Sejarah Piala Thomas dan Catatan Prestasi Indonesia
Indonesia merupakan negara terbanyak peraih gelar Piala Thomas. Tim China terus membayangi prestasi Indonesia.
Tim bulu tangkis beregu putra Indonesia berhasil melaju ke babak final Piala Thomas 2024. Keberhasilan ini mengulang prestasi sebelumnya, yaitu lolos ke babak final Piala Thomas 2020 dan 2022.
Piala Thomas menjadi kebanggaan tersendiri bagi Indonesia. Indonesia memiliki tiga catatan gemilang dalam turnamen supremasi bulu tangkis beregu putra yang diperebutkan sejak 1948-1949 tersebut. Catatan pertama ialah menjadi debutan dan langsung menjadi juara.
Indonesia pertama kali mengikuti kejuaraan itu pada Piala Thomas 1958. Meski menjadi debutan, Ferry Sonneville dan kawan-kawan langsung merebut Piala Thomas dari juara bertahan Malaysia.
Catatan prestasi berikutnya ialah menjadi finalis terbanyak. Sejak keikutsertaannya hingga tahun ini, sudah 22 kali Indonesia berhasil menembus final Piala Thomas. Keberhasilan Indonesia ini mengungguli Malaysia dan China yang telah 14 kali melangkah ke final.
Prestasi ketiga ialah peraih terbanyak gelar Piala Thomas. Kerap melaju ke final, diikuti keberhasilan Indonesia menjadi negara dengan peraih kemenangan Piala Thomas terbanyak, yakni 14 kali. Sejumlah kemenangan diperoleh secara berturut-turut, yaitu tiga gelar sepanjang 1958-1964, empat gelar pada kurun 1970-1979, dan lima gelar pada 1994-2002.
Terakhir, Indonesia meraih gelar juara Piala Thomas 2020 yang diadakan pada 2021 akibat pandemi Covid-19. Pada Piala Thomas 2022, para pebulu tangkis putra Indonesia menembus babak final. Hanya saja, langkah Indonesia terhenti di posisi kedua setelah dikalahkan India.
Tim Piala Thomas Indonesia 2024 dan pesaingnya
Prestasi Indonesia itu tidak terlepas dari kualitas para pebulu tangkis kelas dunia yang dimiliki Indonesia. Dalam setiap keikutsertaannya, Indonesia hampir selalu diperkuat pemain-pemain kelas dunia.
Pada Piala Thomas 1979, misalnya, Indonesia diperkuat Rudy Hartono, Liem Swie King, Iie Sumirat, Christian Hadinata, Tjun Tjun, dan Johan Wahjudi.
Selanjutnya pada Piala Thomas 1994, Indonesia diperkuat Hariyanto Arbi, Joko Supriyanto, Ardy B Wiranata, Hermawan Susanto, Rudy Gunawan, Eddy Hartono, Rexy Mainaky, dan Ricky Subagja. Hariyanto Arbi merupakan peraih gelar juara All England 1993, sementara Joko Suprianto merupakan juara dunia 1993 setelah mengalahkan rekan satu negaranya, Hermawan Susanto.
Demikian pula dengan sektor ganda putra. Rudy Gunawan merupakan peraih medali perak Olimpiade Barcelona 1992 berpasangan dengan Eddy Hartono. Pada 1993, Rudy Gunawan yang berpasangan dengan Ricky Subagja menjadi juara dunia 1993.
Pada Piala Thomas 2002, Indonesia diperkuat Marleve Mainaky, Taufik Hidayat, Rony Agustinus, dan Hendrawan. Rony Agustinus merupakan peraih emas SEA Games 1999, sedangkan Hendrawan merupakan peraih medali perak Olimpiade Sydney 2000 dan juara dunia 2001. Sementara Taufik Hidayat merupakan peraih medali emas tunggal putra Asian Games 2002 dan berikutnya Taufik meraih medali emas pada Olimpiade Athena 2004.
Di nomor ganda putra, Indonesia diperkuat Halim Haryanto, Tony Gunawan, Candra Wijaya, Sigit Budiarto, Tri Kusharjanto, dan Bambang Suprianto. Pasangan ganda Tony Gunawan dan Candra Wijaya merupakan peraih medali emas Olimpiade Sydney 2000.
Tony Gunawan yang kemudian berpasangan dengan Halim Haryanto menjadi juara All England 2001 setalah mengalahkan Candra Wijaya/Sigit Budiarto. Pasangan Halim Haryanto dan Tony Gunawan juga merupakan peraih gelar juara dunia 2001. Adapun Tri Kusharjanto/Bambang Suprianto menjadi juara pada Kejuaraan Asia 2001.
Pada Piala Thomas 2024 saat ini, tim putra Indonesia mengandalkan Jonatan Christie (peringkat ke-3 BWF), Anthony Sinisuka Ginting (peringkat ke-7), Chico Aura Dwi Wardoyo (peringkat ke-29), dan Alwi Farhan (peringkat ke-64) pada nomor tunggal putra.
Pada nomor ganda putra, Indonesia diperkuat Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto (peringkat ke-7 BWF), Bagas Maulana/Muhammad Shohibul Fikri (peringkat ke-9), dan Leo Rolly Carnando/Daniel Marthin (peringkat ke-13).
Jonatan Christie merupakan pemegang gelar juara All England 2024 dan Perancis Terbuka 2023. Pada ajang All England 2004, Jonatan mengalahkan rekan senegaranya, Anthony Sinisuka Ginting. Selain menjadi runner-up All England 2024, Anthony juga pernah meraih medali perunggu Olimpiade Tokyo 2020 dan juara Badminton Asia Championships 2023.
Sementara itu, pemain ganda putra Fajar/Rian meraih gelar juara All England 2023, juara Malaysia Terbuka 2023, dan pemenang ketiga Kejuaraan Dunia BWF 2022. Rekan satu timnya, yaitu pasangan Bagas/Fikri, menjadi juara All England 2022.
Pada partai final nanti, tim Thomas Indonesia akan menghadapi China. China menjadi pesaing kuat Indonesia di ajang Piala Thomas. Negara ini telah meraih 10 gelar juara dari 13 kali menjadi finalis. Sebagai catatan khusus, dari sepuluh kali penyelenggaraan Piala Thomas (2004-2022), enam gelar juara direbut China. Ini artinya, dalam satu dekade terakhir, kekuatan pebulu tangkis putra China cukup dominan.
Dari aspek peringkat pemain dunia, China dan Indonesia juga sama-sama bersaing memperebutkan dominasinya. Dalam daftar 10 pemain dunia terbaik per 30 April 2024, dua pemain tunggal putra serta dua pasangan ganda putra dari Indonesia dan China bertengger di dalamnya.
Sejarah Piala Thomas
Tidak dimungkiri, final Pala Thomas antara Indonesia dan China bakal menyajikan persaingan yang seru mengingat rekam jejak prestasi kedua negara di ajang ini. Merujuk Kompaspedia, dalam sejarahnya, kejuaraan bulu tangkis beregu putra ini dipersembahkan untuk Sir George Thomas Bart, warga Inggris yang menjadi legenda dalam olahraga bulu tangkis dunia.
Thomas yang dilahirkan pada tahun 1881 dan meninggal pada tahun 1972 merupakan pemain bulu tangkis yang paling sukses selama 30 tahun. Sebagai pemain, ia telah meraih juara dalam 90 pertandingan di tingkat Eropa dan 50 kali juara di kancah internasional. Selain menjadi juara All England pada tunggal putra, ia juga peraih juara pada ganda putra dan ganda campuran.
Baca juga: Indonesia, Rumah Bulu Tangkis Dunia
Selain mahir dalam permainan bulu tangkis, Thomas juga ahli dalam berorganisasi. Pada tahun 1934-1955, ia menjabat sebagai Presiden Federasi Bulu Tangkis Dunia (IBF).
Selama menjadi orang nomor satu di IBF, Thomas mengusulkan untuk diadakan kejuaraan bulu tangkis beregu putra yang bersifat internasional. Untuk itu, Thomas mempersembahkan sebuah piala pada tahun 1939 yang diperebutkan dalam kejuaraan tahun 1941-1942.
Piala ini dibuat di London dari bahan perak berlapis emas dengan ukuran tinggi 71 sentimeter dan lebar 40 sentimeter senilai 40.000 dollar AS. Terdapat tiga bagian dalam piala ini, yakni dasar, badan piala, dan tutup. Bagian tutup piala berdiri patung seorang pemain pria. Pada bagian depan tertulis kalimat ”The International Badminton Championship Challenge Cup. Presented to the International Badminton Federation by Sir George Thomas Bart, 1939”.
Kejuaraan ini digelar perdana di Preston, Inggris, pada 1948-1949. Dalam kejuaraan ini Malaya berhasil membawa pulang Piala Thomas untuk pertama kalinya. Sejak pertama kali diselenggarakan hingga saat ini baru enam negara yang berhasil menjuarai Piala Thomas, yakni Indonesia, China, Malaysia, Denmark, Jepang, dan India. (LITBANG KOMPAS)