Pertumbuhan Ekonomi Global Hanya 3,2 Persen, Presiden: Perlu Kehati-hatian Kelola Fiskal
Presiden berharap Musrenbangnas bisa menjadi sekrup penyambung agenda pembangunan antara pemerintah pusat dan pemda.
Oleh
MAWAR KUSUMA WULAN
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Ketika memberikan arahan dalam acara Musyawarah Perencanaan Pembangunan Nasional atau Musrenbangnas Tahun 2024 di Jakarta, Presiden Joko Widodo menegaskan bahwa situasi ekonomi global sedang dalam posisi tidak gampang. Pertumbuhan ekonomi global diperkirakan cuma 3,2 persen. Dampak runtutan dari pandemi Covid-19 masih terasa sampai sekarang.
Presiden Jokowi mengingatkan bahwa beberapa negara telah masuk menuju pada resesi ekonomi, seperti Jepang, Inggris, dan beberapa negara di Eropa. ”Oleh karena itu, kehati-hatian kita kelola fiskal dan anggaran betul-betul harus prudence dan hati hati. Jangan sampai ada uang serupiah pun meleset dari rencana yang kita buat. Perhatikan betul-betul skala prioritas,” ujar Presiden Jokowi, Senin (6/5/2024).
Menurut Presiden, semua negara saat ini juga takut pada beberapa hal, seperti kenaikan harga minyak dan masalah bunga pinjaman. ”Semua pada takut masalah itu. Karena begitu bunga pinjaman naik sedikit saja, beban fiskal itu akan sangat, sangat besar. Sekali lagi, oleh sebab itu, kita harus betul-betul hati-hati kelola setiap rupiah anggaran yang kita miliki,” tuturnya.
Pemerintah ditegaskan telah memiliki rencana kerja untuk jangka panjang ataupun jangka menengah. Namun, hingga kini sinkronisasi program antara pemerintah pusat dan daerah masih menjadi pekerjaan rumah. Pemerintah pusat, misalnya, telah membangun bendungan, tetapi pemerintah daerah tidak membangun irigasi sekunder hingga tersier agar aliran dari bendungan sampai ke sawah.
”Ini yang namanya tidak sinkron dan tidak seirama. Semuanya harus inline dengan RPJMN (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional) semua inline sampai ke daerah harus segaris. Maka, saya juga ingin ingatkan kepada kementerian juga, kalau punya rencana, disampaikan ke daerah yang ingin ketempatan,” kata Presiden.
Maka, saya juga ingin ingatkan kepada kementerian juga, kalau punya rencana, disampaikan ke daerah yang ingin ketempatan.
Bangun 42 bendungan
Presiden menyebut, pemerintah telah membangun 42 bendungan selama 10 tahun terakhir. Tahun ini, diperkirakan akan rampung 54-60 bendungan. Selain itu, pemerintah juga telah membangun 2.049 kilometer jalan tol, 5.833 kilometer jalan nasional, 25 pelabuhan baru, dan 25 badar udara baru. Namun, capaian pembangunan ini tidak cukup jika pemerintah daerah tidak menyambungkan dengan program pembangunan di daerah.
Harus ada return ekonominya, harus fokus, jangan sampai anggaran diecer-ecer ke dinas-dinas semuanya diberi skala prioritas, enggak jelas. Ada kenaikan 10 persen, semua diberi 10 persen. Ndak jelas prioritasnya yang mana.
Selain sinkronisasi, Presiden Jokowi menegaskan bahwa program pembangun harus berorientasi hasil. Presiden juga kembali mengingatkan agar anggaran jangan sampai dipakai hanya untuk rapat dan sudi banding. ”Harus ada return ekonominya, harus fokus, jangan sampai anggaran diecer-ecer ke dinas-dinas semuanya diberi skala prioritas, enggak jelas. Ada kenaikan 10 persen, semua diberi 10 persen. Ndak jelas prioritasnya yang mana,” ucap Presiden.
Program pembangunan juga harus tepat sasaran dan strategis. Dengan demikian, manfaat dari anggaran yang diambil dari APBN ataupun APBD benar-benar terlihat hasilnya karena tepat sasaran. ”Jangan sampai ada saya liat anggaran untuk stunting untuk puskesmas diberikan ke puskesmas jadinya pagar puskesmas. Ada, jangan bilang enggak ada. Ada. Enggak ada hubungannya stunting sama pager,” ucapnya.
Presiden berharap Musrenbangnas bisa menjadi sekrup penyambung agenda pembangunan antara pemerintah pusat, pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota. ”Agar semuanya inline seirama dan tepat sasaran serta hasilnya betul-betul dirasakan oleh rakyat,” ucap Presiden Jokowi.