Menyambut Kembali Aksi Tim Putri Indonesia di Kancah Asia
Indonesia kembali akan tampil di Piala Asia Putri U-17 sejak terakhir 2005 atau 19 tahun lalu. Persaingan ketat menanti.
Oleh
REBIYYAH SALASAH
·4 menit baca
Setelah timnas putri Indonesia senior menciptakan sejarah dengan lolos pertama kali dalam 33 tahun ke Piala Asia 2022, kini giliran tim U-17 melakukan hal serupa. Para pesepak bola putri belia Indonesia akan kembali tampil di Piala Asia U-17 setelah menanti 19 tahun lamanya. Mereka pun dipastikan akan menghadapi persaingan ketat dalam kompetisi yang digelar di Bali, 6-19 Mei 2024 ini.
Pertandingan melawan sesama negara Asia Tenggara, Filipina, Senin (6/5/2024), akan menandai kembalinya Indonesia dalam persaingan Piala Asia Putri U-17. Laga yang digelar di Stadion Kapten I Wayan Dipta pukul 19.00 Wita ini menjadi kali pertama Indonesia tampil di Piala Asia setelah melewatkan tujuh edisi sebelumnya.
Indonesia terakhir kali tampil di Piala Asia U-17 pada edisi perdana tahun 2005 di Korea Selatan. Dalam kompetisi tersebut, ”Garuda Pertiwi” menjadi juru kunci Grup A setelah menelan tiga kekalahan dalam tiga pertandingan.
Papat Yunisal, legenda hidup sepak bola putri Indonesia, masih ingat bagaimana saat itu timnas putri bersaing di Piala Asia perdana. Papat, yang dalam ajang itu menjadi wakil manajer timnas Indonesia, menyaksikan para pemain kesulitan mengembangkan pola permainan, terutama ketika takluk 0-15 dari Korea Selatan. Sampai saat ini pun, lanjut Papat, Korea Selatan masih menjadi salah satu kekuatan besar sepak bola putri.
Papat tak berlebihan. Sejak edisi perdana, Piala Asia Putri U-17 mengalami beberapa perubahan. Saat pertama kali diadakan dengan nama Kejuaraan Asia Putri, kompetisi ini digelar untuk para pemain U-17. Dengan hanya sebelas tim yang masuk, tidak ada kualifikasi yang diadakan.
Pada tahun 2007, turnamen beralih ke kategori U-16, sebanyak enam tim mengikuti turnamen. Pada tahun 2009, delapan tim lolos ke putaran final dari total 12 tim, dan untuk pertama kalinya babak kualifikasi diadakan. Turnamen ini kembali beralih ke U-17 mulai tahun 2022.
Paling penting, para pemain tidak mudah menyerah di lapangan. Daya juangnya harus besar.
Kendati turnamen beberapa kali berubah format dan kategori, persaingan juara nyaris melibatkan tim-tim itu saja, yaitu Jepang, Korea Utara, dan Korea Selatan. Dua tim terakhir ini tergabung dalam Grup A bersama Indonesia dan Filipina di Piala Asia U-17 2024.
Bersama Jepang, China, dan Thailand, Korea Selatan merupakan tim yang selalu bertanding di putaran final Piala Asia. Dalam delapan edisi itu, Korea Selatan sukses menembus partai puncak pada 2009 dan 2017. Namun, gelar juara baru sekali diraih Korea Selatan pada final pertamanya di Thailand 2009. Pada final 2017, Korea Selatan kalah dari Korea Utara dengan skor 0-2.
Maka, Korea Selatan pun datang ke Bali untuk kembali mengincar gelar juara. Pelatih Kim Eun-jung bahkan menekankan, mereka tidak akan puas hanya dengan finis di tiga besar dan lolos ke Piala Dunia. Tim berjuluk ”Taegeuk Girls” juga bertekad menjadi tim terbaik di Asia.
Adapun Korea Utara merupakan pemilik tiga gelar juara (edisi 2007, 2015, dan 2017) dalam tujuh kali keikutsertaan mereka di Piala Asia U-17. Setiap mengikuti ajang ini, Korea Utara selalu mencapai final. Pada final edisi terakhir di Thailand 2019, Korea Utara di ambang menyegel gelar juara tiga kali beruntun andai tidak dijegal Jepang yang menang dengan skor 1-2.
Di Piala Asia U-17 kali ini, Korea Utara berkesempatan mengawinkan gelar yang sebelumnya diraih pada kelompok umur U-20 pada Maret lalu. Korea Utara mengalahkan Jepang 2-1 untuk gelar pertamanya dalam 17 tahun di Piala Asia U-20. Salah satu pemain yang mengantarkan Korea Utara U-20 meraih gelar juara, Choe Il-son, turut memperkuat tim U-17 di Piala Asia ini.
Sementara itu, Filipina juga bukan lawan yang bisa dianggap enteng. Terlebih, Filipina akan melakoni debutnya di Piala Asia. Kesuksesan menembus Piala Asia juga tak lepas dari penampilan gemilang pada babak kualifikasi, yaitu kemenangan 3-1 atas Bangladesh dan 1-0 atas Vietnam.
Optimistis
Terlepas dari itu, Papat Yunisal yang mengamati pemusatan latihan tim U-17 selama sepekan terakhir optimistis para pemain bisa bersaing. Menurut peraih runner-up Kejuaraan Putri ASEAN 1982 ini, para pemain tim U-17 sekarang memiliki banyak referensi untuk mengembangkan permainan. Dengan demikian, mereka punya pengetahuan dasar sebelum dipoles oleh Pelatih Indonesia Satoru Mochizuki.
”Kehadiran pelatih Mochi juga bisa jadi pembeda karena meskipun dalam waktu singkat, dia punya pengalaman menangani tim level dunia seperti Jepang. Paling penting, para pemain tidak mudah menyerah di lapangan. Daya juangnya harus besar,” ucap Papat, yang ditemui saat latihan tim U-17 di Bali United Training Center, Sukawati, Gianyar, Bali, Minggu (5/5/2024).
Beban berat ada di pundak Mochizuki. Selain Piala Asia U-17 2024 ini menjadi penampilan pertama Indonesia setelah nyaris dua dekade absen, ini juga merupakan debut Mochizuki sebagai pelatih tim putri.
Namun, Mochizuki meyakinkan bahwa pengalamannya melatih, termasuk menjadi tim pelatih timnas Jepang saat menjuarai Piala Dunia 2011 dan menempati peringkat kedua Olimpiade London 2012, akan membantunya mengatasi beban itu. ”Saya tidak terlalu memikirkan beban itu. Kesulitannya hanya soal komunikasi dengan pemain dan sudut pandang yang berbeda. Namun, itu pelan-pelan juga mulai teratasi,” tuturnya.
Terlepas dari itu, penampilan Indonesia di Piala Asia Putri U-17 untuk kali kedua ini menjadi momen yang perlu disambut gembira. Selain menjadi waktu yang tepat bagi tim untuk memetik banyak pelajaran dan pengalaman dari persaingan ketat, Piala Asia Putri U-17 juga menjadi titik awal agar sepak bola putri Indonesia mendapat sorotan yang sama. Piala Asia Putri U-17 menjadi perayaan bersama untuk sepak bola putri Indonesia.