Manajemen Bata: Penutupan Pabrik Sudah Melalui Kajian Mendalam
Manajamen Bata menjelaskan alasan penutupan pabriknya di Purwakarta, Jawa Barat.
Oleh
BENEDIKTUS KRISNA YOGATAMA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Setelah mengumumkan penutupan pabriknya di Purwakarta, Jawa Barat, pada awal Mei, manajemen PT Sepatu Bata Tbk akhirnya membuka suara kepada publik untuk menjelaskan alasan perusahaan lakukan itu.
Direktur dan Sekretaris Perusahaan PT Sepatu Bata tbk Hatta Tutuko menjelaskan, pascapandemi Covid-19, perusahaannya telah menghadapi banyak tantangan selama empat tahun terakhir, termasuk perubahan perilaku konsumen yang cepat. Bata merasa perlu untuk bertransformasi guna melayani konsumen dengan lebih baik.
”Perusahaan tidak lagi dapat melanjutkan produksi di pabrik di Purwakarta dan sebagai gantinya perusahaan akan menawarkan produk-produk baru yang menarik yang dirancang dan dikembangkan oleh Bata serta produsen lokal dari pabrik mitra kami di Indonesia—banyak di antaranya yang sudah bekerja sama dengan kami sebelumnya,” kata Hatta seperti pada siaran persnya, Kamis (9/5/2024).
Hatta menambahkan, hal ini bukan keputusan yang mudah dan sudah melakukan evaluasi mendalam dan persetujuan antara pihak-pihak yang terkait. Penyesuaian-penyesuaian ini juga merupakan bagian dari komitmen perusahaan untuk berkembang dan beradaptasi di masa-masa perubahan ini.
Untuk menjaga kelangsungan bisnis jangka panjang, lanjut Hata, Bata telah mengambil inisiatif yang bertujuan mengoptimalkan operasional perusahaan guna memenuhi kebutuhan pelanggan yang terus berkembang melalui pemasok lokal dan mitra lainnya. Bata akan tetap berkomitmen untuk berinvestasi di Indonesia dengan memenuhi permintaan pelanggannya.
Setelah penutupan pabrik, Hatta menjelaskan, pihaknya akan terus beroperasi dan melayani kebutuhan masyarakat Indonesia dengan kualitas produk terbaiknya. Pihaknya akan terus berinovasi dan meningkatkan pengalaman pelanggan melalui berbagai saluran, baik daring di situs www.bata.co.id maupun mengintegrasikan pengalaman langsung dari toko fisik.
Pada Rabu (8/5/2024), manajemen Bata memenuhi panggilan dialog dari Kementerian Perindustrian (Kemenperin) untuk menjelaskan isu penutupan pabrik. Dalam dialog tersebut, hadir Hatta, sedangkan dari pihak Kemenperin diterima oleh Juru Bicara Kementerian Perindustrian Febri Hendri Antoni Arif dan Direktur Industri Tekstil, Kulit, dan Alas Kaki (ITKAK) Adie Rochmanto Pandiangan.
Dari pertemuan itu terungkap, keputusan penutupan lini manufaktur atau produksi oleh manajemen sepatu Bata berkaitan dengan strategi bisnis yang dilakukan dalam rangka refocusing pada lini penjualannya (store). Hal ini merupakan langkah perusahaan guna menghadapi persaingan industri sepatu di dalam negeri.
”Direksi menyampaikan, dalam rangka efisiensi dan memperhatikan tren pasar yang cepat dan bervariasi, PT Sepatu Bata Tbk fokus pada pengembangan produk dan desain yang memenuhi selera pasar,” ujar Adie dalam pertemuan yang berlangsung Rabu (8/5/2024) tersebut.
PT Sepatu Bata Tbk menyampaikan, pabrik di Purwakarta sebenarnya hanya bagian kecil dari keseluruhan bisnis perusahaan. Karena itu, menurut manajemen, penutupan pabrik di Purwakarta merupakan langkah paling realistis.
Perusahaan berpendapat, fokus pada bisnis retail penting untuk dilakukan dalam rangka mengembalikan kinerja bisnis dan penjualan yang dalam beberapa tahun terakhir mengalami penurunan. Adie menyampaikan, PT Sepatu Bata Tbk berjanji strategi bisnis ini tetap menjamin produk yang dijual masih bersumber dari produsen dalam negeri yang selama ini bekerja sama dengan mereka, seperti PT Prestasi Ide Jaya dan enam pabrik lainnya. Diharapkan, strategi ini dapat meningkatkan penjualan yang pada gilirannya akan meningkatkan juga produksi di tujuh pabrik tersebut.
Dengan strategi tersebut, meskipun terjadi penutupan pabrik, jumlah sepatu produksi dalam negeri yang dipasarkan PT Sepatu Bata Tbk secara agregat tetap sama dan bahkan akan ditingkatkan. Selain itu, pekerja di usia produktif yang terdampak pemutusan hubungan kerja (PHK) akan dialihkan ke pabrik sepatu lain di sekitar Purwakarta.
Adie mengatakan, langkah yang diambil PT Sepatu Bata Tbk tersebut sebenarnya dianggap kurang tepat karena saat ini kondisi industri sepatu nasional tumbuh terus dengan kebijakan pengendalian terhadap impor barang jadi (konsumsi) dan jaminan bahan baku. Oleh karena itu, Kemenperin berharap setelah kondisi perusahaan membaik, suatu saat perusahaan bisa membuka kembali pabriknya di Indonesia dengan kapasitas yang lebih besar.
Menurut dia, salah satu faktor yang menyebabkan PT Sepatu Bata Tbk menutup pabriknya di Purwakarta karena inefisiensi produksi dan produk yang tidak memenuhi selera konsumen sehingga memilih untuk lebih fokus pada lini bisnis retail.
”Dari data yang ada, pabrik sepatu Bata sebelum penutupan hanya menyisakan 233 orang karyawan dan produksi yang hanya 30 persen dari kapasitas. Di sisi lain terjadi juga penurunan produksi di pabrik tersebut, dari sebelumnya 3,5 juta pasang pada 2018 menurun menjadi 1,15 juta pasang di tahun 2023. Dampaknya, PT Sepatu Bata Tbk mengalami peningkatan kerugian setiap tahun, terus menurunnya nilai aset, menurunnya ekuitas, serta liabilitas yang terus meningkat,” papar Adie.