Sepenggal Kenangan Melesat Bersama Shinkansen
Perjalanan dengan Kereta Shinkansen dari Tokyo, Osaka, hingga Hiroshima bagai sambaran kilat. Cepat dan mengesankan.
Kunjungan ke Jepang menjelang akhir 2023 rasanya seperti kisah dalam mimpi. Pengalaman itu dimulai saat kami melesat bersama Shinkansen dari Tokyo, dan sepersekian detik kemudian menyaksikan kemunculan Gunung Fuji yang lalu menghilang dari pandangan.
Kekaguman itu pecah ketika seorang chan menyapa dan memuji topi bertuliskan ”Samurai” yang saya beli di Miyajima, sebuah pulau kecil di selatan Prefektur Hiroshima.
Pengalaman singkat di Negeri Sakura itu kami lewatkan bersama PT Eurokars Motor Indonesia (EMI), selaku pemegang merek Mazda di Indonesia. Setelah tiga hari berada di Tokyo meliput Japan Mobility Show 2023, kami melanjutkan petualangan ke Hiroshima.
Perjalanan ke Hiroshima kami tempuh dengan kereta cepat Shinkansen, kereta kebanggaan warga Negeri Matahari Terbit itu. Pagi itu, Sabtu (28/10/2023) pukul 09.00, kereta cepat Nozomi tiba di trek 9 Stasiun Tokyo.
Shinkansen merupakan kereta api cepat pertama yang dikembangkan Jepang pada 1964. Kereta tersebut dalam bahasa Ingris dikenal dengan bullet train atau kereta peluru. Kereta cepat atau high speed rail (HSR) itu meluncur pertama kali pada 1 Oktober 1964 dari Tokyo menuju Osaka.
Perjalanan kami seolah-olah mengulang kisah peluncuran Shinkansen saat pertama kali digunakan publik. Berangkat dari Stasiun Tokyo, kami mengakhiri perjalanan terlebih dahulu di Stasiun Osaka. Saat berada di Nozomi, kereta itu sempat mencapai kecepatan hingga 270 km per jam.
Baca juga: Mencicipi Kereta Komuter di Tokyo, Serasa Memasuki Jaringan Laba-laba
Namun, cerita Shinkansen tak sekadar tentang kecepatan kereta. Menumpang Shinkansen dari Tokyo ke Osaka juga menjanjikan pemandangan menarik. Sepanjang perjalanan, kami disuguhkan pemandangan langit biru dengan awan tipis menghiasi langit. Sesekali, sepersekian detik kami menyaksikan keanggunan Gunung Fuji. Belum jenak kami menikmatinya, pemandangan itu hilang dari pandangan.
Perjalanan ke Stasiun Osaka ditempuh dalam waktu 2,5 jam. Setelah tiba di Stasiun Osaka, kami melanjutkan perjalanan ke salah satu ruang pamer Mazda yang berada di Kompleks Umeda Sky Building, Osaka.
Dotonbori
Kunjungan ke ruang pamer Mazda tergolong singkat. Sebelum mengejar Shinkansen untuk melanjutkan perjalanan ke Hiroshima, kami mampir dan berfoto di Dotonbori. Di sana, sembari berkejaran dengan waktu, suasana di tempat itu pun padat dengan aktivitas manusia. Ada yang berbelanja hingga asyik berpose di beragam bangunan yang futuristik.
Baca juga: Mazda Iconic SP, Konsistensi Menjaga Spirit Legendaris
Dotonbori merupakan kota teater pada Zaman Edo (1603-1868) yang hingga kini masih memiliki tempat pertunjukan Kabuki di Teater Shochikuza. Area ini juga menaungi berbagai jenis restoran yang menarik pengunjung sepanjang tahun.
Keseruan di Dotonbori harus kami akhiri dengan cepat lantaran waktu memaksa kami untuk kembali ke Stasiun Osaka dan menjajal kereta cepat menuju Hiroshima. Dari Stasiun Osaka, perjalanan menuju Hiroshima ditempuh dalam waktu 2,5 jam.
