Jika bisa membantu PSG lolos ke final Liga Champions musim ini, Kylian Mbappe layak dianggap legenda ”Les Parisiens”.
Oleh
MUHAMMAD IKHSAN MAHAR
·4 menit baca
PARIS, SENIN — Kylian Mbappe adalah harapan utama Paris Saint-Germain untuk membalikkan ketertinggalan agregat 0-1 dari Borussia Dortmund pada laga kedua semifinal Liga Champions, Rabu (8/5/2024) pukul 02.00 WIB, di Stadion Parc des Princes, Paris. Penyerang berusia 25 tahun itu termotivasi bangkit dari performa buruk di Jerman.
Serupa dengan gim perempat final kontra Barcelona, Mbappe gagal meledakkan sinarnya pada laga pertama di Signal Iduna Park. Catatan 52 sentuhan menunjukkan Mbappe terisolasi di zona pertahanan Dortmund. Ia menjadi pemain outfield dari kedua tim yang bermain penuh selama 90 menit dengan kuantitas sentuhan bola terendah.
Mbappe kalah tekad untuk menaklukkan pertahanan Dortmund dibandingkan rekan setimnya, Ousmane Dembele, yang menjadi satu-satunya pemain depan PSG berpenampilan baik, pekan lalu. Lini serang ”Les Parisiens” amat bertumpu dari kaki Dembele berkat koleksi 82 sentuhan.
Di luar itu, Mbappe seakan kalah sinar dari dua pemain Dortmund, yaitu penyerang tengah Niclas Fuellkrug, yang mencetak gol tunggal di gim itu, serta penyerang sayap Jadon Sancho. Pemain berstatus pinjaman dari Manchester United itu mencatatkan 100 sentuhan yang menjadikannya pemain ”Die Borussen” paling sering menguasai bola.
Tak hanya itu, Sancho mencatatkan 13 take-ons atau dribel sukses. Itu adalah catatan dribel sukses terbaik di Liga Champions musim ini.
Mbappe pun optimistis bisa menyajikan penampilan yang jauh lebih baik serta membantu PSG meraup kemenangan demi tampil pada laga final di Stadion Wembley, London, Inggris. Penyerang bernomor tujuh itu bersama rekan setimnya akan menghadapi gim kedua kontra Dortmund dengan kondisi lebih bugar.
Pasalnya, skuad Les Parisiens memiliki waktu persiapan selama sepekan untuk jalani pertandingan melawan Dortmund di Paris. Pada Minggu (5/5/2024), Mbappe menikmati waktu liburnya dengan hadir pada acara lari santai di Paris yang merupakan bagian dari kampanye Olimpiade Paris 2024. Acara itu diselenggarakan oleh yayasan nirlaba miliknya, KM Foundation, serta Nike, perusahaan olahraga sponsor pribadinya.
”Saya mendengar anak-anak di sini meneriakkan saya harus menang (melawan Dortmund). Tentu saya akan melakukan itu. Saya akan datang ke pertandingan dengan perasaan baik dan siap mempertahankan warna tim saya demi lolos ke final,” kata Mbappe di sela-sela acara itu seperti dikutip Le Parisien edisi Senin (6/5/2024).
Pemain yang telah mempersembahkan gelar Liga Perancis keenam untuk PSG itu menyadari beban besar ada di pundaknya untuk membawa timnya membalikkan ketertinggalan skor agregat. Meski harus membantu timnya minimal unggul dua gol, Mbappe tidak menganggap hal itu sebagai tekanan yang berdampak negatif untuk dirinya.
”Tekanan itu hal yang wajar karena ada tempat di final Liga Champions yang diperebutkan. Apalagi dengan mengetahui kemampuan klub di kompetisi ini, itu bukan masalah,” kata Mbappe yang telah mencetak delapan gol di Eropa musim ini.
Saya mendengar anak-anak di sini meneriakkan saya harus menang (melawan Dortmund). Tentu saya akan melakukan itu.
”Kami sangat menyadari beban dan ekspektasi, tetapi seluruh anggota tim sudah amat memahami tugas yang harus kami tunaikan dengan baik. Kami percaya diri bisa mengungguli skor dan tampil di final,” tuturnya.
Kepercayaan diri itu penuh dasar kuat. Mbappe telah berpengalaman mencetak gol ke gawang Dortmund di Paris ketika kedua tim berduel di fase grup musim ini.
Selain itu, Mbappe tengah menjalani performa babak gugur Liga Champions terbaik. Ia telah mencetak lima gol ke gawang duo Spanyol, Real Sociedad dan Barcelona, pada babak 16 besar dan perempat final.
Dukungan suporter
Hal serupa juga disampaikan Pelatih PSG Luis Enrique. Juru taktik asal Spanyol itu telah memberikan latihan intens kepada skuadnya guna fokus mempersiapkan segala skenario untuk menghadapi Dortmund di depan dukungan suporter sendiri.
Enrique menilai laga di gim pertama berjalan seimbang, tetapi Dortmund bisa merebut keunggulan akibat dukungan suporter. Itu tak lepas dari pengaruh ribuan fans di tribune selatan yang disebut ”dinding kuning” atau yellow wall. Suporter di sudut tribune itu memberikan yel-yel dan nyanyian dukungan tanpa henti selama 90 menit.
”Pada laga kedua, keuntungan berada di pihak kami karena bermain di kandang. Kami memiliki suporter di sisi kami yang akan mengangkat performa pemain,” ucap Enrique dilansir laman UEFA.
Tugas besar Enrique adalah meruntuhkan pertahanan rapat dan disiplin Dortmund. Kiper Dortmund Grebor Kobel adalah penjaga gawang dengan rekor nirbobol terbaik di Liga Champions musim ini. Dari 11 gim yang telah dijalani, Kobel tak kemasukan pada lima laga.
Pada laga pertama di Jerman, Enrique telah mendapat antitesis dari taktik bertahan Dortmund yang amat rapat dan disiplin setelah turun minum. PSG hanya mencatatkan expected goals (xG) 0,1 di babak pertama. Ketika melakukan perubahan taktikal pada babak kedua, mereka mengoleksi peningkatan xG menjadi 0,7.
”Untuk menang, tentu kami wajib bermain jauh lebih efektif dibandingkan di kandang Dortmund,” kata Enrique yang berpeluang menjalani final Liga Champions kedua sebagai pelatih. Sebelumnya, Enrique mengantarkan Barcelona menjadi kampiun Eropa pada edisi 2014-2015.
Pelatih Dortmund Edin Terzic tidak ingin menyia-nyiakan keunggulan timnya pada lawatan ke Paris. Fleksibilitas formasi Dortmund dalam situasi menguasai bola dan tanpa bola adalah resep mereka bisa menaklukan PSG di laga pertama.
Dortmund membangun serangan dengan formasi 4-1-2-3, kemudian bertahan dengan taktik baku 4-2-3-1. Perpaduan skill individu pemain sayap, seperti Sancho, dengan umpan-umpan panjang akurat akan kembali menjadi ramuan Die Borussen untuk memberikan petaka kepada PSG.
”Kami memilki kebugaran emosi dan fisik yang bagus jelang mengadapi laga penting melawan PSG. Seri sudah cukup bagi kami, tetapi kami tidak ingin terbuai dengan keuntungan dan tetap berpikir untuk menang,” tutur Terzic dilansir Kicker.