Pengalaman dan Basis Konstituen Tingkatkan Persentase Petahana Kembali ke DPR
Pengalaman wakil rakyat dan basis konstituen yang dirawat kunci sukses para anggota DPR kembali terpilih ke Senayan.
Oleh
DENTY PIAWAI NASTITIE
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Dari hasil perhitungan Komisi Pemilihan Umum atas Pemilihan Legislatif 2024, terdapat tren peningkatan jumlah petahana yang menjadi anggota DPR dari pemilu ke pemilu. Keberhasilan petahana terjadi antara lain karena mereka sudah mengantongi pengalaman politik dan didukung oleh basis konstituen setia yang selama lima tahun terakhir berhasil dirawat.
Pada Pemilu 2024, sebanyak 56,4 persen dari 580 anggota DPR terpilih adalah petahana (incumbent), yang saat mencalonkan diri sedang menjabat sebagai anggota DPR periode 2019-2024. Untuk pertama kalinya, dalam lima pemilu terakhir, jumlah petahana yang kembali terpilih menjadi anggota DPR lebih banyak dari para pendatang baru.
Pada Pemilu 2019, sebanyak 53 persen atau sebagian besar anggota DPR terpilih kebanyakan adalah pendatang baru. Adapun anggota DPR petahana pada pemilu lima tahun lalu sebanyak 47 persen. Demikian juga jumlah petahana anggota DPR pada pemilu 2014 sebanyak 38,2 persen atau lebih sedikit dari nonpetahana yang mencapai 61,8 persen.
Ketua Departemen Politik dan Perubahan Sosial Center for Strategic and International Studies (CSIS) Arya Fernandes mengatakan, tren peningkatan jumlah petahana yang menjadi anggota DPR menjelaskan betapa sulitnya bagi para pendatang baru untuk bertarung dalam pemilihan. ”Apalagi pada saat yang sama harus berkompetisi dengan caleg dari dinasti politik dan biaya politik mahal,” katanya di Jakarta, Kamis (25/4/2024).
Arya menyebutkan, kesuksesan para anggota DPR untuk terpilih kembali ke Senayan disebabkan beberapa hal, seperti mereka mempunyai pengalaman politik dan basis konstituen yang mereka rawat selama menjabat. ”Jaringan politik di daerah bisa mereka rawat dengan baik sehingga ketika maju lagi, tinggal aktivasi (dukungan) saja,” ujar Arya.
Ia juga menyebutkan terdapat sejumlah petahana yang memanfaatkan program-program pemerintah, seperti pembangunan dan perbaikan infrastruktur, sebagai program yang diusulkan. ”Padahal, itu program pemerintah, tetapi diklaim sebagai usulan,” katanya.
Apalagi pada saat yang sama harus berkompetisi dengan caleg dari dinasti politik dan biaya politik mahal.
Tidak semua petahana sukses lolos ke Senayan. Sejumlah petahana gagal mempertahankan kursinya. Menurut Arya, kegagalan itu disebabkan antara lain karena petahana bertarung melawan tokoh-tokoh populer, seperti kepala daerah, mantan kepala daerah, ataupun tokoh yang berasal dari dinasti politik, pengusaha, atau punya dukungan dari pengusaha.
Sistem politik proporsional terbuka yang dijalani dalam Pemilu 2024, menurut Arya, menyebabkan calon anggota legislatif membutuhkan dana yang besar untuk melakukan kampanye secara mandiri. Mereka yang hendak melaju ke Senayan membutuhkan biaya besar, seperti untuk menggerakkan massa, mengunjungi daerah konstituen, dan kebutuhan saksi-saksi.
”New comer kalau tidak berasal dari dinasti politik atau tidak punya dukungan fundraising dari pengusaha, bagaimana cara dia membiayai kampanye? Makanya, sukar untuk new comer yang bukan dinasti politik atau tidak punya dukungan dari pengusaha,” tuturnya.
Jumlah besar
Apabila dilihat dari setiap partai politik, persentase jumlah anggota DPR dari petahana yang tinggi berasal dari Partai Demokrat. Dari 44 kursi DPR yang diamankan Partai Demokrat pada Pemilu 2024, sebanyak 70,5 persen di antaranya diisi oleh para petahana. Sementara apabila dihitung dari keseluruhan 580 anggota DPR, jumlah terbesar petahana berasal dari PDI-P, yaitu sebanyak 69 dari 110 kursi DPR.
Hal itu membuat para pendatang baru sulit bertarung karena harus berhadapan dengan nama-nama besar, seperti Teuku Riefky Harsya, Herman Khaeron, dan Hinca Panjaitan.
Jumlah kursi Demokrat yang menurun dari pemilu sebelumnya dinilai menjadi salah satu penyebab kompetisi yang lebih sengit karena para petahana sudah punya pengalaman beberapa kali duduk di kursi DPR. ”Hal itu membuat para pendatang baru sulit bertarung karena harus berhadapan dengan nama-nama besar, seperti Teuku Riefky Harsya, Herman Khaeron, dan Hinca Panjaitan,” ujarnya.
Tidak semua kursi DPR diisi oleh para petahana. Anggota Partai Amanat Nasional (PAN) dan Nasdem yang lolos ke Senayan justru sebagian besar adalah pendatang baru. Sebanyak 52,1 persen dari 48 kursi yang diperoleh PAN diisi oleh nonpetahana. Demikian juga sebagian besar kursi Nasdem, sebanyak 53,6 persen dari 69 kursi diisi oleh nonpetahana.
Ini pemilu termahal, calon anggota legislatif mengeluarkan biaya cukup besar untuk menduduki kursi DPR baik itu petahana maupun nonpetahana.
Sekretaris Jendral PAN Eddy Soeparno menuturkan, hasil Pemilu 2024 menunjukkan bahwa sistem demokrasi di Indonesia perlu dievaluasi. ”Ini pemilu termahal, calon anggota legislatif mengeluarkan biaya cukup besar untuk menduduki kursi DPR baik itu petahana maupun nonpetahana,” katanya.
Eddy menyebutkan, terdapat 9 anggota DPR petahana dari PAN yang gagal ke Senayan meskipun selama ini sudah menjaga daerah pemilihan. ”Saya melihatnya masyarakat jadi sangat pragmatis di masa kampanye. Mereka berharap dapat perhatian khusus. Pragmatisme ini akibat dari kekecewaan kepada calon anggota legislatif,” ujarnya.
Editor:
SUHARTONO
Bagikan
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
Tlp.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.