SURABAYA, KOMPAS – Enam seniman dan empat tokoh masyarakat, Sabtu (27/10/2018) malam, menerima Anugerah Seniman Jawa Timur di Gedung Kesenian Cak Durasim, Taman Budaya Jawa Timur, Surabaya. Penghargaan tahunan dari Pemerintah Provinsi Jawa Timur itu merupakan salah satu upaya untuk merawat persatuan dan kesatuan melalui jalur kebudayaan.
Penerima anugerah adalah Agus “Koecink” Sukamto (seni rupa), Wimar Herdanti (seni film), Suwignyo Adi (seni sastra), Winarto (seni tari), Mulyono Muksim (seni teater), dan Djagat Pramudjito (seni musik). Penghargaan tokoh berdedikasi diterima oleh Arief Santoso, Trisakti Hendrianto, perwakilan keluarga Bokirno (alm), dan perwakilan keluarga Djoemiran Ratna Atmadja (alm).
Selain itu, Pemprov Jatim juga memberikan penghargaan kepada kabupaten/kota pemilik warisan budaya tak benda (WBTB) Indonesia yang ditetapkan tahun ini. Delapan karya budaya asal Jatim yang menjadi WBTB Indonesia 2018 adalah janger Banyuwangi, clurit (are’) Madura, rawon Nguling Probolinggo, upacara adat manten kucing Tulungagung, reog cemandi Sidoarjo, sandur Bojonegoro-Tuban, wayang thengul Bojonegoro, dan wayang topeng Jatiduwur Jombang.
Sampai dengan tahun ini, Jatim telah memiliki 37 karya budaya sebagai WBTB Indonesia. Pada 2016, karya budaya asal Jatim yang ditetapkan sebagai WBTB ialah entas-entas Tengger dan mencak Tengger Probolinggo, wayang krucil malangan Malang, jaran kecak Lumajang, keboan-aliyan Osing Banyuwangi, dan lodho Trenggalek. Pada 2017 adalah damar kurung Gresik, sandhur manduro Jombang, ceprotan Pacitan, jamasan gong kyai pradah Blitar, dan nyader Sumenep.
“Kebudayaan penting sebagai sarana untuk memelihara persatuan dan kesatuan bangsa,” kata Wakil Gubernur Jatim Saifullah Yusuf dalam pidato seusai anugerah. Kebudayaan meredakan ketegangan sosial antarkelompok masyarakat. Bahkan, seringkali, konflik antarkelompok bisa diatasi melalui jalur komunikasi kebudayaan.
Penghargaan untuk seniman, tokoh, dan kabupaten/kota, lanjut Saifullah, diharapkan terus menghidupkan semangat berkebudayaan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Indonesia berkarakter beragam sebagai keniscayaan. Setiap daerah, seni budaya, punya keunikan dan keotentikan. Keberagaman tidak bisa diseragamkan tetapi dalam kerangka Indonesia, rakyat dengan latar belakang berbeda bisa bersatu.
Dalam konteks itu, menjadi tepat semangat 90 tahun Sumpah Pemuda yang diperingati pada Minggu (28/10). Melalui Kongres Pemuda II, 28 Oktober 1928, para pemuda nusantara mempelopori keindonesiaan dengan melahirkan Sumpah Pemuda. Melalui jalur kebudayaan, dengan pemberian anugerah, Pemprov Jatim ingin menegaskan pentingnya peran kebudayaan dalam memelihara persatuan dan kesatuan sekaligus memeriahkan peringatan Sumpah Pemuda.
Agus Sukamto, pelukis, seusai menerima penghargaan mengatakan, anugerah merupakan wujud perhatian pemerintah kepada pegiat seni budaya. “Kami berterima kasih dan akan tetap bersemangat untuk berkarya di jalur seni budaya,” katanya.
Wayang Orang
Seusai pemberian anugerah, diadakan pergelaran wayang orang dengan lakon Smaratapa oleh Wayang Orang Kautaman. Smaratapa merupakan cukilan epos Ramayana atau kisah cinta Sri Rama dan Dewi Sinta.
Kisah ini populer dan di Indonesia kerap dipentaskan dalam sendratari misalnya di Candi Prambanan secara rutin. Namun, Smaratapa dengan sutradara Nanang Hape, kisah klasik ini dikemas secara modern dengan melibatkan tata suara, cahaya, dan panggung.
“Wayang orang saat ini seakan tidak akrab lagi dengan anak muda. Padahal, dalam kondisi sosial sekarang, generasi muda penting untuk mengetahui dan mencintai seni budaya,” ujar Nanang. Diharapkan dengan perubahan pada unsur pendukung pergelaran, penonton yang merupakan anak-anak muda menjadi tertarik kembali dengan produk klasik seni budaya terutama wayang orang.