Di Hiroshima, sebelum berkunjung ke Mazda Museum, kami terlebih dahulu berwisata singkat ke salah satu pulau di selatan Hiroshima, yakni Miyajima. Pulau Miyajima yang menjadi tempat berdirinya Kuil Itsukushima. Itsukushima merupakan kuil Shinto yang didirikan lebih dari 1.400 tahun silam. Bangunan cagar budaya di atas tepi laut ini telah ditetapkan sebagai salah satu situs warisan dunia oleh UNESCO tahun 1996.
Perjalanan ke Miyajima kami tempuh dengan menggunakan kendaraan yang kami akhiri di Stasiun Miyajimaguchi. Dari tempat itu, perjalanan ke Pulau Miyajima kami tempuh dengan menggunakan kapal feri selama 15 menit dengan menyeberangi Selat Onoseto. Selat itu memisahkan Miyajima dengan Pulau Honshu.
Sebelum kapal berlabuh, dari kejauhan sudah tampak gerbang Torii yang terlihat seperti mengambang di atas air. Gerbang itu terlihat seperti mengambang di atas air lantaran dibangun di atas air. Saat air pasang, permukaan air naik dan membuat gerbang Torii tampak mengambang di laut.
Museum Mazda
Sehari kemudian setelah berlabuh di Miyajima, kami melanjutkan kunjungan ke Mazda Museum. Mazda Museum berada di dalam kompleks pabrik Mazda di Hiroshima. Mazda museum menyimpan beragam koleksi, mulai dari Mazda MX-5, Mazda MX-30, hingga Mazda CX-60, CX-5, dan CX-8.
Petualangan di Mazda Museum sejatinya baru dimulai saat tiba di lantai dua. Di tempat itu, pengunjung disambut dengan sejumlah gambar yang menjelaskan awal mula Mazda didirikan. Mazda didirikan oleh Jujiro Matsuda pada 1920 dengan nama Toyo Cork Kogyo Co Ltd.
Baca juga: Robot dan Mesin Cerdas di Stasiun, Cara Jepang Menjawab Penurunan Populasi
Awal didirikan, Mazda merupakan perusahaan pembuat gabus untuk tutup botol wine dan minuman anggur lainnya. Enam tahun kemudian, tepatnya pada 1927, perusahaan mengganti identitasnya dan berubah jadi Toyo Kogyo Co Ltd.
Perusahaan juga berubah dengan mulai menghadirkan kendaraan untuk operasional bisnis mereka. Kendaraan pertama yang diproduksi merupakan pikap roda tiga dengan Mazda Go. Kendaraan itu dipajang di ruangan yang bersamaan dengan catatan perjalanan Mazda. Di museum Mazda, pengunjung juga disuguhkan proses perakitan mobil-mobil Mazda sebelum akhirnya didistribusikan ke seluruh dunia.
Ingatan kelam
Tempat lain yang menarik dikunjungi selama berada di Hiroshima, yakni Museum Perdamaian Hiroshima. Tempat yang didirikan pada 1955 itu merupakan ikon Prefektur Hiroshima yang pernah terpuruk akibat bom atom Amerika Serikat pada 6 Agustus 1945.
Bom berisi uranium yang menyemburkan panas hingga 4.000 derajat celsius itu menewaskan lebih dari 140.000 penduduk Hiroshima. Koleksi di Museum Perdamaian Hiroshima menunjukkan jejak kelam yang ditimbulkan dahsyatnya ledakan bom atom.
Di tempat itu, pengunjung disuguhkan foto-foto awan ledakan yang menyerupai cendawan, foto penduduk yang terpapar radiasi uranium, pakaian yang saat itu digunakan korban, hingga beragam informasi mengenai bom atom berjuluk ”Little Boy” yang dijatuhkan pesawat B-29 Amerika Serikat tersebut.
Tak jauh dari museum yang berada di area Taman Perdamaian Hiroshima itu, terdapat monumen yang konon terletak di titik pusat ledakan bom serta bangunan Kubah Bom Atom atau Genbaku Dome. Presiden AS Barack Obama pernah berkunjung ke Museum dan Taman Perdamaian Hiroshima pada 27 Mei 2016 untuk menebarkan pesan perdamaian dan mengingatkan pentingnya mewujudkan dunia tanpa senjata nuklir.
Hari itu, perjalanan begitu cepat, tetapi banyak cerita yang tersimpan. Titik-titik pemberhentian Shinkansen meninggalkan cerita yang mengesankan.