi Liga Europa masih menjadi satu-satunya yang belum pernah diraih Klopp di Liverpool. ”Rasanya campur aduk. Kami tersingkir, tetapi saya senang dengan permainan anak-anak. Sekarang kami hanya harus fokus di kompetisi tersisa,” kata Klopp yang akan berpisah dengan Liverpool di akhir musim.
Liverpool menyusul Arsenal dan Manchester City yang tersingkir dari Liga Champions pada sehari sebelumnya. Menurut Opta, tidak akan ada wakil Inggris di semifinal Liga Champions ataupun Liga Europa untuk pertama kali sejak musim 2014-2015. Itu menjadi tamparan keras untuk liga terbesar di dunia tersebut.
Atalanta akan bertemu wakil Perancis, Marseille, di semifinal. Setelah melatih tim sejak 2016, Gasperini berpotensi memberikan trofi pertama untuk ”Sang Dewi” di akhir musim ini. Bek Atalanta, Isak Hien, berkata, tidak ada yang bisa menghalangi mereka lagi. ”Setelah mengalahkan Liverpool, hanya langit batasan kami,” ujarnya. (AP/REUTERS)