Setelah Erupsi Gunung Ruang, Warga Mulai Beraktivitas Lagi di Pulau Tagulandang
Warga Pulau Tagulandang mulai beraktivitas lagi. Mereka diimbau waspada karena status Gunung Ruang masih Awas.
Oleh
RAYNARD KRISTIAN BONANIO PARDEDE
·4 menit baca
SIAU TAGULANDANG BIARO, KOMPAS — Setelah erupsi Gunung Ruang beberapa waktu lalu, sejumlah warga mulai beraktivitas kembali di Pulau Tagulandang, Kabupaten Siau Tagulandang Biaro, Sulawesi Utara. Badan Geologi mengingatkan, status Gunung Ruang masih Awas (level IV) sehingga masyarakat diimbau berhati-hati.
Berdasarkan pantauan Kompas, Kamis (9/5/2024), kondisi jalan dari Kelurahan Bahoi hingga Kelurahan Balehumara, dua area terdampak erupsi Gunung Ruang di Pulau Tagulandang, masih ditutupi abu vulkanik setinggi 4-5 sentimeter.
Hampir seluruh atap rumah warga juga dipenuhi abu yang menumpuk. Beberapa di antaranya bahkan berlubang akibat lontaran batu pijar saat erupsi. Banyak kaca jendela rumah warga yang banyak pecah. Kegiatan pendidikan dan layanan kesehatan juga belum berjalan.
Akan tetapi, sejumlah warga sudah tampak kembali beraktivitas. Beberapa di antaranya tampak memasang terpal dan membersihkan abu di atap rumah. Sejak awal Mei lalu, sejumlah warga memang terkadang kembali ke rumah untuk menyapu halaman rumah yang dipenuhi abu atau mengecek kondisi perabotan.
Warga Kelurahan Balehumara, Kecamatan Tagulandang, Kabupaten Siau Tagulandang Biaro (Sitaro), Fandris Humboti (35), menjelaskan, hampir setiap siang ia kembali untuk membersihkan abu dari atap rumahnya. Ia menggunakan semprotan air untuk menyingkirkan abu.
Namun, pada malam hari, ia kembali mengungsi ke rumah saudaranya di Desa Minanga, Kecamatan Tagulandang. ”Untuk bermalam di rumah masih takut karena status Gunung Ruang masih Awas,” ucapnya.
Lilianeke Iaginda (45), warga Kelurahan Balehumara, juga melakukan hal serupa. DI samping untuk membersihkan abu, Lilianeke dan suaminya, Tonny Mangundap (51), memutuskan kembali ke rumah untuk memperkuat fondasi dapur rumah menggunakan bambu. Mereka khawatir jika erupsi kembali terjadi, bagian rumah tersebut bisa roboh.
Berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sitaro, terdapat delapan wilayah terdampak erupsi Gunung Ruang. Wilayah itu adalah Kelurahan Balehumara, Kelurahan Bahoi, Desa Mahangiang, Desa Lesah Rende, Desa Haasi, dan Desa Tulusang. Adapun dua desa lainnnya adalah Desa Laingpatehi dan Desa Pumpente. Dua desa terakhir berada tepat di kaki Gunung Ruang.
Sementara itu, beberapa pedagang di Pasar Rakyat Tagulandang juga mulai membuka tokonya. Dari ratusan kios yang ada, terlihat ada tiga kios buah dan sayur yang buka. Beberapa pedagang ikan juga terlihat mulai berjualan.
Salah seorang pedagang, Metty Anthoine (52), mengaku kembali berjualan sejak Kamis (2/5/2024). Dia menyebut, setelah erupsi pekan lalu, distribusi sayur dan buah dari Manado mulai berjalan normal.
Pedagang ikan, Sumarlin Manuho (51), menyebut, dengan adanya pedagang yang mulai berjualan kembali, masyarakat diharapkan bisa memenuhi kebutuhannya.
Untuk bermalam di rumah masih takut karena status Gunung Ruang masih Awas.
Status gunung
Hingga Kamis pukul 17.00 WITA, status Gunung Ruang masih Awas. Ketua Tim Tanggap Darurat Gunung Ruang Badan Geologi Kristianto menjelaskan, dari pengamatan visual, gunung itu masih mengeluarkan abu berwarna putih tebal dengan ketinggian 200-400 meter yang terlihat di atas kawah. Hal ini masih terjadi sejak Kamis pagi hingga siang.
Selain itu, aktivitas kegempaan juga masih terjadi, seperti gempa tremor dengan amplitudo 2-4 milimeter serta beberapa kali gempa vulkanik. Gempa tremor menandakan masih ada aktivitas batuan atau cairan yang akan naik ke atas. Dalam pengamatan pada Kamis, kemungkinan besar yang keluar dari kawah adalah asap atau abu.
Sementara itu, gempa vulkanik menandakan masih adanya pasokan magma di dapur magma. Meski status Gunung Ruang masih Awas, Badan Geologi sudah menurunkan radius bahaya menjadi 5 kilometer (km) dari sebelumnya sejauh 7 km.
Kristianto menambahkan, berdasarkan catatan sejarah, aktivitas Gunung Ruang paling besar terjadi pada 1871. Saat itu, erupsi gunung tersebut sempat mengakibatkan tsunami. Namun, saat ini, masyarakat diimbau tidak perlu khawatir karena erupsi beberapa waktu lalu tidak berpotensi menimbulkan tsunami.
“Dari evaluasi tersebut kami analisis dan diputuskan statusnya masih Awas. Kita tidak bisa memprediksi kapan statusnya akan turun. Untuk itu, masyarakat harus tetap hati-hati dan mempercayai informasi dari Badan Geologi dan pihak lain seperti BPBD,” ujarnya.
Kepala Bidang Logistik dan Kedaruratan BPBD Sitaro Sony Belseran menjelaskan, dari 9.083 warga di Kecamatan Tagulandang, sebanyak 5.748 warga keluar dari wilayah Sitaro. Para pengungsi umumnya menuju Kota Manado, Kota Bitung, dan Minahasa Utara.
Sementara itu, sebagian lain tetap berada di wilayah Sitaro, yakni di Pulau Tagulandang dan Pulau Siau. Sony menyebut, tidak semua warga berada di posko pengungsian. Sebab, mayoritas dari mereka memilih mengungsi di rumah saudara.
”Tidak semua warga di pengungsian, ada yang mengungsi di wilayah yang di luar radius bahaya. Kami sediakan dapur umum di Desa Apengsala. Para pengungsi dari berbagai tempat bisa mengambil makanan di sana,” ujarnya.
Berdasarkan data BPBD Sitaro, 198 rumah di Desa Laingpatehi dan Desa Pumpente yang berada di kaki Gunung Ruang dinyatakan rusak berat. Sebanyak 25 fasilitas umum di dua desa itu juga rusak tersebut. Para penduduk yang sebelumnya menghuni dua itu direncanakan untuk direlokasi ke Desa Modisi, Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan.